Kamis, 14 Oktober 2021

LRMPHP Kembangkan Bioplastik Ramah Lingkungan dari Karaginan Rumput Laut (Bagian Plasticizer)

Bioplastik ( Sumber : https://www.krjogja.com/peristiwa/nasional/masyarakat-bakal-terbebani-dengan-penerapan-cukai-plastik)


Menurut Kipngetich dan Hillary yang dipublikasikan dalam International Journal of Green and Herbal Chemistry pada tahun 2013, setiap tahun terdapat sekitar 265.000.000 ton plastik yang diproduksi dan digunakan di dunia untuk keperluan industri maupun rumah tangga. Plastik ini tidak dapat terurai dalam waktu singkat sehingga dapat menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan, seperti banjir dan munculnya marine debris. Solusi untuk permasalahan ini yaitu dengan menggunakan bioplastik. Radhiyatullah, et al dalam Jurnal Teknik Kimia USU pada tahun 2015 menyampaikan bahwa bioplastik merupakan plastik yang dapat terurai oleh mikroorganisme dan terbuat dari bahan yang dapat diperbaharui. 

Tim peneliti dari LRMPHP telah mengembangkan metode dan peralatan yang digunakan untuk mengolah biji bioplastik dari karaginan rumput laut. Metode yang digunakan yaitu metode ekstrusi; sedangkan peralatan yang digunakan yaitu : mixer yang berfungsi untuk mencampurkan bahan hingga homogen, single screw extruder yang berfungsi untuk memproses campuran bahan tersebut dengan suhu dan kecepatan tertentu hingga membentuk ekstrudat, dan pelletizer yang berfungsi untuk memotong ekstrudat tersebut menjadi ukuran yang ditentukan.

Plasticizer merupakan salah satu komponen utama dalam pembuatan bioplastik. Menurut Parra et al. yang dipublikasikan dalam Jurnal Carbohydrate Polymers pada tahun 2004, penambahan plasticizer untuk bioplastik bertujuan untuk mengatasi kerapuhan film yang disebabkan oleh gaya antarmolekul yang tinggi. Plasticizer mengurangi kekuatan ini dan meningkatkan mobilitas rantai polimer, sehingga meningkatkan fleksibilitas dan ekstensibilitas film bioplastik. Di sisi lain, plasticizer umumnya mengurangi permeabilitas gas, uap air dan zat terlarut dari film bioplastik serta dapat menurunkan elastisitas dan kohesi.

Maneking, et al dalam Jurnal MIPA Universitas Sam Ratulangi tahun 2020 membuat bioplastik dari pati singkong dengan gliserol dan air sebagai plasticizer, sedangkan Kumoro dan Purbasari dalam Jurnal Teknik membuat bioplastik dari tepung nasi aking dan tepung singkong dengan gliserol sebagai plasticizer. Boortom (2008) dalam International Food Research Journal menyampaikan bahwa penggunaan gliserol memberikan kelarutan yang lebih tinggi pada film plastik dibandingkan sorbitol, sedangkan menurut Ginting, et al. (2015) yang dipaparkan dalam The International Journal of Engineering and Science, bioplastik dengan plasticizer gliserol memiliki fraktur yang halus dan rongga yang kecil.


Penulis : Putri Wullandari - LRMPHP


0 comments:

Posting Komentar