EKONOMI BIRU

Arah Kebijakan Pembangunan Sektor Kelautan dan Perikanan 2021 - 2024 Berbasis EKONOMI BIRU

ZI WBK? Yes, We CAN

LRMPHP siap meneruskan pembangunan Zona Integritas menuju satuan kerja berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) yang telah dimulai sejak tahun 2021. ZI WBK? Yes, We CAN.

LRMPHP ber-ZONA INTEGRITAS

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan siap menerapkan Zona Integritas menuju satuan kerja berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) 2021.

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan

LRMPHP sebagai UPT Badan Riset dan SDM KP melaksanakan riset mekanisasi pengolahan hasil perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 81/2020

Tugas Pokok dan Fungsi

Melakukan tugas penelitian dan pengembangan strategis bidang mekanisasi proses hasil perikanan di bidang uji coba dan peningkatan skala teknologi pengolahan, serta rancang bangun alat dan mesin untuk peningkatan efisiensi penanganan dan pengolahan hasil perikanan

Produk Hasil Rancang Bangun LRMPHP

Lebih dari 30 peralatan hasil rancang bangun LRMPHP telah dihasilkan selama kurun waktu 2012-2021

Kerjasama Riset

Bahu membahu untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan dengan berlandaskan Ekonomi Biru

Sumber Daya Manusia

LRMPHP saat ini didukung oleh Sumber Daya Manusia sebanyak 20 orang dengan latar belakang sains dan engineering.

Kanal Pengelolaan Informasi LRMPHP

Diagram pengelolaan kanal informasi LRMPHP

Tampilkan postingan dengan label Berita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Berita. Tampilkan semua postingan

Rabu, 28 Maret 2018

Pelatihan Analisa Protein Produk Perikanan di LRMPHP

Peranan peralatan laboratorium sebagai salah satu bagian dari sarana pendukung kegiatan riset menjadi sangat penting. Sebagai institusi riset, LRMPHP terus melakukan perbaikan secara terus-menerus untuk memaksimalkan fungsinya secara bertahap. Pada tahun 2018 ini, peralatan laboratorium yang diadakan di LRMPHP adalah alat uji protein semi automatis yang dilengkapi dengan unit digesti dan destilasi.
Unit distilasi
Unit digesti
Peralatan tersebut menggunakan Metode Kjeldahl dalam analisisnya. Metode Kjedahl merupakan metode analisa protein yang banyak digunakan karena sederhana, murah, akurat dan dapat digunakan untuk berbagai sampel, khususnya pada produk makanan. Analisa protein dengan cara Kjeldahl dibagi menjadi tiga tahapan yaitu proses destruksi, destilasi dan tahap titrasi. Destruksi dilakukan melalui pemanasan dengan asam sulfat pekat dan katalisator yang sesuai membentuk ammonium sulfat. Selanjutnya ammonium sulfat diubah menjadi ammonium hidroksida dengan penambahan natrium hidroksida. Amonium hidroksida yang terbentuk kemudian didestilasi uap untuk memisahkan senyawa amonia. Senyawa amoniak yang terbentuk lalu ditangkap menggunakan asam borat membentuk ammonium borat dan dititasi menggunakan asam klorida.
Instruktur memberikan arahan saat pelatihan
Pelaksanaan pelatihan alat uji protein oleh instruktur pemegang merek alat telah dilaksanakan pada 27-28 Maret 2018 di Laboratorium Kimia LRMPHP. Kegiatan diikuti oleh peneliti dan teknisi lingkup LRMPHP. Sampel yang digunakan dalam pelatihan pengujian protein produk perikanan adalah tepung ikan yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan pakan ikan. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kapabilitasnya terhadap operasional alat maupun aplikasi penggunaannya, khususnya dalam analisa protein pada produk perikanan. Melalui pelatihan ini diharapkan menjadi modal berharga bagi Laboratorium Kimia LRMPHP untuk menjadi tempat analisa yang profesional, tervalidasi hasilnya, dan memiliki staf yang handal serta dapat menjaga peralatan yang ada.

Senin, 26 Maret 2018

Tiga Calon Peneliti LRMPHP Mengikuti Diklat Jabatan Fungsional Peneliti Tk. Pertama

Peserta diklat jabatan fungsional peneliti tingkat pertama gelombang I 
(dok. Peserta DJFP Tk. Pertama Gel. 1, 2018)
LRMPHP sebagai salah satu institusi riset di BRSDMKP Kementerian Kelautan dan Perikanan harus memiliki SDM Peneliti yang memadai. Oleh karena itu LRMPHP mengirim tiga calon peneliti yaitu Ahmat Fauzi, S.T., Toni Dwi Novianto, S.TP., dan Wahyu Tri Handoyo, S.T. untuk mengikuti diklat peneliti tingkat pertama di Pusbindiklat LIPI Cibinong. Diklat tersebut telah dilaksanakan selama kurang lebih satu bulan dari tanggal 25 Februari s/d 22 Maret 2018.

Pada pelaksanaan diklat tersebut diberikan beberapa mata diklat yang meliputi materi utama, materi penunjang dan uji kompetensi. Materi utama meliputi beberapa mata diklat terkait dengan dasar-dasar tupoksi peneliti diantaranya yaitu landasan penelitian, proposal penelitian, penulisan dan publikasi ilmiah, kode etik peneliti dan lain-lain. Selain pemberian mata diklat tersebut, peserta juga diharuskan membuat satu karya tulis ilmiah (KTI). Pembuatan KTI melalui tahapan bimbingan dengan sistem online dan tatap muka langsung. KTI tersebut pada akhir diklat harus dapat dipertanggung jawabkan melalui wawancara substansi dengan penguji dan seminar di hadapan penguji dan peserta diklat.
Tiga calon peneliti LRMPHP telah menyelesaikan diklat (dok. Peserta DJFP Tk. Pertama Gel. 1, 2018)
Penentuan kelulusan peserta diklat dinilai berdasarkan keikutsertaan dalam proses pembelajaran dan uji kompetensi yang meliputi tes komperehensif, penulisan KTI dan seminar KTI. Berdasarkan hasil uji kompetensi tiga calon peneliti LRMPHP dinyatakan lulus dengan predikat baik dan dinyatakan kompeten dan direkomendasikan untuk diangkat menjadi pejabat fungsional peneliti.

Kamis, 22 Maret 2018

Genjot Pakan Mandiri, KKP Optimalkan Pemanfaatan limbah Sawit

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto meninjau pembuatan pakan ikan mandiri dalam kunjungan kerjanya di Kabupaten Kampar, Riau, Selasa (20/3). Dok. Humas DJPB
Mulai tingginya minat pengguna terhadap pakan ikan mandiri menuntut pemenuhan kebutuhan bahan baku pakan secara kontinyu. Kondisi ini masih menjadi tantangan para pelaku usaha pakan mandiri di beberapa daerah. Demikian disampaikan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto dalam kunjungan kerjanya di Kabupaten Kampar, Riau, Selasa (20/3). Sebagaimana diketahui, Kabupaten Kampar merupakan sentra budidaya patin nasional yang memberikan kontribusi besar terhadap produksi nasional. 

“Pada beberapa daerah memang masih ada kendala dalam penyediaan alternatif bahan baku pakan yang efisien. Sebenarnya bukan karena bahan baku yang langka, tapi lebih pada belum optimalnya sistem logistik pakan, utamanya konektivitas dari sumber bahan baku ke unit usaha pakan mandiri. Ini yang akan kita cari jalan keluarnya,” jelas Slamet saat mengunjungi kelompok pakan mandiri mutiara feed Kab. Kampar.

Jalan keluarnya, menurut Slamet yakni mempermudah akses sumber bahan baku dengan koperasi induk pakan mandiri yang ada di daerah melaui kemitraan. Ini penting, apalagi menurutnya ikan yang dibudidayakan sudah sangat adaptif terhadap pakan mandiri. Oleh karenanya, penggunaan bahan protein nabati menjadi alternatif untuk mengurangi porsi penggunaan tepung ikan.

Manfaatkan PKM Kelapa Sawit
Salah satu upaya mengurangi porsi penggunaan tepung ikan tersebut yakni dengan memanfaatkan bunhkil (palm karnel meal/PKM) kelapa sawit, di mana di Provinsi Riau ketersediaannya sangat melimpah.

PKM sawit merupakan produk sampingan dari pembuatan minyak kelapa sawit. Ketersediaan PKM di dalam negeri sangat melimpah, bahkan 94% PKM yang diproduksi justru di ekspor. Data Kementerian Perindustrian mencatat, Indonesia negara penghasil PKM nomor 2 di dunia setelah Malaysia.

Slamet menilai kondisi ini menjadi peluang besar untuk memanfaatkan PKM ini sebagai bahan baku pakan ikan.

“Bayangkan kita produsen PKM sawit terbesar, artinya suplai sangat melimpah. Di sisi lain, berbagai hasil kajian menunjukkan bahwa PKM ini sangat potensial untuk bahan baku pakan, bahkan bisa diberikan langsung sebagai salah satu bahan baku pakan, tanpa harus dibuat maggot dulu. Ini yang harus kita manfaatkan segera,” ungkapnya.

Slamet juga menambahkan, protein dari PKM dapat mengurangi penggunaan protein dari tepung ikan, sehingga harga pakan akan menjadi lebih murah.

Ia juga meminta Kepala Daerah untuk memfasilitasi kerja sama antara pabrik pengolah sawit dengan koperasi pakan mandiri dalam hal pemanfaatan PKM kelapa sawit melalui program Corporate Social Responsibility (CSR).

“Saya berharap pak Gubernur atau Bupati bisa memberikan edaran ke semua perusahaan pengolah sawit di Riau ini untuk memberikan CSR kepada koperasi pakan mandiri yaitu dalam bentuk dukungan pemenuhan kebutuhan PKM sawit bagi bahan baku pakan secara kontinyu. Riau akan dijadikan percontohan nasional pemanfaatan sumber protein nabati PKM sawit ini,” imbuh Slamet

Sebagaimana ketahui, di Riau ada sekitar 48 pabrik industri pengolah sawit, di mana ada sekitar 3 perusahaan yang mengolah PKM sawit. Kalau 10-20 % bisa dialokasikan melalui CSR, bisa lebih dari cukup untuk menyuplai kebutuhan pakan mandiri yang ada dan tidak menutup kemungkinan bisa disuplai ke luar Riau.

Ketua Asosiasi Pakan Mandiri Nasional, Syafruddin dalam keterangannya mengakui bahwa penggunaan PKM kelapa sawit telah menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan protein nabati dalam pakan mandiri. Menurutnya, penggunaan PKM sawit dalam pakan ikan berkisar antara 8-10 %. Ia juga mengakui keuntungan lain memanfaatkan bahan baku ini yakni adanya tambahan kandungan lemak hingga 10%, sehingga diharapkan dapat meningkatkan performa pertumbuhan ikan.

“Saat ini kebutuhan PKM sawit masih disuplai melalui kerja sama dengan Sinar Mas Group yaitu PT. Rama-rama. Di Kabupaten Kampar ada lebih dari 300 pelaku pakan mandiri, dari semuanya dibutuhkam sedikitnya 33 ton PKM sawit per hari,” ungkapnya

Ia menambahkan seiring mulai menggeliatnya industrialisasi perikanan budidaya di Riau, dipastikan kebutuhan bahan baku pakan lokal akan terus meningkat.

“Kami berharap pemerintah bisa mengeluarkan semacam aturan kepada seluruh perusahaan pengolah sawit baik BUMN/BUMD maupun swasta untuk mengalokasikan 10 % saja PKM sawit bagi kebutuhan bahan baku pakan ikan di Provinsi Riau. Jangan sampai seluruhnya diekspor,” tegas Syafruddin.

Sebagai gambaran hasil uji yang dilakukan Institut Pertanian Bogor (IPB), komposisi kandungan nutrisi PKM sawit antara lain: kadar protein berkisar 15-18%; mengandung sekitar 10 kandungan asam amino esensial; kadar lemak sebesar 9,5%; serat kasar 25,19%; dan rasio Ca:P adalah 1:2,4. PKM juga mengandung trace mineral mangan (Mn) yang baik.

Sebuah hasil penelitian yang dilakukan oleh menunjukkan bahwa penggunaan PKM sawit sebanyak 8% dalam pakan dapat menghasilkan kinerja pertumbuhan yang optimal bagi ikan lele. (Humas DJPB/AFN)


Sumber : KKPNews

Jumat, 16 Maret 2018

Meat Bone Separator Manual

Indonesia memiliki sumber daya laut terutama sumber daya ikan yang berlimpah, namun pemanfaatan hasil tangkap samping (HTS) ikan-ikan non ekonomis masih belum optimal. Salah satu cara untuk memanfaatkan ikan-ikan tersebut adalah melalui pengambilan daging dan meningkatkan nilai tambahnya menjadi produk-produk berbasis daging lumat dan surimi seperti nugget, baso, sosis dan lainnya.

Daging ikan lumat adalah daging ikan yang telah dipisahkan dari kulit dan tulangnya dengan menggunakan mechanical bone separator. Hampir semua jenis ikan dapat dibuat menjadi daging lumat. LRMPHP telah berhasil mengembangkan alat pemisah daging ikan secara manual (meat bone separator manual) seperti terlihat pada Gambar 1. Alat pemisah daging hasil rancang bangun LRMPHP tersebut memiliki spesifikasi diameter drum berpori 3 mm dengan kecepatan pemasukan bahan (kecepatan conveyor belt) sebesar 2,09 cm/det. Alat pemisah daging ini dioperasikan secara manual dengan memutar atau mengengkol tuas yang terdapat di bagian samping alat dan diteruskan melalui mekanisme puly belt ke drum berpori.

Gambar 1. Meat bone separator manual hasil rancang bangun LRMPHP

Prinsip kerja alat ini yaitu memaksa daging keluar melalui lubang kecil drum berpori akibat adanya tekanan dan gaya geser pada ikan oleh silinder dan karet, sehingga tulang ikan dipaksa untuk terpapar di atas permukaan berlubang. Hal ini memungkinkan terjadinya ekstrusi daging melalui lubang, sehingga tidak hanya tulang, tapi juga sisik dan kulit tetap berada di sisi luar drum. Drum berpori (perforated drum) dibuat dengan tujuan untuk menyediakan penekanan yang melingkar dan gaya geser terhadap ikan.

Untuk mengetahui efektivitas alat pemisah daging manual tersebut, telah dilakukan penelitian uji coba alat pemisah daging menggunakan ikan putihan (Puntius bromoides). Hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam Seminar Nasional Tahunan XII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 2015. Ikan putihan yang digunakan untuk uji coba dipreparasi dengan tiga perlakuan yaitu dibelah (butterfly), disayat memanjang di bagian sisi-sisinya dan utuh dengan ikan fillet utuh sebagai pembanding. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah kapasitas produksi, rendemen dan kandungan kimia daging lumat yang dihasilkan.

Gambar 2. Uji coba Meat bone separator manual
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah rendemen daging lumat ikan putihan dengan perlakuan utuh lebih besar dibandingkan rendemen dengan perlakuan belah (butterfly) dan sayat samping, yaitu masing-masing sebesar 51,5%, 47,5% dan 42%. Kapasitas alat pada pemisahan daging ikan putihan pada perlakuan butterfly lebih besar dibandingkan dengan perlakuan sayat samping dan perlakuan utuh, yaitu masing-masing sebesar 5,54 kg/ jam, 2,87 kg/ jam, dan 2,76 kg/ jam. Kadar air daging lumat putihan yang dihasilkan memiliki kisaran 80,16 – 81,13%, protein (83,09 - 83,17%)), lemak (2,87 – 3,21%), abu (5,53 – 5,75%), dan kalsiumnya berkisar 0,19 – 0,22%. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perlakuan preparasi butterfly mempercepat waktu pengolahan daging lumat putihan menjadi lebih singkat dan dapat meminimalisir tulang yang terikut pada daging lumat.




Rabu, 14 Maret 2018

Penelitian Mesin Pembuat Pakan Ikan Skala UKM di LRMPHP (1)

Kegiatan riset pakan ikan di LRMPHP
Dalam rangka mendukung kegiatan program pakan mandiri, pada tahun 2018 di LRMPHP dilakukan Penelitian Mesin Pembuat Pakan Ikan Skala UKM. Hasil penelitian diharapkan dihasilkan prototype mesin pembuat pakan ikan yang dapat diaplikasikan kepada pembudidaya dan pembuat pakan ikan skala kecil.

Rangkaian kegiatan penelitian diawali dengan tahapan pembuatan formulasi pakan dengan spesifikasi khusus untuk dapat diaplikasikan kepada pembudaya atau pembuat pakan ikan skala kecil.  Formulasi pakan keseluruhan menggunakan bahan baku lokal yang ada di Yogyakarta. Pakan yang dihasilkan nantinya diharapkan memiliki kualitas bagus dengan harga yang lebih murah dan sesuai dengan SNI. Untuk itu, pengujian pakan baik secara fisik, kimiawi maupun biologis sangat diperlukan untuk mengetahui tingkatan mutu pakan yang dibuat.

Saat ini pengujian pakan secara fisik yang meliputi pengujian tingkat homogenitas dan stabilitas pakan sedang dilakukan di LRMPHP. Pengujian tingkat homogenitas bertujuan untuk mengetahui tingkat keseragaman ukuran partikel bahan penyusun pakan. Uji ini dilakukan dengan menghaluskan pakan yang dilanjutkan pengayakan. Tingkat homogenitas dihitung dari persentasi jumlah bahan lolos dari ayakan. Sementara itu, pengujian tingkat stabilitas pakan bertujuan untuk melihat tingkat ketahanan pakan di dalam air dengan cara menghitung lama waktu yang dibutuhkan oleh pakan yang dicelupkan di dalam air hingga pakan hancur dan tenggelam.


Selasa, 13 Maret 2018

Uji Lapang Alat Transportasi Ikan Segar Berpendingin (Altis-2)


Altis-2 pada kendaraan roda dua 
Ikan merupakan sumber pangan dengan komposisi gizi yang lengkap baik protein maupun lemak tak jenuhnya, sehingga permintaan masyarakat terhadap ikan untuk konsumsi terus meningkat. Namun demikian, ikan merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable food). Kerusakan atau penurunan mutu ikan terjadi lebih cepat bila suhu penyimpanan meningkat. Salah satu upaya yang dapat diterapkan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan pendinginan.

Teknologi pendinginan adalah teknologi yang paling mudah digunakan untuk mempertahankan kualitas ikan termasuk penerapan sistem rantai dingin. Dengan sistem ini kondisi dingin ikan terus dijaga selama penanganan mulai dari penangkapan hingga ke tangan konsumen. Penerapan sistem rantai dingin mutlak diperlukan agar konsumen memperoleh ikan dengan kualitas prima. Oleh karena itu pedagang ikan segar keliling yang secara langsung mendistribusikan ikan ke tangan konsumen harus menerapkan sistem ini.

Berbagai metode pendinginan digunakan oleh para pedagang ikan keliling, diantaranya penggunaan es dalam wadah styrofoam, tetapi banyak kendala yang dihadapi terutama penggunaan es yang boros. Metode lain yang dapat diterapkan adalah penggunaan peti ikan berpendingin oleh pedagang ikan segar (Widianto et al., 2014). Penerapan peti ikan berpendingin mampu mempertahankan suhu dan mutu kesegaran ikan selama proses penjualan ikan eceran oleh pedagang ikan keliling. Peti ikan berpendingin tersebut dikenal dengan nama Altis-2 yang merupakan singkatan dari alat transportasi ikan segar untuk kendaraan roda 2.

Altis-2 terdiri dua buah peti berinsulasi yang dirangkaikan dengan dudukan dan diletakkan di sebelah kanan dan kiri sepeda motor. Sistem pendingin alat ini menggunakan sistem Thermoelectric Cooling (TEC) dengan sumber energi arus DC dari aki. Prinsip kerja sistem TEC adalah pemanfaatan terjadinya perbedaan suhu antara sisi panas dan sisi dingin modul TEC atau peltier. Setelah diberi arus DC bagian sisi dingin peltier digunakan untuk menyerap panas ruang penyimpanan yang kemudian dilepas ke lingkungan melalui sisi panas elemen peltier sehingga suhu ruang menjadi rendah. Sistem TEC memiliki keunggulan lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan sistem pendingin konvensional menggunakan refrigerant.

Uji lapang Altis-2 telah dilakukan di Kabupaten Gunungkidul oleh pedagang ikan segar. Hasil uji coba peti dalam kondisi kosong menunjukkan bahwa suhu dapat mencapai 11,1–15,5 °C. Setelah diisi 30 kg ikan yang sebelumnya telah didinginkan hingga 0–1 °C dan dilakukan praktek penjualan ikan eceran selama 3– 3.8 jam, suhu ikan meningkat tetapi hanya sampai 3 °C dengan nilai mutu organoleptik dan jumlah bakteri yang hampir tidak berubah. Dapat dikatakan bahwa peti ikan berpendingin mampu mempertahankan suhu dan mutu kesegaran ikan selama proses penjualan ikan eceran oleh pedagang ikan keliling. Namun pengujian baru dilakukan pada satu pedagang dan satu lokasi sehingga belum diketahui penerimaannya bila diujikan di lokasi yang berbeda. Oleh karena itu, teknologi baru tersebut sebelum diterapkan perlu dikaji penerimaannya oleh pengguna.

LRMPHP sebagai institusi yang telah mengembangkan teknologi Altis-2, telah melakukan penelitian tentang Analisis Penerimaan Alat Transportasi Ikan Segar Berpendingin Menggunakan Pendekatan Technology Acceptance Models (TAM). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel yang mempengaruhi penerimaan Altis-2 oleh para pedagang ikan menggunakan model TAM dan perbaikan yang harus dilakukan sebelum diproduksi massal. TAM merupakan model yang menjelaskan penerimaan masyarakat terhadap suatu sistem atau teknologi tertentu serta opini mereka terhadap teknologi tersebut (Davis, 1989). Ciri khas dari Model TAM adalah sederhana namun bisa memprediksi penerimaan maupun penggunaan teknologi.

Penelitian ini difokuskan pada uji penerimaan Altis-2 oleh pedagang ikan segar di 6 lokasi (Gunung Kidul, Padang, Pacitan, Bantul, Jembrana dan Bitung) melalui pendekatan TAM. Variabel yang digunakan yaitu kemudahan, kegunaan dan penerimaan alat tersebut. Hasil pengukuran tingkat penerimaan Altis-2 oleh pedagang ikan keliling menggunakan TAM memberikan gambaran bahwa variabel kemudahan pengoperasian (persiapan, pelaksanaan dan pasca pemakaian) Altis-2 sangat mempengaruhi tingkat penerimaan. Kondisi spesifik lokasi uji yang berbeda tidak menyebabkan perbedaan persepsi kemudahan, kegunaan dan penerimaan penggunaan Altis-2. Pada tahapan operasional perlu adanya beberapa perbaikan yaitu kemudahan memasang dan melepas rangka dari sepeda motor, penyesuaian ukuran lebar Altis-2, dan perubahan posisi sistem pendingin TEC hingga menjadi lebih tinggi.


Sumber : JPB Kelautan dan Perikanan 2016



Jumat, 09 Maret 2018

Kunjungan Muspika Jetis dan Rapat koordinasi Hasil Riset

Rapat Koordinasi Muspika Jetis
Hari Jumat (9 Maret 2018) pagi, Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan mendapatkan kehormatan untuk menjadi tuan rumah pelaksanaan senam bersama tingkat kecamatan Jetis-Bantul. Senam bersama ini rutin diadakan dengan tuan rumah (penyelenggara) bergiliran diantara instansi pemerintah yang ada di kecamatan Jetis.

Peserta yang hadir diantaranya berasal dari kantor kecamatan Jetis, desa Sumberagung, desa Trimulyo, desa Canden, desa Patalan, polsek Jetis, koramil Jetis, Puskesmas 1 Jetis, Puskesmas 2 Jetis, UPTD Pendidikan kecamatan Jetis, BUKP kecamatan Jetis, dan juga dari internal LRMPHP. Peserta senam bersama diperkirakan mencapai 150 peserta.

Usai pelaksanaan senam bersama  dilanjutkan dengan rapat koordinasi tingkat Muspika Jetis serta kunjungan dan diskusi terkait beberapa peralatan Hasil Litbang LRMPHP. Camat Jetis dan jajaran muspika kecamatan Jetis berkenan untuk berkeliling area LRMPHP untuk kemudian diskusi santai di ruang perpustakaan LRMPHP. Kegiatan ini sekaligus dalam rangka ramah tamah dan memperkenalkan beberapa hasil Litbang di LRMPHP dalam rangka publikasi hasil riset terhadap stake holder. Selain itu, beberapa poin diskusi diantaranya yaitu mengenai pelaksanaan tugas dan fungsi riset yang diemban oleh LRMPHP. 

Rabu, 07 Maret 2018

Pembuatan Patin (Pangasius sp.) Asap Bentuk Butterfly

Ikan patin asap bentuk butterfly
Pembuatan ikan asap secara tradisional biasanya dilakukan dengan mengasapi ikan secara langsung dari pembakaran kayu atau tempurung kelapa. Namun, metode ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain kualitas produk ikan kurang konsisten serta adanya deposit tar dan senyawa - senyawa yang berbahaya bagi kesehatan. Metode lain untuk mengatasi permasalahan tersebut salah satunya dengan memanfaatkan asap cair, sehingga pemberian aroma asap pada makanan akan lebih praktis, yaitu dengan pencelupan produk ke dalam asap cair yang diikuti dengan pengeringan. 

Asap cair dihasilkan dari pirolisis kayu atau tempurung kelapa yang merupakan hasil kondensasi asap menjadi bentuk cair. Komponen utama dari asap cair merupakan senyawa-senyawa dari golongan fenol, karbonil, asam, furan, alkohol, ester, keton, hidrokarbon alifatik, dan poliaromatik hidrokarbon. Senyawa-senyawa ini terbentuk akibat terjadinya pirolisis 3 komponen utama kayu yaitu selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Senyawa fenol berperan sebagai pembentuk aroma dan rasa asap, senyawa karbonil sebagai pembentuk warna kuning kecoklatan, sedangkan senyawa asam berperan sebagai pengawet produk ikan.

Metode pembuatan ikan asap dengan menggunakan asap cair umumnya dilakukan dengan perendaman ikan di dalam larutan asap cair, penirisan dan dilanjutkan dengan pengeringan menggunakan oven. Metode tersebut dinilai efektif dalam pembuatan ikan asap seperti dilaporkan dalam penelitian Marasabessy (2007) dan Widianto & Utomo (2010). Marasabessy (2007) melaporkan bahwa ikan tongkol yang direndam dalam larutan asap cair konsentrasi 2% selama 30 menit dan dilanjutkan dengan pengovenan sampai suhu 80°C menghasilkan ikan tongkol asap yang paling disukai panelis. Penelitian Widianto & Utomo (2010) melaporkan bahwa perendaman fillet ikan patin dalam larutan asap cair dengan konsentrasi 2% selama 20 menit menghasilkan ikan patin asap yang paling disukai panelis.

Konsentrasi asap cair, lama perendaman ikan di dalam asap cair merupakan salah satu faktor mutu produk ikan asap yang dihasilkan. Selain itu, bentuk dan jenis ikan juga berpengaruh terhadap penentuan konsentrasi dan lama perendaman ikan di dalam larutan asap cair. LRMPHP telah melakukan penelitian tentang pembuatan ikan patin asap dalam bentuk butterfly untuk menentukan konsentrasi dan lama perendaman terbaik. Penelitian ini telah dipublikasikan dalam Semnaskan-UGM XIV Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 2017.

Asap cair yang digunakan diperoleh dari hasil pirolisis tempurung dan telah dimurnikan melalui tahap pengendapan, penyaringan dan diredestilasi pada suhu 125°C. Pembuaatan ikan patin asap bentuk butterfly dilakukan dengan merendam ikan patin yang telah dibersihkan dan dibentuk butterfly di dalam larutan asap cair dengan konsentrasi 1, 2 dan 3% selama 20, 30 dan 40 menit yang sebelumnya ditambahkan garam NaCl 2,5 %. Setelah direndam, ikan patin ditiriskan selama 30 menit kemudian dipanggang pada suhu 80°C selama 8 jam di dalam oven. Ikan patin asap yang dihasilkan kemudian diuji organoleptik mengacu pada SNI 01-2346-2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan patin asap bentuk butterfly yang direndam dalam larutan asap cair dengan konsentrasi 3% selama 30 menit mempunyai nilai organoleptik terbaik. Nilai hedonik pada perlakuan tersebut mempunyai nilai sebesar 6,25.

Senin, 05 Maret 2018

LRMPHP Melakukan Penelitian Untuk Mendukung Program Pakan Mandiri

Dok. Humas DJPB

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memastikan gerakan pakan mandiri mampu dongkrak pendapatan pembudidaya. Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto menyampaikan hal tersebut saat menjadi pembicara kunci dalam ajang Seminar Outlook Perikanan 2018 di Hotel Holiday In, Jakarta, Rabu (28/2).

Slamet menyampaikan, capain indikator mikro ekonomi subsektor perikanan budidaya yang bisa terlihat yakni perbaikan nilai usaha pembudidaya ikan (NTUPi) yang tahun ini mencapai 111,26 atau naik 1,7 persen dari tahun 2016 yang lalu. Angka ini menandakan usaha budidaya semakin efisien.

“Nilai NTUPi naik dari semula tahun 2016 sebesar 109,56 menjadi 111,26 di tahun 2017. Ini karena salah satunya dipicu oleh dampak dari penggunaan pakan mandiri yang secara langsung menekan biaya produksi dan meningkatkan nilai tambah keuntungan pambudidaya ikan,” jelas Slamet.

Slamet mengakui, sejak dicanangkan mulai tahun 2015 lalu, program Gerakan Pakan Mandiri (Gerpari) memang tidak 100 persen berhasil sempurna. Masih ada beberapa kendala yang masih dihadapi sebagian kecil Kelompok Pakan Mandiri (Pokanri). Kendala tersebut secara umum yakni minimnya akses  bahan baku berkualitas dan ketersediannya secara kontinyu sesuai kebutuhan.

Namun demikian, Slamet memastikan kendala tersebut sedang ditangani dengan mendekatkan sumber bahan baku ke sentra pakan mandiri. KKP akan bekerja sama dengan BUMN dan Pemda untuk memfasilitasi jaminan ketersediaan bahan baku lokal berbasis protein nabati seperti PKM kelapa sawit, limbah tepung tapioka, tepung kelapa, dan lainnya. Slamet juga memastikan bahwa kandungan protein pakan mandiri telah sesuai dengan SNI.

“KKP tahun ini memulai menata sistem logistik pakan untuk memperbaiki supply chain-nya. Kita akan petakan sumber bahan bakunya dan nanti bisa terkoneksi dengan Pokanri,” imbuh Slamet.
“Idealnya ada kelompok khusus penyedia bahan baku di setiap sentra produksi yang secara langsung bermitra dengan Pokanri ini. Jika ini terbangun di setiap sentra budidaya, maka aksesibilitas pembudidaya terhadap ketersediaan pakan akan semakin mudah,” pungkasnya. 

Dalam rangka mendukung kegiatan program pakan mandiri tersebut, LRMPHP pada 2018 sedang melakukan Penelitian Pembuat Mesin Pakan Ikan Skala UKM. Penelitian tersebut terbagi dalam tiga subkegiatan yaitu Identifikasi dan Kompilasi Formula Pakan Ikan, Rancang Bangun Alsin Pembuat Pakan Ikan dan Uji Kinerja Alsin Pembuat Pakan Ikan dan Mutu Produk.


Sumber : KKP News

Rabu, 28 Februari 2018

Penentuan Posisi Optimal Pembekuan Ikan Dalam Freezer

Ikan merupakan salah satu bahan pangan yang penting bagi manusia karena kandungan gizinya yang tinggi. Sebagaimana produk hayati lainnya, ikan merupakan bahan pangan yang cepat mengalami kerusakan (highly perishable food). Suhu merupakan faktor penting yang dapat mempercepat proses kerusakan, serta menurunkan mutu dan kesegaran ikan. Mutu dan kesegaran ikan dapat dipertahankan jika ditangani dengan hati-hati, cepat, bersih dan disimpan pada suhu rendah. Salah satu upaya penanganan pascapanen suhu rendah yang dapat dilakukan yaitu dengan cara pembekuan.

Ada berbagai peralatan pembekuan ikan yang selama ini digunakan, salah satunya yaitu alat pembeku komersial yang lazim dikenal sebagai freezer. Penggunaan freezer sangat populer, baik untuk skala rumah tangga, industri maupun untuk kegiatan penelitian. Pada kegiatan penelitian misalnya, freezer digunakan untuk menyimpan sampel atau produk yang memerlukan pengujian atau proses lebih lanjut. Salah satu titik kritis yang terjadi pada proses ini adalah ketidakseragaman suhu antar posisi pada ruang penyimpanan beku serta perbedaan suhu real time dengan dengan suhu setting. Akibatnya produk yang disimpan dapat mengalami kemunduran mutu, padahal diharapkan produk yang disimpan memiliki kualitas sebagaimana pada saat awal dimasukkan ke dalam freezer, serta memiliki kualitas yang seragam meskipun diletakkan pada posisi yang berbeda tergantung ketersediaan slot pada freezer

Penelitian tentang tingkat keseragaman suhu ruang freezer dan penentuan posisi optimal untuk pembekuan dan penyimpanan ikan telah dilakukan oleh LRMPHP. Peralatan yang digunakan meliputi chestfreezer dengan kapasitas 1050 L, termometer 4 channel merk Lutron seri TM-946 dengan probe merk Krisbow seri KW0600301 dan termohigrometer merk Krisbow seri KW06-561. Rangkaian penelitian meliputi pengaturan data logger suhu, perekaman kelembapan lingkungan selama percobaan berlangsung, pengujian dengan beban kosong dan pengujian dengan menggunakan beban. Pengukuran suhu dilakukan pada 4 titik sebagai perlakuan (T1: bagian tengah kiri freezer, T2: bagian tengah atas freezer, T3: bagian tengah bawah freezer, T4: bagian tengah kanan freezer) di dalam ruang freezer yang mewakili bentuk tiga dimensi bangun ruang, dengan menggunakan variasi dua suhu setting tertinggi (knop 5 dan knop 7). 
Skema pengukuran suhu tampak depan (a) chestfreezer, (b) termometer T1, T2, T3, T4, posisi probe

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelembapan udara berkisar antara 44,95 – 48,59%, dengan rata-rata untuk masing-masing suhu setting (knop 5 dan knop 7) sebesar 46,57% dan 46,57%. Hasil uji-t menunjukkan bahwa kelembapan udara tidak berbeda nyata antar suhu setting. Rata-rata suhu saat pengujian beban kosong berturut-turut untuk probe T1, T2, T3 dan T4 sebesar -14,35°C, -13,07°C,-18,45°C dan -14,10°C untuk knop 5; dan -15,20°C, -13,93°C, -19,30°C dan -15,20°C untuk knop 7. Rata-rata suhu saat pengujian dengan beban berturut-turut untuk probe T1, T2, T3 dan T4 sebesar -7,12°C, -7,15°C, -13,72°C, -9,42°C untuk knop 5; dan -7,75°C, -7,78°C, -14,50°C, -10,12°C untuk knop 7. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perbedaan posisi memberikan pengaruh yang berbeda nyata, baik untuk pengujian beban kosong maupun pengujian dengan beban. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa posisi T3 merupakan perlakuan yang terbaik (suhu paling rendah pada semua setting suhu) dan berbeda nyata dengan 3 perlakuan lain. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ruang penyimpanan/ruang pembekuan pada freezer yang diuji coba memiliki suhu yang tidak seragam. Hasil pengujian baik tanpa beban maupun dengan beban menunjukkan bahwa posisi yang baik untuk meletakkan sampel dengan deviasi terendah antara suhu yang diukur dan suhu setting yaitu pada titik T3.

Sumber : Prosiding Semnaskan-UGM XIV Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 2016


Senin, 26 Februari 2018

Pelaksanaan Uji Kompetensi Analisa Proksimat SMK N 1 SANDEN di LRMPHP

LRMPHP menjadi tempat kegiatan uji kompetensi analisa proksimat siswa SMK Negeri 1 Sanden Program Keahlian Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan tahun 2018. Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka ujian nasional sekolah kejuruan. Ujian kompetensi analisa proksimat diselenggarakan pada tanggal 26 Februari - 1 Maret 2018 dan diikuti oleh 29 siswa. Pada kegiatan ini, LRMPHP menugaskan  2 orang stafnya sebagai penguji eksternal sekaligus untuk membantu kelancaran kegiatan tersebut.


Pengarahan uji proksimat oleh staf LRMPHP
Ujian kompetensi analisa proksimat yang dilakukan di Laboratorium Kimia LRMPHP adalah uji kadar air dan kadar abu. Pengujian mengacu pada metode Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk analisa kadar air (SNI 01-2354.2-2006), sedangkan untuk kadar abu sesuai SNI 01-2354.1-2006. Metode analisa tersebut didasarkan pada penimbangan berat sampel sebelum dianalisa dengan berat sampel setelah dianalisa (metode gravimetri). Peralatan yang digunakan untuk pengujian kadar air dan abu di LRMPHP adalah Timbangan Analitik Fujitsu HTR 220E, Oven Memmert UN 55 dan Furnace Thermolyne.

Pada pelaksanaan uji kompetensi dilakukan preparasi sampel dengan cara menghaluskannya dengan mortar. Sampel yang digunakan pada pengujian ini adalah fish finger yang telah dibuat oleh siswa. Pada analisa kadar air, sampel dioven pada suhu 105 0C selama 16 - 24 jam, sedangkan untuk kadar abu, sampel dioksidasi pada suhu 550 0C dalam tungku pengabuan (furnace) selama 8 - 24 jam.




Pelaksanaan uji kompetensi analisa proksimat


Jumat, 23 Februari 2018

Penelitian Pembuatan Formula Pakan Ikan Mandiri

LRMPHP Lakukan Uji Proksmat dan Pembuatan Formula Pakan Ikan guna Hasilkan Pakan Ikan Murah

Hasil Pembuatan Pakan Ikan 
Bantul ( 23/2) :  Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (LRMPHP) - Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) melaksanakan kegiatan penelitian guna menguji proksimat dan pembuatan formula pakan ikan, pada tanggal 23 Februari 2018, bertempat di LRMPHP, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Penelitian yang diikuti oleh tiga orang peserta ini bertujuan untuk mendukung gerakan pakan mandiri, dalam rangka menjaga ketahanan pangan. Kegiatan ini sendiri menampilkan keunggulan terkait formula pakan ikan yang dapat digunakan untuk aplikasi UKM.

“Diharapkan teknologi ini dapat bermanfaat guna menghasilkan pakan ikan murah. Kami juga berharap dapat semakin membantu petani ikan untuk lebih produktif dalam  budidaya ikan,” tandas Kepala Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan Luthfi Assadad

Kamis, 22 Februari 2018

KKP Buat Percontohan Teknologi RAS Pada Unit Pembenihan Skala Rakyat

Menteri Susi Pudjiastuti Meninjau UPR di Desa Bokesan, Sleman, DIY (dok. KKPNews)
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti bersama Dirjen Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto meninjau Unit Pembenihan Rakyat (UPR) di Desa Wisata Bokesan, Kab. Sleman, DIY (20/2). Kegiatan ini merupakan rangkaian kunjungan kerja Menteri Susi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Menteri Susi mengapresiasi keberhasilan pengembangan kawasan perikanan budidaya khususnya peran pemberdayaan masyarakat yang dilakukan Kelompok Pembudidaya Ikan Mina Ngremboko. Ia juga menilai kawasan ini layak untuk menjadi percontohan pengembangan ekonomi lokal bagi daerah lain.

Salah satu upaya KKP dalam menggenjot produksi dengan memberikan dukungan berupa pembangunan UPR teknologi pembenihan intensif sistem Resirculating Aquaculture System (RAS). RAS merupakan sistem budidaya ikan secara intensif dengan menggunakan infrastruktur yang memungkinkan pemanfaatan air secara terus-menerus (resirkulasi air), seperti fisika filter, biologi filter, UV, Oksigen generator untuk mengontrol dan menstabilkan kondisi lingkungan ikan, mengurangi jumlah penggunaan air dan meningkatkan tingkat kelulushidupan ikan.

Menurut Dirjen Perikanan Budidaya Slamet Subjakto, kelebihan RAS adalah sebagai berikut : 1). Produktivitas bisa digenjot hingga 100 kali lipat dibanding dengan sistem konvensional. Padat tebar nila mampu digenjot hingga mencapai 5.000 ekor/m3, sedangkan pada sistem konvensional hanya 50 ekor/m2; 2). Hemat penggunaan air dan dapat dilakukan pada areal yang terbatas. Di samping itu, penggunaan teknologi RAS akan memberikan jalan keluar atas tantangan perikanan budidaya seperti perubahan iklim dan kualitas lingkungan.

Ketua Kelompok Mina Ngremboko, Saptono, mengungkapkan bahwa sistem RAS mampu menaikan produktivitas benih secara signifikan. Dukungan sistem RAS yang diberikan KKP dirancang untuk memproduksi benih ikan nila ukuran 5-7 cm sebanyak minimum 108.000 ekor per bulan dengan padat tebar per kolam sebanyak 30.000 ekor. "Secara ekonomi, dengan pengelolaan sistem RAS sebanyak 4 kolam, kami menargetkan pendapatan minimal Rp. 9.180.000,- per bulan atau min. Rp. 91.800.000,- per tahun", ungkap Saptono.

Sumber : IG KKP RI (@kkpgoid), KKP News

Rabu, 21 Februari 2018

Mengenal Inovasi Teknologi MBG

Menteri KKP Tinjau Inovasi Teknologi MBG (dok.humas djpb kkp)
KKPNews, Jakarta – Inovasi teknologi baru mengenai kelautan dan perikanan mulai diperkenalkan pada usaha budidaya ikan, salah satunya adalah penerapan Microbubble Tecnology (MBG). Teknologi MBG merupakan pembuatan gelembung udara mikro dengan generator kecil. Dengan gelembung udara maka kandungan oksigen dalam air semakin tinggi. Teknologi tepat guna ini murah dan telah diuji coba di pertanian air tawar di Sleman, DIY.

Selain murah, penerapan MBG juga menghasilkan panen lebih dari tiga kali dalam setahun. Dari tiga kali panen menjadi empat kali panen, penggunaan listriknya hemat untuk memutar kincir. Jika disosialisasikan kepada masyarakat, katanya, teknologi ini bisa lebih efisien dalam proses budidaya ikan. Petani akan mendapat hasil yang maksimal karena hasilnya naik lebih dari 50%.

Inovator dari UGM, Prof. Rustadi menjelaskan bahwa prinsip microbubble sama dengan aerasi. Hanya saja selain ukuran yang lebih besar, teknologi ini mampu menghasilkan gelembung udara yang lebih kecil (micro), sehingga ketersediaan oksigen terlarut dalam air lebih stabil dan tahan lama.

Keuntungan lain MBG dibanding konvensional antara lain : waktu lebh cepat 1 (satu) bulan dengan padat tebar tinggi 15-25 ekor/m2); produktivitas lebih tinggi 40% (600 kg/100 m2); lebih tahan penyakit; hemat penggunaan air; penggunaan pakan lebih efisien (FCR : 1,3); pertumbuhan cepat dan ikan lebih seragam.

Pada tahun ini teknologi tersebut direncanakan akan masuk ke tahap komersialisasi dan akan bekerjasama dengan pihak swasta. Biaya produksi yang tidak terlalu tinggi, kedepan diharapkan teknologi ini dapat dimanfaatkan oleh pembudidaya ikan di Inondesia. (humas_djpb)

Sumber : KKPNews

Menteri Susi Terima Penghargaan Herman Johannes Award


(dok. humas KKP / Handika Rizki Rahardwipa)
KKPNews, Yogyakarta – Keberhasilan upaya yang dilakukan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dalam mengawal kedaulatan perairan dan keberlanjutan sumber daya perikanan Indonesia telah mendapat  pengakuan dari berbagai pihak. Dalam hal ini, Menteri Susi kembali meraih sebuah penghargaan dalam acara Peringatan Hari Pendidikan Tinggi Teknik yang digelar oleh Keluarga Alumni Teknik Universitas Gadjah Mada (KATGAMA), untuk kategori sektor kelautan dan perikanan. Menteri Susi dinilai berperan penting dalam pengembangan ilmu dan teknologi kelautan dan perikanan.
“Penghargaan ini diberikan kepada putera-puteri terbaik bangsa karena pengabdian dan karyanya yang disumbangkan kepada Indonesia. Semoga dapat memberi inspirasi bagi generasi muda untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa,” ujar Ketua (KATGAMA) Agus Prijanto dalam sambutannya pada Selasa (20/2) di acara Rapat Terbuka Senat Fakultas Teknik UGM.
Usai penyerahan penghargaan, Menteri Susi menyampaikan kuliah umum dihadapan ratusan alumni UGM. Menteri Susi mengatakan penghargaan tersebut merupakan bentuk penghargaan kepada dirinya dan masyarakat atas kerja kerasnya selama tiga tahun terakhir.
“sebetulnya penghargaan ini bukan untuk saya pribadi, saya selalu bilang saya sangat beruntung, padahal saya punya pekerjaan yang sangat serius dan program yang saya kerjakan luar biasa pentingnya,” ungkap Menteri Susi.
“Ini kedua kali saya dapat penghargaan. Yang pertama itu di ITB dari Ganesha. Ini juga sebagai rasa terimakasih saya kepada Pak Jokowi yang sudah mempercayakan jabatan kepada orang yang sekolah SMA sampai kelas 2 saja,” lanjutnya.
Dalam kesempatan tersebut, Menteri Susi juga mengaku sulitnya melakukan penegakan hukum, terlebih di sektor kelautan dan perikanan. Menteri Susi menyadari butuhnya kesadaran masyarakat dan apresiasi yang diberikan oleh pemerintah. “Kepada anak-anak bangsa yang telah bekerja sungguh-sungguh. Pak Jokowi tidak salah bahwa pilihannya benar dalam menjadikan laut sebagai masa depan bangsa,” ujar Menteri Susi.
Bersama Menteri Susi, sejumlah tokoh nasional lain seperti Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU PR) Basoeki Hadimoeljono juga mendapat penghargaan di bidang infrastruktur. Kemudian, penghargaan juga diberikan kepada Prof.Ir. Hardjoso Prodjopangarso di bidang Teknologi Pengairan, Prof Dr Soebroto MA bidang energi dan Dr Ir Hartatrto Sastrosoenarto bidang industri.

Sumber : KKP News

Selasa, 20 Februari 2018

Pengaruh Rasio Ikan dengan Es Serut dan Lama Penyimpanan Terhadap Perubahan Mutu Ikan Cakalang dan Ikan Tuna


Ikan tuna, tongkol, dan cakalang (ikan TTC) merupakan jenis ikan ekonomis penting Indonesia. Daerah penyebaran ikan TTC di Indonesia meliputi Laut Banda, Laut Maluku, Laut Flores, Laut Sulawesi, Laut Hindia, Laut Halmahera, perairan utara Aceh, barat Sumatra, selatan Jawa, utara Sulawesi, Teluk Tomini, Teluk Cendrawasih, dan Laut Arafura. Volume produksi ikan TTC cenderung meningkat setiap tahunnya, dimana pada tahun 2010 dan 2011 masing-masing mencapai 910.506 dan 974.011 ton (Supriatna et al., 2014). Peningkatan hasil tangkapan laut tersebut harus dibarengi dengan penanganan dan penyimpanan yang baik sehingga mutunya tetap terjaga. Penanganan dan penyimpanan yang kurang baik menyebabkan mutu hasil tangkapan menurun sehingga umur simpannya terbatas. 

Kemunduran mutu ikan hasil tangkapan dapat terjadi karena adanya aktivitas biokimia dan mikrobial sehingga menyebabkan akumulasi dari senyawa-senyawa volatil dan karbonil pada daging ikan. Salah satu parameter kimia yang banyak digunakan untuk mengetahui kualitas ikan segar adalah Total Volatile Basic Amines (TVB). Kandungan dari senyawa TVB-N (Total Volatile Basic Nitrogen) pada ikan sering digunakan sebagai indeks kesegaran ikan dan batas nilai TVB-N adalah spesifik untuk jenis ikan yang berbeda (European Union Law 95/149/EC, 1995). Kenaikan kandungan TVB-N disebabkan pembentukan trimethylamine (TMA) pada ikan. TMA merupakan senyawa yang menjadi komponen penyebab pembusukan ikan yang utama dan memiliki bau amis yang spesifik. 

Metode yang umum digunakan untuk mempertahankan kesegaran ikan adalah dengan menyimpannya pada suhu rendah. Salah satu cara yang sering dilakukan adalah menyimpannya dalam cool box yang sudah diberi es serut. Pemberian es serut bertujuan agar es tidak melukai tubuh ikan dan lebih fleksibel saat diletakkan di dalam wadah dibandingkan dengan diberi es balok. Penelitian tentang pengaruh rasio ikan dengan es serut dan lama penyimpanan terhadap perubahan mutu ikan cakalang dan ikan tuna telah dilakukan oleh LRMPHP. Penelitian tersebut telah dipublikasikan dalam Semnaskan-UGM XIV Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 2017.

Dalam penelitian digunakan variasi rasio ikan dengan es yaitu 1:1, 1:2, dan 1:3 serta variasi lama penyimpanan 48 dan 96 jam. Parameter yang diamati berupa perubahan suhu rata-rata, TVB (Total Volatile Base), dan TMA (Trimethyilamine). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyimpanan dengan rasio ikan dengan es 1 : 3 lebih efektif untuk mempertahankan suhu ikan tuna, sedangkan untuk penyimpanan dengan rasio ikan dengan es 1 : 2 lebih efektif untuk mempertahankan suhu ikan cakalang. Kadar TVB pada ikan cakalang yang disimpan dengan rasio ikan dengan es 1:2 selama 48 jam masih berada pada ambang batas yang aman untuk dikonsumsi, sedangkan kadar TVB pada ikan tuna yang disimpan dengan rasio ikan dengan es 1:3 selama 96 jam masih berada pada ambang batas yang aman untuk dikonsumsi. Pada ikan cakalang yang disimpan dengan rasio ikan dengan es 1 : 2 dan 1 : 3 sampai jam ke-96 kemungkinan sudah terbentuk senyawa-senyawa volatil seperti TMA, DMA, amonia, dan methilamine namun masih dapat ditoleransi, sedangkan pada ikan tuna yang disimpan dengan rasio ikan dengan es 1 : 1, 1 : 2 dan 1 : 3 sampai jam ke 96 memiliki kadar TMA yang rendah sehingga masih aman untuk dikonsumsi.

Kamis, 15 Februari 2018

Pemaparan Hasil Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Mahasiswa Universitas Borneo Tarakan (UBT)

Pemaparan Hasil Kegiatan PKL Mahasiswa UBT (dok. LRMPHP)
Hasil kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) telah dipaparkan oleh mahasiswa  Universitas Borneo Tarakan di LRMPHP tanggal 14 Februari 2018. Kegiatan tersebut dihadiri oleh PLH Kepala LRMPHP Arif Rahman Hakim, M.Eng, Pembimbing mahasiswa selama PKL dari LRMPHP dan Tim Pelayanan Teknis LRMPHP. Praktek kerja lapangan yang dilakukan oleh mahasiswa tersebut berdasarkan surat permohonan Ijin PKL Nomor : 121/UN51.2/AK/2017 tertanggal 3 November 2017 dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Borneo Tarakan ke LRMPHP. Adapun waktu pelaksanaan PKL mulai tanggal 15 Januari hingga 15 Februari 2018 yang diikuti oleh lima mahasiswa yaitu Evan Hardianshah, Marisah Andriani, Nova Martina Elperida, Rahmah Agustianisa dan Muh. Wahyudin yang semuanya dari jurusan MSP FPIK UBT.

Pemaparan mengenai riset Ice Maker
Kegiatan PKL yang dipaparkan mahasiswa selama di LRMPHP yaitu melakukan pengukuran beberapa parameter uji untuk Riset Alat Uji Kesegaran Ikan Berbasis Citra Mata dan Sensor Gas, Riset Ice Maker Tenaga Hybrid dan Riset MCS (Mini Cold Storage). Beberapa masukan dan saran diberikan oleh para pembimbing kepada mahasiswa diantaranya cara penulisan makalah riset yang baik dan kesesuaian judul yang ditulis dengan tujuan dan kesimpulannya. PLH Kepala Loka berharap agar kegiatan PKL yang dilakukan mahasiswa bermanfaat dan dapat dijadikan pengalaman untuk bekal menyusun makalah ilmiah.

Senin, 12 Februari 2018

Mengenal Kapal Inka Mina 646, Kapal Perikanan > 30 GT dari Bantul

Kapal Inka Mina 646 (sumber : google+ inka mina 646)
Usaha penangkapan ikan di Yogyakarta telah dilakukan di 20 lokasi pendaratan ikan yang tersebar di 3 kabupaten. Di Kabupaten Kulon Progo, lokasi pendaratan ikan terdapat di Pantai Congot, Glagah, Karangwuni, Bugel, dan Trisik. Di Kabupaten Bantul terdapat di Pantai Pandansimo, Kuwaru, Samas, Goa Cemara, dan Depok. Lokasi pendaratan ikan di Kabupaten Gunung Kidul terdapat di pantai Gesing, Ngrenehan, Baron, Kukup, Drini, Krakal, Sundak, Siung, Wediombo, dan Sadeng. Selama periode produksi, produksi perikanan laut berfluktuasi dan sangat dipengaruhi oleh faktor cuaca dan iklim. Kondisi cuaca yang buruk menyebabkan gelombang laut selatan menjadi tinggi sehingga terpaksa nelayan di beberapa daerah tidak melaut. Disamping itu, sarana penangkapan ikan juga masih terbatas baik dari sisi armada penangkapan maupun alat tangkap perikanan yang ada. Diantara lokasi pendaratan yang ada, saat ini hanya di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sadeng Gunungkidul yang bisa dijadikan sebagai lokasi pendaratan kapal > 30 GT, termasuk di dalamnya Kapal Perikanan KMN, Inka Mina 646.
Pada umumnya kapal-kapal yang dipergunakan di DIY adalah Perahu Motor Tempel (PMT) dan Kapal Motor. Menurut Dr. Suwarman Partosuwiryo, A.Pi., M.M struktur armada perikanan tangkap DIY masih didominasi oleh PMT dengan prosentase mencapai 89,76%; kapal < 10 GT sebanyak 5,79%; dan kapal > 10 GT sebanyak 4,45%. Jumlah armada PMT yang berlebihan menyebabkan kegiatan penangkapan ikan di zona penangkapan I (0 – 4 mil) jenuh sehingga saat ini dikembangkan kegiatan penangkapan ikan lepas pantai melalui operasional kapal perikanan > 30 GT.
Program Inka Mina pada dasarnya adalah pembangunan kapal ikan sebanyak 1000 (seribu) unit selama 5 tahun (2010 – 2014) serta bertujuan meningkatkan daya jelajah penangkapan ikan sampai ZEE dan laut lepas, mengurangi eksploitasi ikan di wilayah pantai serta meningkatkan kesejahteraan nelayan. SAdapun jumlah kapal > 30 GT yang ada di DIY sejumlah 13 unit yang terdiri dari KMN. Inka Mina 163, KMN. Inka Mina 164, KMN. Inka Mina 165, KMN. Inka Mina 166, KMN. Inka Mina 398, KMN. Inka Mina 399, KMN. Inka Mina 400, KMN. Inka Mina 401, KMN. Inka Mina 530, KMN. Inka Mina 645, KMN. Inka Mina 646, KMN. Inka Mina 647, KMN. Inka Mina 648. Diantara ketiga belas (13) kapal perikanan > 30 GT tersebut, terdapat 5 kapal Inka Mina yang dimiliki kelompok nelayan dari Kabupaten Bantul yakni KMN. Inka Mina 165, KMN. Inka Mina 398, KMN. Inka Mina 401, KMN. Inka Mina 646 dan KMN. Inka Mina 645.
Sebagai kelompok nelayan perikanan tangkap, Koperasi Inka Bantul VII Projo Mino mengelola 1 unit KMN Inka Mina 646 dengan ukuran kapal 41 gross tonnage (GT) yang beroperasi di WPP-RI 573 serta bersandar di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sadeng, Songbanyu, Girisubo, Gunungkidul. Kapal yang dipergunakan untuk pengoperasian purse seine KMN. Inka Mina 646 terbuat dari kayu dengan panjang 18,94 m, lebar 4,93 m, dan dalam 2,10 m. Galangan kapal berasal dari Kabupaten Batang, Jawa Tengah serta penerbitan dokumen kapal diantaranya groose akta dari Kantor Syahbandar Banyuwangi Jawa Timur. Kapal tersebut memiliki tonase kotor 41 GT dan tonase bersih 15 GT dengan nomor selar 265/Fr. Mesin yang digunakan terdiri dari 3 mesin, yakni mesin induk menggunakan Yucai Marine 170 – 200 HP, mesin genset menggunakan Dong Feng 24 PK, dan mesin genset Mitsubishi PS 100 HP. Penarikan jaring purse seine terintegrasi dengan mesin induk yakni terhubung dengan gardan sehingga dapat dilakukan secara mekanisasi. Dengan ukuran kapal tersebut, Kapal Inka Mina 646 dapat menjelajah hingga > 100 mill serta dalam jangka waktu 7 – 10 hari berada di laut.
Sampai saat ini, Kapal Inka Mina 646 masih aktif melakukan kegiatan melaut. Menginjak tahun ke-5 operasional kapal, telah dilakukan beberapa kali perbaikan (docking) dengan tujuan pemeliharaan kapal agar dapat selalu laik laut. Semoga keberadaan Koperasi Inka Bantul VII Projo Mino mampu memberikan manfaat serta mendukung program pemerintah dalam merealisasikan penangkapan ikan lepas pantai dengan armada perikanan yang lebih modern. Serta mampu mewujudkan kegiatan perikanan yang terpadu antara sektor hulu dan hilir yang berupa kegiatan pengolahan serta pemasaran hasil perikanan. (rozi)

Sumber : Diperpautkan Bantul (https://diperpautkan.bantulkab.go.id)

Kamis, 08 Februari 2018

Pembahasan Bersama Rencana Kerja LRMPHP Tahun 2018

Pembahasan rencana kerja LRMPHP TA 2018
Pelaksanaan pembahasan rencana kerja LRMPHP tahun 2018 telah dilakukan pada 7 Februari 2018 di Ruang Aula LRMPHP. Kegiatan pembahasan dalam rangka penajaman rencana kerja ini dihadiri oleh Kepala LRMPHP, Perwakilan Puriskan Jakarta (Budi Nugraha, M.Si), narasumber (Dr Suwarman Partosuwiryo) dari Dinas Kelautan dan Perikanan DIY, Evaluator Senny Helmiati, M.Sc dari Jurusan Perikanan UGM dan Dr Ir Nursigit Bintoro, M.Sc dari  Fakultas Teknologi Pertanian UGM serta seluruh pegawai LRMPHP.

Dalam sambutannya, Kepala LRMPHP memaparkan rencana kegiatan kerja tahun 2018 dan SDM yang dimiiliki saat ini. Kegiatan LRMPHP tahun 2018 meliputi kegiatan riset 1 judul yaitu tentang Mesin Pembuat Pakan Ikan Skala UKM dan kegiatan manajerial meliputi tata usaha, tata operasional dan pelayanan teknis. Sementara itu, perwakilan dari Puriskan Jakarta menyampaikan apresiasinya terhadap hasil riset LRMPHP yang dapat diaplikasikan langsung ke stake holder. Hasil riset yang ada disarankan untuk segera dilakukan pendaftaran patennya.

Pemaparan kegiatan riset dan manajerial LRMPHP
Pada pemaparan kegiatan riset tahun 2018, beberapa masukan dan saran diberikan oleh para evaluator. Kegiatan riset ini sangat strategis untuk mendukung pakan ikan mandiri, sehingga diharapkan hasil riset bisa bermanfaat untuk masyarakat. Beberapa hal penting yang menjadi masukan diantaranya kemudahan dan kontinyuitas bahan baku pakan ikan serta spesifikasi peralatan pembuat pakan ikan agar disesuaikan dengan kebutuhan stake holder. Pada kesempatan ini juga dipaparkan tentang Pembuatan Pakan Ikan Mandiri di DIY dari Dinas Kelautan dan Perikanan DIY. Dalam paparannya dijelaskan beberapa formulasi dalam pembuatan pakan ikan. Kendala yang ada saat ini adalah sulitnya mendapatkan bakan baku pakan ikan terutama di DIY sehingga harus dicarikan alternatif lain.

Pembahasan rencana kerja LRMPHP tahun 2018 diakhiri dengan paparan dan pembahasan kegiatan tata usaha, tata operasional dan pelayanan teknis. Kepala LRMPHP berharap kegiatan manajerial ini dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan target kegiatan tahun 2018.

Rabu, 07 Februari 2018

Kunjungan ilmiah Tim UMG Myanmar ke LRMPHP

Kunjungan Tim UMG ke LRMPHP (dok. LRMPHP)
Tim dari UMG Myanmar melakukan kunjungan dan diskusi ke Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (LRMPHP) Bantul, DI Yogyakarta pada tanggal 5 Februari 2018. UMG merupakan suatu grup perusahaan yang berkantor pusat di Yangon, Myanmar dan bergerak di antaranya di bidang distribusi, sumberdaya alam, makanan, telekomunikasi dan informatika. Kunjungan dimaksudkan untuk penjajakan kerjasama terkait dengan peralatan yang telah dikembangkan dan dihasilkan oleh LRMPHP.
Kunjungan tersebut diterima langsung oleh Kepala LRMPHP, Luthfi Assadad, M.Sc.,  Koordinator Riset LRMPHP beserta Tim Pelayanan Teknis. Diskusi diawali dengan pemaparan oleh kepala LRMPHP terkait tentang profil, tupoksi dan  hasil-hasil riset yang telah dikembangkan oleh LRMPHP.

Paparan oleh kepala LRMPHP dan diskusi terkait kerjasama (dok. LRMPHP)
Dalam diskusi tersebut Tim dari PT UMG Myanmar juga menyampaikan bahwa tujuan kunjungan dilakukan dalam rangka penjajakan kerja sama dengan LRMPHP dalam mengembangkan peralatan dibidang perikanan. PT UMG Myanmar mengembangkan bidang pertanian (AGRITEC), perikanan (FISHTEC) dan peternakan. Program FISHTEC dalam bidang perikanan diharapkan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan nelayan yang akan difokuskan pada pengembangan knowledge. Pengembangan knowledge merupakan teknologi yang bisa menjembatani antara buyer dan supplier terkait dengan jual beli ikan melalui aplikasi online berbasis android
Beberapa peralatan perikanan yang sudah dikembangkan oleh PT UMG diantaranya adalah Pancing Cumi Otomatis dan Alat Penghitung Benur Udang yang sudah mendekati real time. PT UMG tertarik dengan hasil riset LRMPHP yang dianggap potensial untuk dikembangkan diantaranya adalah Meat Bone Separator (alat pemisah daging dan tulang ikan), Cold Storage Mobile (ALTIS-2), Alat Deteksi Uji Kesegaran Ikan dan Mini Cold Storage di Kapal menggunakan sistem Refigerated Sea Water (RSW). Tim UMG berharap dapat melakukan kerja sama dengan LRMPHP untuk mengembangkan salah satu hasil litbang LRMPHP. Langkah selanjutnya akan ditindak lanjut oleh LRMPHP melalui Biro Kerja Sama Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk melihat apakah sudah ada payung hukum untuk kerja sama tersebut.