EKONOMI BIRU

Arah Kebijakan Pembangunan Sektor Kelautan dan Perikanan 2021 - 2024 Berbasis EKONOMI BIRU

ZI WBK? Yes, We CAN

LRMPHP siap meneruskan pembangunan Zona Integritas menuju satuan kerja berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) yang telah dimulai sejak tahun 2021. ZI WBK? Yes, We CAN.

LRMPHP ber-ZONA INTEGRITAS

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan siap menerapkan Zona Integritas menuju satuan kerja berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) 2021.

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan

LRMPHP sebagai UPT Badan Riset dan SDM KP melaksanakan riset mekanisasi pengolahan hasil perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 81/2020

Tugas Pokok dan Fungsi

Melakukan tugas penelitian dan pengembangan strategis bidang mekanisasi proses hasil perikanan di bidang uji coba dan peningkatan skala teknologi pengolahan, serta rancang bangun alat dan mesin untuk peningkatan efisiensi penanganan dan pengolahan hasil perikanan

Produk Hasil Rancang Bangun LRMPHP

Lebih dari 30 peralatan hasil rancang bangun LRMPHP telah dihasilkan selama kurun waktu 2012-2021

Kerjasama Riset

Bahu membahu untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan dengan berlandaskan Ekonomi Biru

Sumber Daya Manusia

LRMPHP saat ini didukung oleh Sumber Daya Manusia sebanyak 20 orang dengan latar belakang sains dan engineering.

Kanal Pengelolaan Informasi LRMPHP

Diagram pengelolaan kanal informasi LRMPHP

Tampilkan postingan dengan label Berita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Berita. Tampilkan semua postingan

Kamis, 26 April 2018

Presiden: Pembangunan KJA Lepas Pantai Proses Transfer Ilmu dan Teknologi ke Nelayan

Keramba Jaring Apung (KJA), dok.biro setpres
KKPNews, Pangandaran – Presiden Joko Widodo meresmikan proyek keramba jaring apung (KJA) lepas pantai dalam kunjungan kerjanya ke Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. Peresmian itu dilaksanakan di Pelabuhan Pendaratan Ikan Cikidang, Desa Babakan, Selasa, 24 April 2018.

Proyek tersebut merupakan upaya pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk meningkatkan produktivitas para nelayan dan membudidayakan ikan-ikan yang kini sulit ditemukan.

“Ini terobosan pertama di Indonesia. Kita harapkan menjadi cikal bakal berlipat gandanya nilai tambah dari budidaya perikanan Indonesia,” kata Presiden di hadapan para nelayan dan masyarakat umum yang hadir.

Presiden menjelaskan bahwa pembangunan unit KJA lepas pantai ini merupakan sebuah proses transfer ilmu dan teknologi kepada para nelayan sehingga dapat memproduksi ikan dengan jumlah yang jauh lebih banyak dibanding dengan cara-cara konvensional.

“Coba bandingkan dengan keramba jaring apung biasa yang produksinya hanya 5,4 ton per tahun, per unit. Ini 816 ton per tahun, per unit,” ujarnya.

Oleh karenanya, Kepala Negara meminta para nelayan untuk mengikuti perkembangan teknologi tersebut demi kesejahteraan para nelayan itu sendiri. Ia menyebut bahwa Indonesia masih memiliki peluang untuk terus meningkatkan produksi perikanan nasional menjadi lebih banyak lagi.

“Kita harapkan semakin banyak yang terlibat dalam keramba jaring apung offshore ini. Pemasarannya ke mana? Kita harapkan bisa ekspor entah ke Timur Tengah, Australia, Eropa, Jepang, semuanya,” tuturnya.

Untuk diketahui, unit KJA yang diresmikan Presiden terletak di lepas pantai yang berjarak 8 mil dari Pelabuhan Pendaratan Ikan Cikidang. Untuk menuju unit tersebut, dibutuhkan waktu selama kurang lebih 45 menit menggunakan kapal.

Proyek ini dalam praktiknya melibatkan hingga ratusan nelayan setempat untuk beroperasi. Tak hanya di Pangandaran, saat ini pemerintah juga sedang membangun unit serupa di beberapa titik lainnya.

“Ini baru satu yang dibangun di sini, nanti akan dikembangkan dua lagi. Sedang dikerjakan di Sabang dan Karimun Jawa,” ungkap Presiden.

Di setiap lubang keramba yang dibangun di lepas pantai Pangandaran, ditebar bibit ikan Kakap Putih (Baramundi) yang kini sulit ditemukan nelayan setempat yang salah satunya diakibatkan oleh penggunaan alat tangkap yang kurang ramah lingkungan. Dalam kunjungan itu, Presiden turut menebar benih ikan dimaksud usai memberikan sambutan.

Sebelum beranjak menuju lokasi keramba, ia sempat berpesan kepada para nelayan untuk mulai beralih kepada alat tangkap yang ramah lingkungan. Kesadaran tersebut perlu untuk ditanamkan demi menjamin keberlanjutan dan kesinambungan usaha perikanan tangkap hingga generasi mendatang.

“Marilah kita pakai jaring-jaring yang ramah pada lingkungan. Jangan pakai jaring yang kecil-kecil sehingga ikan kecil kena semua. Anak-cucu kita nanti kehabisan ikan-ikan yang harusnya bisa dinikmati,” ucapnya.

Setelah bertemu nelayan, Presiden bersama Menteri Kelautan dan Perikanan Susi, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri PU dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan menuju KJA lepas pantai dengan menggunakan kapal riset dan latih Madidihang 03 milik Kementerian Kelautan dan Perikanan. Saat mendekat kerambu jaring apung tersebut, Presiden dan rombongan berganti perahu karet sea rider untuk mendekati kerambu jaring dan menebar benih ikan kakap putih (baramundi).

Lompatan Industri Perikanan

Sementara itu, setelah meninjau lokasi pembangunan rumah khusus nelayan di di Desa Prapat, Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Pangandaran, Presiden menjelaskan kepada jurnalis bahwa perbedaan KJA lepas pantai dengan keramba konvensional yang sudah ada. Secara kapasitas dan teknologi, KJA lepas pantai memiliki perbedaan nyata yang mampu meningkatkan produksi ikan hingga ratusan kali lipat.

“Keramba jaring apung yang di danau banyak sekali. Ini sekarang yang di lepas pantai, kira-kira dari pantai jauhnya 8 mil. Kapasitasnya besar sekali. Pemantauannya computerized semua,” tuturnya.

Presiden menambahkan, KJA lepas pantai ini merupakan budidaya ikan dengan cara modern.

“Setelah saya lihat di lapangan tadi, memang sebuah lompatan di industri perikanan yang harus kita ikuti. Kalau tidak kita ketergantungan terus pada ikan tangkap,” ucapnya. (biro_setpres)

Sumber : KKPNews

Cek Kesegaran Ikan dengan Android (HP)

Pengujian kesegaran ikan diperlukan dalam upaya peningkatan mutu serta keamanan produk perikanan Indonesia. Berbagai metode pengujian telah dikembangkan untuk memperoleh metode pengujian yang lebih baik.

Peralatan uji kesegaran ikan berbasis nondestruktif telah dikembangkan oleh LRMPHP, Bantul, DIY. Prinsip kerja alat ini adalah pendeteksian bau ikan menggunakan sensor dan citra mata ikan menggunakan kamera. Aplikasi penggunaan citra dan sensor bau saat ini masih jarang diterapkan di bidang perikanan, namun metode ini menawarkan kecepatan, kemudahan, akurasi yang baik dan bersifat non destruksi.

Pengujian kesegaran ikan
Desain peralatan yang dikembangkan menggunakan aplikasi smartphone dengan spesifikasi sistem operasi android. Desain peralatan yang dikembangkan berbentuk kotak (bok) dengan sensor dan kamera diletakkan di dalamnya. Ikan yang akan diuji tingkat kesegarannya dimasukan dalam kotak pengujian tersebut. Data sensor dan citra mata yang diperoleh selanjutnya diolah oleh software pada aplikasi uji kesegaran ikan yang telah diinstal di handphone android.

Tampilan software dan hasil pengujian kesegaran ikan

Peralatan uji lapang yang dikembangkan LRMPHP telah diuji cobakan di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Yogyakarta, Cilacap dan Semarang dengan tingkat penerimaan yang baik. Diharapkan peralatan tersebut dapat membantu stake holder dalam menentukan kesegaran ikan secara cepat dan praktis

 

Jumat, 20 April 2018

Bersihkan Sampah Plastik Dalam “ Earth Day 2018 : End Plastic Pollution”


Aksi LRMPHP pada peringatan hari bumi
Dalam rangka perayaan Hari Bumi – Earth Day pada tanggal 22 April 2018, LRMPHP turut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.  Partisipasi LRMPHP ini merupakan wujud nyata dari kepedulian untuk meningkatkan kesadaran pentingnya menjaga kelestarian dan keseimbangan kehidupan di bumi. Aksi LRMPHP ini merupakan bagian dari aksi serentak yang dilakukan BRSDM dengan 48 unit kerja dan penyuluh perikanan bersama mitra untuk mengkampanyekan Hari Bumi “Earth Day 2018 : End Plastic Pollution


Aksi penanaman pohon pada peringatan hari bumi
Hari Bumi – Earth Day tahun 2018 mengambil tema End Plastic Pollution yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian dan keseimbangan kehidupan di bumi melalui penghentian polusi plastik.

Aksi Hari Bumi  lingkup LRMPHP pada 16 - 22 April 2018 dengan mengajak masyarakat melakukan reduce, reuse, recycle plastic dalam keseharian. Puncak kegiatan berupa aksi bersih-bersih lingkungan yang dilanjutkan dengan penanaman pohon. Kegiatan ini diselenggarakan pada tanggal  20 April 2018 dan diikuti oleh seluruh pegawai LRMPHP. Dengan aksi lokal tersebut diharapkan akan menjadi aksi nasional sehingga pesan dari kegiatan dapat diterima oleh masyarakat luas.

Rabu, 18 April 2018

LRMPHP Lakukan Studi Banding Layanan Perpustakaan dan Pengarsipan

Keberadaan perpustakaan pada suatu lembaga riset sangat diperlukan. Hal ini karena perpustakaan dapat mempercepat penyebarluasan informasi hasil riset kepada masyarakat. Perpustakaan sangat potensial dalam mendukung pencapaian tujuan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mendukung tersedianya perpustakaan yang representative, LRMPHP sebagai institusi riset telah mengirim dua orang stafnya untuk melakukan studi banding.

Diskusi di ruang pengolahan bahan koleksi di perpus sleman

Diskusi di perpustakaan UGM
Studi banding bertujuan untuk mempelajari tentang  kepustakaan yang meliputi pelayanan, pengelolaan, pengembangan dan pengarsipannya serta perkembangan teknologi informasi. Kegiatan studi banding tersebut dilakukan pada tanggal 9-10 dan 18 April 2018 di Perpustakaan UGM, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kotamadya Yogyakarta  serta Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sleman. Studi banding dilakukan dengan cara diskusi bersama pengelola perpustakaan yang dilanjutkan dengan pengamatan di lokasi.

Hasil studi banding diperoleh cara pengelolaan bahan pustaka melalui inventarisasi  menggunakan aplikasi SIPUS (Sistem Informasi Perpustakaan), klasifikasi dengan DDC (Dewey Decimal Classification) serta penentuan tajuk subyek dengan daftar tajuk subyek Perpustakaan Nasional. Diharapkan dengan pelaksanaan studi banding akan menambah wawasan dan pengetahuan yang nantinya dapat diterapkan di LRMPHP sehingga menjadi lebih baik. 

Jumat, 13 April 2018

Riset Bersama Pembuatan Pakan Ikan LRMPHP dengan Pokdakan Minasari

Pada tahun 2018 LRMPHP melakukan Penelitian Mesin Pembuat Pakan Ikan Skala UKM. Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dihasilkan prototipe mesin pembuat pakan ikan yang dapat diaplikasikan kepada pembudidaya dan pembuat pakan ikan skala kecil. Dalam proses penelitian tersebut melibatkan Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Minasari di Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali agar dihasilkan teknologi yang sederhana dan tepat guna.
Diskusi dengan Kadis Dinas Peternakan dan Perikanan Boyolali
Kegiatan penelitian tersebut mendapat dukungan penuh dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali. Kepala Dinas mengharapkan hasil penelitian nantinya dapat meningkatkan produksi pakan ikan mandiri di Kabupaten Boyolali khususnya sehingga budidaya perikanan semakin berkembang. Selain itu alat yang dihasilkan mempunyai spesifikasi yang sederhana, murah serta mudah diaplikasikan untuk pembudidaya ikan skala kecil.

Selasa, 10 April 2018

ALTISe-2 Dalam Kumpulan Inovasi Indonesia Satu Dekade



Salah satu hasil rancang bangun LRMPHP yaitu ALTISe-2 (Alat Transportasi Ikan Segar Roda 2) terpilih dalam Bundle+ Inovasi Indonesia (2008 - 2017). Bundle “100+ Inovasi Indonesia” adalah kumpulan serial tahunan karya inovasi Indonesia, dalam set 10 (sepuluh) buku, berisi 1.045 karya inovasi Indonesia yang dinilai paling prospektif selama 10 tahun terakhir.

ALTISe-2 merupakan inovasi alat transportasi ikan segar berpendingin untuk kendaraan roda 2 (motor) yang dapat mempertahankan suhu tetap rendah sehingga mutu ikan tetap terjaga. ALTISe-2 terpilih kedalam salah satu inovasi 108 Karya Inovasi Terbaik Tahun 2016 pada kategori alat transportasi. 

ALTISe-2 telah didaftarkan patennya ke Dirjen HKI dengan nomor pendaftaran paten SOO20142661. Beberapa keunggulan ALTISe-2 yaitu biaya operasional es batu tereduksi, lebih menarik dan higienis dibandingkan dengan styrofoam serta suhu ikan dapat dipertahankan dibawah 5°C selama transportasi. Peralatan tersebut telah diuji coba di 6 lokasi berbeda yaitu Gunung Kidul, Padang, Pacitan, Bantul, Jembrana dan Bitung dengan tingkat penerimaan yang baik. 

Sebagai salah satu inovasi yang terpilih dalam “Bundle+ Inovasi Indonesia (2008 - 2017)”, ALTISe-2 diharapkan dapat menjadi referensi yang menarik dan bermanfaat bagi Lembaga Litbang, Kementerian, Organisasi Bisnis dan Kemasyarakatan. 

Senin, 09 April 2018

Mudahnya Mengakses Berita LRMPHP melalui Aplikasi

Dikarenakan tuntutan dan akses berita yang cepat dan akurat, LRMPHP melakukan perluasan kanal berita melalui aplikasi BABE. Mulai tanggal 6 April 2018 lalu, informasi yang disajikan dan ditayangkan melalui website www.mekanisasikp.web.id dapat diakses melalui aplikasi BABE (Baca Berita) Indonesia. 


Salah satu tampilan berita LRMPHP di BABE
BABE merupakan salah satu aplikasi sindikasi (agregator) untuk membaca berbagai media. Ada beberapa media arus utama yang juga dapat dibaca melalui aplikasi BABE, diantaranya yaitu kompas, tempo, kumparan, katadata, mongabay, dan lain sebagainya. Aplikasi BABE dapat diunduh melalui Playstore dan ios. Khusus pengguna android, dapat mengunduh aplikasi dimaksud melalui halaman https://play.google.com/store/apps/details?id=com.ss.android.article.master.id

Dengan penambahan kanal informasi website MekanisasiKP.web.id melalui aplikasi BABE, diharapkan
1. Segmentasi pembaca bertambah dan makin luas
2. Penyampaian hasil riset @mekanisasiKP kepada pengguna akan semakin optimal
3. Semakin banyak pilihan aplikasi yang dapat digunakan oleh pengguna

Namun demikian, kanal-kanal yang lain juga masih tersedia dan akan selau diperbarui secara berkala, diantaranya yaitu
1. Web utama http://MekanisasiKP.web.id
2. Halaman facebok LRMPHP yang beralamat di http://facebook.com/MekanisasiKP
3. Twitter @MekanisasiKP
4. Instagram @MekanisasiKP
5. Bitrix http://kinerjakkp.bitrix24.com  (BRSDM #MekanisasiKP). Bitrix ini merupakan aplikasi manajemen pengetahuan terstandar yang khusus digunakan oleh internal Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Ada beberapa kanal lain yang sedang dalam tahap perbaikan dan pengembangan, yaitu
1. Web http://MekanisasiKP.litbang.kkp.go.id  (dalam perbaikan).
2. Web http://kkp.go.id/MekanisasiKP  (dalam tahap pengembangan).

Ke depan, akan ada kanal atau saluran lain yang dibangun, demi mempercepat penyampaian/diseminasi hasil-hasil riset yang telah dilaksanakan oleh LRMPHP kepada para pengguna.

Jumat, 06 April 2018

NIKMATNYA IKAN ASAP TANPA ASAP

Ikan asap adalah produk olahan ikan yang mempunyai aroma asap. Selama ini pembuatan ikan asap masih dilakukan secara tradisional, yaitu dengan cara mengasapi ikan secara langsung. Namun, metode ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain kualitas produk ikan kurang konsisten serta adanya deposit tar dan senyawa-senyawa yang berbahaya bagi kesehatan (Dharmadji, 1996). Kelemahan ini dapat diatasi dengan penggunaan asap cair. Dengan cara ini pemberian aroma asap pada makanan akan lebih praktis, yaitu dengan pencelupan produk ke dalam asap cair yang diikuti dengan pengeringan (Darmadji, 2002).

Asap cair merupakan asap yang terkondensasi menjadi fase cair. Asap ini mengandung berbagai senyawa, antara lain fenol, karbonil, asam, furan, alkohol, ester, keton, hidrokarbon alifatik, dan poliaromatik hidrokarbon. Asap cair dapat dihasilkan secara sederhana dengan malakukan pirolisis atau pembakaran dengan pembatasan penggunaan oksigen menggunakan alat pirolisa. Untuk mendapatkan asap cair dengan kualitas yang aman untuk makanan, dapat dilakukan dengan mengatur suhu pembakaran dan meredistilasi asap yang dihasilkan atau menyaring dengan filter tertentu. Salah satu perbandingan pengasapan tradisional dan pengasapan asap cair ditunjukkan pada Gambar di bawah ini.



Pengasapan asap cair
Pengasapan tradisional

Salah satu penelitian pembuatan asap cair dan aplikasinya telah dikembangkan oleh peneliti di Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan dan Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. Asap cair dihasilkan dari pirolisis tempurung kelapa pada suhu 400 derajat C yang dapat menghasilkan asap cair dengan kandungan fenol paling tinggi (sebesar 4,01%) dan tidak mengandung senyawa benzo(a)pyrene yang berbahaya bagi kesehatan. Pembuatan ikan patin asap terbilang sangat mudah, hanya dengan merendam ikan dalam larutan asap cair dan dilanjutkan dengan pemanasan. Ikan patin (pangasiun sutchi) kemudian di fillet kemudian dicuci dan direndam dalam larutan asap cair yang telah disiapkan. 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman fillet ikan patin dalam larutan asap cair dengan konsentrasi 2% selama 20 menit menghasilkan ikan patin asap yang paling disukai panelis. Ikan asap yang telah dihasilkan dapat disantap dengan cara digoreng langsung atau dibuat sayur mangut agaiur lebih nikmat. Untuk menambah aroma dan rasa tertentu dalam perendaman asap cair dapat ditambahkan bumbu-bumbu sesuai selera. Pada pembuatan ikan asap ini dijamin mata tidak akan perih dan hasilnya aroma asap lebih terasa dan nikmat tentunya. Selamat mencoba dan menikmati ikan asap tanpa asap. 




Rabu, 04 April 2018

Alat Pengisi Adonan Tahu Tuna Sistem Pedal Listrik (ALPINDAL)

Alat pengisi adonan tahu tuna sistem pedal listrik (ALPINDAL)
Salah satu pemanfaatan ikan tuna yang banyak dilakukan di masyarakat adalah pengolahan ikan menjadi tahu tuna. Pembuatan tahu tuna relatif lebih mudah untuk dikerjakan dan tidak memakan banyak beaya. Tahu tuna juga mudah dipasarkan karena harganya yang terjangkau sehingga banyak orang menyukainya. Namun demikian dalam pengolahannya beberapa permasalahan sering muncul diantaranya proses pengirisan tahu dan memasukkan daging tuna ke dalam tahu. Proses pengirisan tahu dan memasukkan daging ikan tuna ke dalam tahu umumnya masih dilakukan secara manual sehingga mengakibatkan proses lama dan membutuhkan tenaga yang lebih banyak. Salah satu altematif untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah penggunaan peralatan pengisi adonan tahu yang dirancang dengan mesin sistem pedal listrik.

Perancangan alat pengisi adonan sistem pedal listrik ditujukan sebagai langkah awal dalam mengoptimalkan proses pengisian adonan tahu tuna. Salah satu komponen yang menjadi pokok perhatian dalam perancangan ini adalah selongsong adonan. Proses desain dan evaluasi kekuatan struktur selongsong adonan merupakan hal penting. Sebelum produk dibuat berdasarkan gambar perancangan, maka harus dievaluasi terlebih dahulu terhadap persyaratan-persyaratan atau spesifikasi produk yang akan dihasilkan. Produk hasil fase perancangan produk tersebut haruslah dapat memenuhi spesifikasi yang disyaratkan yaitu dapat memenuhi fungsinya, mempunyai karakteristik yang harus dipunyai dan dapat melakukan kinerja atau performance.

Untuk memudahkan evaluasi tersebut maka dapat dibuat sebuah atau beberapa buah prototipe, yang secara fisik dapat diuji untuk mengetahui apakah fungsi, karakteristik dan kinerjanya memenuhi persyaratan-persyaratan yang dikenakan pada produk tersebut. Perlu dicatat bahwa pembuatan prototipe produk baru layak dilakukan jika produk akan dibuat secara massal atau secara seri. Dalam hal produk hanya dibuat sebuah saja atau beberapa, maka pembuatan prototipe menjadi mahal. Untuk mengatasinya dapat dibuat prototipe pada komputer dan kemudian dilakukan simulasi.

LRMPHP telah melakukan penelitian perancangan  alat  pengisi   adonan  sistem pedal listik ke dalam tahu. Salah satu komponen utama dari alat yang dirancang adalah selongsong adonan. Desain rancangan, khususnya analisis komponen selongsong menggunakan Software Solidworks Release 2013. Model pengisi adonan sistem pedal listrik rancangan LRMPHP mempunyai kapasitas pengisian adonan 1,45-2,79 detik/tahu, menggunakan daya listrik 180 watt dan dilengkapi dengan meja peniris stainless steel.

Hasil analisis dan uji kapasitas selongsong adonan dengan menggunakan batasan nilai von misses dan translational displacement dalam pembuatan rancangan diperoleh hasil translational displacement sebesar 0.000168375 mm dan nilai von misses terbesar adalah 5,79638107 N/m2. Nilai yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan nilai elastic modulus stainless steel sebesar 1,9x1011 N/m2. Berdasarkan nilai tersebut rancangan selongsong adonan dapat diterima dan dipabrikasi pada tahap selanjutnya.

Sumber : Semnaskan XII UGM, 2015.

Rabu, 28 Maret 2018

Pelatihan Analisa Protein Produk Perikanan di LRMPHP

Peranan peralatan laboratorium sebagai salah satu bagian dari sarana pendukung kegiatan riset menjadi sangat penting. Sebagai institusi riset, LRMPHP terus melakukan perbaikan secara terus-menerus untuk memaksimalkan fungsinya secara bertahap. Pada tahun 2018 ini, peralatan laboratorium yang diadakan di LRMPHP adalah alat uji protein semi automatis yang dilengkapi dengan unit digesti dan destilasi.
Unit distilasi
Unit digesti
Peralatan tersebut menggunakan Metode Kjeldahl dalam analisisnya. Metode Kjedahl merupakan metode analisa protein yang banyak digunakan karena sederhana, murah, akurat dan dapat digunakan untuk berbagai sampel, khususnya pada produk makanan. Analisa protein dengan cara Kjeldahl dibagi menjadi tiga tahapan yaitu proses destruksi, destilasi dan tahap titrasi. Destruksi dilakukan melalui pemanasan dengan asam sulfat pekat dan katalisator yang sesuai membentuk ammonium sulfat. Selanjutnya ammonium sulfat diubah menjadi ammonium hidroksida dengan penambahan natrium hidroksida. Amonium hidroksida yang terbentuk kemudian didestilasi uap untuk memisahkan senyawa amonia. Senyawa amoniak yang terbentuk lalu ditangkap menggunakan asam borat membentuk ammonium borat dan dititasi menggunakan asam klorida.
Instruktur memberikan arahan saat pelatihan
Pelaksanaan pelatihan alat uji protein oleh instruktur pemegang merek alat telah dilaksanakan pada 27-28 Maret 2018 di Laboratorium Kimia LRMPHP. Kegiatan diikuti oleh peneliti dan teknisi lingkup LRMPHP. Sampel yang digunakan dalam pelatihan pengujian protein produk perikanan adalah tepung ikan yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan pakan ikan. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kapabilitasnya terhadap operasional alat maupun aplikasi penggunaannya, khususnya dalam analisa protein pada produk perikanan. Melalui pelatihan ini diharapkan menjadi modal berharga bagi Laboratorium Kimia LRMPHP untuk menjadi tempat analisa yang profesional, tervalidasi hasilnya, dan memiliki staf yang handal serta dapat menjaga peralatan yang ada.

Senin, 26 Maret 2018

Tiga Calon Peneliti LRMPHP Mengikuti Diklat Jabatan Fungsional Peneliti Tk. Pertama

Peserta diklat jabatan fungsional peneliti tingkat pertama gelombang I 
(dok. Peserta DJFP Tk. Pertama Gel. 1, 2018)
LRMPHP sebagai salah satu institusi riset di BRSDMKP Kementerian Kelautan dan Perikanan harus memiliki SDM Peneliti yang memadai. Oleh karena itu LRMPHP mengirim tiga calon peneliti yaitu Ahmat Fauzi, S.T., Toni Dwi Novianto, S.TP., dan Wahyu Tri Handoyo, S.T. untuk mengikuti diklat peneliti tingkat pertama di Pusbindiklat LIPI Cibinong. Diklat tersebut telah dilaksanakan selama kurang lebih satu bulan dari tanggal 25 Februari s/d 22 Maret 2018.

Pada pelaksanaan diklat tersebut diberikan beberapa mata diklat yang meliputi materi utama, materi penunjang dan uji kompetensi. Materi utama meliputi beberapa mata diklat terkait dengan dasar-dasar tupoksi peneliti diantaranya yaitu landasan penelitian, proposal penelitian, penulisan dan publikasi ilmiah, kode etik peneliti dan lain-lain. Selain pemberian mata diklat tersebut, peserta juga diharuskan membuat satu karya tulis ilmiah (KTI). Pembuatan KTI melalui tahapan bimbingan dengan sistem online dan tatap muka langsung. KTI tersebut pada akhir diklat harus dapat dipertanggung jawabkan melalui wawancara substansi dengan penguji dan seminar di hadapan penguji dan peserta diklat.
Tiga calon peneliti LRMPHP telah menyelesaikan diklat (dok. Peserta DJFP Tk. Pertama Gel. 1, 2018)
Penentuan kelulusan peserta diklat dinilai berdasarkan keikutsertaan dalam proses pembelajaran dan uji kompetensi yang meliputi tes komperehensif, penulisan KTI dan seminar KTI. Berdasarkan hasil uji kompetensi tiga calon peneliti LRMPHP dinyatakan lulus dengan predikat baik dan dinyatakan kompeten dan direkomendasikan untuk diangkat menjadi pejabat fungsional peneliti.

Kamis, 22 Maret 2018

Genjot Pakan Mandiri, KKP Optimalkan Pemanfaatan limbah Sawit

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto meninjau pembuatan pakan ikan mandiri dalam kunjungan kerjanya di Kabupaten Kampar, Riau, Selasa (20/3). Dok. Humas DJPB
Mulai tingginya minat pengguna terhadap pakan ikan mandiri menuntut pemenuhan kebutuhan bahan baku pakan secara kontinyu. Kondisi ini masih menjadi tantangan para pelaku usaha pakan mandiri di beberapa daerah. Demikian disampaikan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto dalam kunjungan kerjanya di Kabupaten Kampar, Riau, Selasa (20/3). Sebagaimana diketahui, Kabupaten Kampar merupakan sentra budidaya patin nasional yang memberikan kontribusi besar terhadap produksi nasional. 

“Pada beberapa daerah memang masih ada kendala dalam penyediaan alternatif bahan baku pakan yang efisien. Sebenarnya bukan karena bahan baku yang langka, tapi lebih pada belum optimalnya sistem logistik pakan, utamanya konektivitas dari sumber bahan baku ke unit usaha pakan mandiri. Ini yang akan kita cari jalan keluarnya,” jelas Slamet saat mengunjungi kelompok pakan mandiri mutiara feed Kab. Kampar.

Jalan keluarnya, menurut Slamet yakni mempermudah akses sumber bahan baku dengan koperasi induk pakan mandiri yang ada di daerah melaui kemitraan. Ini penting, apalagi menurutnya ikan yang dibudidayakan sudah sangat adaptif terhadap pakan mandiri. Oleh karenanya, penggunaan bahan protein nabati menjadi alternatif untuk mengurangi porsi penggunaan tepung ikan.

Manfaatkan PKM Kelapa Sawit
Salah satu upaya mengurangi porsi penggunaan tepung ikan tersebut yakni dengan memanfaatkan bunhkil (palm karnel meal/PKM) kelapa sawit, di mana di Provinsi Riau ketersediaannya sangat melimpah.

PKM sawit merupakan produk sampingan dari pembuatan minyak kelapa sawit. Ketersediaan PKM di dalam negeri sangat melimpah, bahkan 94% PKM yang diproduksi justru di ekspor. Data Kementerian Perindustrian mencatat, Indonesia negara penghasil PKM nomor 2 di dunia setelah Malaysia.

Slamet menilai kondisi ini menjadi peluang besar untuk memanfaatkan PKM ini sebagai bahan baku pakan ikan.

“Bayangkan kita produsen PKM sawit terbesar, artinya suplai sangat melimpah. Di sisi lain, berbagai hasil kajian menunjukkan bahwa PKM ini sangat potensial untuk bahan baku pakan, bahkan bisa diberikan langsung sebagai salah satu bahan baku pakan, tanpa harus dibuat maggot dulu. Ini yang harus kita manfaatkan segera,” ungkapnya.

Slamet juga menambahkan, protein dari PKM dapat mengurangi penggunaan protein dari tepung ikan, sehingga harga pakan akan menjadi lebih murah.

Ia juga meminta Kepala Daerah untuk memfasilitasi kerja sama antara pabrik pengolah sawit dengan koperasi pakan mandiri dalam hal pemanfaatan PKM kelapa sawit melalui program Corporate Social Responsibility (CSR).

“Saya berharap pak Gubernur atau Bupati bisa memberikan edaran ke semua perusahaan pengolah sawit di Riau ini untuk memberikan CSR kepada koperasi pakan mandiri yaitu dalam bentuk dukungan pemenuhan kebutuhan PKM sawit bagi bahan baku pakan secara kontinyu. Riau akan dijadikan percontohan nasional pemanfaatan sumber protein nabati PKM sawit ini,” imbuh Slamet

Sebagaimana ketahui, di Riau ada sekitar 48 pabrik industri pengolah sawit, di mana ada sekitar 3 perusahaan yang mengolah PKM sawit. Kalau 10-20 % bisa dialokasikan melalui CSR, bisa lebih dari cukup untuk menyuplai kebutuhan pakan mandiri yang ada dan tidak menutup kemungkinan bisa disuplai ke luar Riau.

Ketua Asosiasi Pakan Mandiri Nasional, Syafruddin dalam keterangannya mengakui bahwa penggunaan PKM kelapa sawit telah menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan protein nabati dalam pakan mandiri. Menurutnya, penggunaan PKM sawit dalam pakan ikan berkisar antara 8-10 %. Ia juga mengakui keuntungan lain memanfaatkan bahan baku ini yakni adanya tambahan kandungan lemak hingga 10%, sehingga diharapkan dapat meningkatkan performa pertumbuhan ikan.

“Saat ini kebutuhan PKM sawit masih disuplai melalui kerja sama dengan Sinar Mas Group yaitu PT. Rama-rama. Di Kabupaten Kampar ada lebih dari 300 pelaku pakan mandiri, dari semuanya dibutuhkam sedikitnya 33 ton PKM sawit per hari,” ungkapnya

Ia menambahkan seiring mulai menggeliatnya industrialisasi perikanan budidaya di Riau, dipastikan kebutuhan bahan baku pakan lokal akan terus meningkat.

“Kami berharap pemerintah bisa mengeluarkan semacam aturan kepada seluruh perusahaan pengolah sawit baik BUMN/BUMD maupun swasta untuk mengalokasikan 10 % saja PKM sawit bagi kebutuhan bahan baku pakan ikan di Provinsi Riau. Jangan sampai seluruhnya diekspor,” tegas Syafruddin.

Sebagai gambaran hasil uji yang dilakukan Institut Pertanian Bogor (IPB), komposisi kandungan nutrisi PKM sawit antara lain: kadar protein berkisar 15-18%; mengandung sekitar 10 kandungan asam amino esensial; kadar lemak sebesar 9,5%; serat kasar 25,19%; dan rasio Ca:P adalah 1:2,4. PKM juga mengandung trace mineral mangan (Mn) yang baik.

Sebuah hasil penelitian yang dilakukan oleh menunjukkan bahwa penggunaan PKM sawit sebanyak 8% dalam pakan dapat menghasilkan kinerja pertumbuhan yang optimal bagi ikan lele. (Humas DJPB/AFN)


Sumber : KKPNews

Jumat, 16 Maret 2018

Meat Bone Separator Manual

Indonesia memiliki sumber daya laut terutama sumber daya ikan yang berlimpah, namun pemanfaatan hasil tangkap samping (HTS) ikan-ikan non ekonomis masih belum optimal. Salah satu cara untuk memanfaatkan ikan-ikan tersebut adalah melalui pengambilan daging dan meningkatkan nilai tambahnya menjadi produk-produk berbasis daging lumat dan surimi seperti nugget, baso, sosis dan lainnya.

Daging ikan lumat adalah daging ikan yang telah dipisahkan dari kulit dan tulangnya dengan menggunakan mechanical bone separator. Hampir semua jenis ikan dapat dibuat menjadi daging lumat. LRMPHP telah berhasil mengembangkan alat pemisah daging ikan secara manual (meat bone separator manual) seperti terlihat pada Gambar 1. Alat pemisah daging hasil rancang bangun LRMPHP tersebut memiliki spesifikasi diameter drum berpori 3 mm dengan kecepatan pemasukan bahan (kecepatan conveyor belt) sebesar 2,09 cm/det. Alat pemisah daging ini dioperasikan secara manual dengan memutar atau mengengkol tuas yang terdapat di bagian samping alat dan diteruskan melalui mekanisme puly belt ke drum berpori.

Gambar 1. Meat bone separator manual hasil rancang bangun LRMPHP

Prinsip kerja alat ini yaitu memaksa daging keluar melalui lubang kecil drum berpori akibat adanya tekanan dan gaya geser pada ikan oleh silinder dan karet, sehingga tulang ikan dipaksa untuk terpapar di atas permukaan berlubang. Hal ini memungkinkan terjadinya ekstrusi daging melalui lubang, sehingga tidak hanya tulang, tapi juga sisik dan kulit tetap berada di sisi luar drum. Drum berpori (perforated drum) dibuat dengan tujuan untuk menyediakan penekanan yang melingkar dan gaya geser terhadap ikan.

Untuk mengetahui efektivitas alat pemisah daging manual tersebut, telah dilakukan penelitian uji coba alat pemisah daging menggunakan ikan putihan (Puntius bromoides). Hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam Seminar Nasional Tahunan XII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 2015. Ikan putihan yang digunakan untuk uji coba dipreparasi dengan tiga perlakuan yaitu dibelah (butterfly), disayat memanjang di bagian sisi-sisinya dan utuh dengan ikan fillet utuh sebagai pembanding. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah kapasitas produksi, rendemen dan kandungan kimia daging lumat yang dihasilkan.

Gambar 2. Uji coba Meat bone separator manual
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah rendemen daging lumat ikan putihan dengan perlakuan utuh lebih besar dibandingkan rendemen dengan perlakuan belah (butterfly) dan sayat samping, yaitu masing-masing sebesar 51,5%, 47,5% dan 42%. Kapasitas alat pada pemisahan daging ikan putihan pada perlakuan butterfly lebih besar dibandingkan dengan perlakuan sayat samping dan perlakuan utuh, yaitu masing-masing sebesar 5,54 kg/ jam, 2,87 kg/ jam, dan 2,76 kg/ jam. Kadar air daging lumat putihan yang dihasilkan memiliki kisaran 80,16 – 81,13%, protein (83,09 - 83,17%)), lemak (2,87 – 3,21%), abu (5,53 – 5,75%), dan kalsiumnya berkisar 0,19 – 0,22%. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perlakuan preparasi butterfly mempercepat waktu pengolahan daging lumat putihan menjadi lebih singkat dan dapat meminimalisir tulang yang terikut pada daging lumat.




Rabu, 14 Maret 2018

Penelitian Mesin Pembuat Pakan Ikan Skala UKM di LRMPHP (1)

Kegiatan riset pakan ikan di LRMPHP
Dalam rangka mendukung kegiatan program pakan mandiri, pada tahun 2018 di LRMPHP dilakukan Penelitian Mesin Pembuat Pakan Ikan Skala UKM. Hasil penelitian diharapkan dihasilkan prototype mesin pembuat pakan ikan yang dapat diaplikasikan kepada pembudidaya dan pembuat pakan ikan skala kecil.

Rangkaian kegiatan penelitian diawali dengan tahapan pembuatan formulasi pakan dengan spesifikasi khusus untuk dapat diaplikasikan kepada pembudaya atau pembuat pakan ikan skala kecil.  Formulasi pakan keseluruhan menggunakan bahan baku lokal yang ada di Yogyakarta. Pakan yang dihasilkan nantinya diharapkan memiliki kualitas bagus dengan harga yang lebih murah dan sesuai dengan SNI. Untuk itu, pengujian pakan baik secara fisik, kimiawi maupun biologis sangat diperlukan untuk mengetahui tingkatan mutu pakan yang dibuat.

Saat ini pengujian pakan secara fisik yang meliputi pengujian tingkat homogenitas dan stabilitas pakan sedang dilakukan di LRMPHP. Pengujian tingkat homogenitas bertujuan untuk mengetahui tingkat keseragaman ukuran partikel bahan penyusun pakan. Uji ini dilakukan dengan menghaluskan pakan yang dilanjutkan pengayakan. Tingkat homogenitas dihitung dari persentasi jumlah bahan lolos dari ayakan. Sementara itu, pengujian tingkat stabilitas pakan bertujuan untuk melihat tingkat ketahanan pakan di dalam air dengan cara menghitung lama waktu yang dibutuhkan oleh pakan yang dicelupkan di dalam air hingga pakan hancur dan tenggelam.


Selasa, 13 Maret 2018

Uji Lapang Alat Transportasi Ikan Segar Berpendingin (Altis-2)


Altis-2 pada kendaraan roda dua 
Ikan merupakan sumber pangan dengan komposisi gizi yang lengkap baik protein maupun lemak tak jenuhnya, sehingga permintaan masyarakat terhadap ikan untuk konsumsi terus meningkat. Namun demikian, ikan merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable food). Kerusakan atau penurunan mutu ikan terjadi lebih cepat bila suhu penyimpanan meningkat. Salah satu upaya yang dapat diterapkan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan pendinginan.

Teknologi pendinginan adalah teknologi yang paling mudah digunakan untuk mempertahankan kualitas ikan termasuk penerapan sistem rantai dingin. Dengan sistem ini kondisi dingin ikan terus dijaga selama penanganan mulai dari penangkapan hingga ke tangan konsumen. Penerapan sistem rantai dingin mutlak diperlukan agar konsumen memperoleh ikan dengan kualitas prima. Oleh karena itu pedagang ikan segar keliling yang secara langsung mendistribusikan ikan ke tangan konsumen harus menerapkan sistem ini.

Berbagai metode pendinginan digunakan oleh para pedagang ikan keliling, diantaranya penggunaan es dalam wadah styrofoam, tetapi banyak kendala yang dihadapi terutama penggunaan es yang boros. Metode lain yang dapat diterapkan adalah penggunaan peti ikan berpendingin oleh pedagang ikan segar (Widianto et al., 2014). Penerapan peti ikan berpendingin mampu mempertahankan suhu dan mutu kesegaran ikan selama proses penjualan ikan eceran oleh pedagang ikan keliling. Peti ikan berpendingin tersebut dikenal dengan nama Altis-2 yang merupakan singkatan dari alat transportasi ikan segar untuk kendaraan roda 2.

Altis-2 terdiri dua buah peti berinsulasi yang dirangkaikan dengan dudukan dan diletakkan di sebelah kanan dan kiri sepeda motor. Sistem pendingin alat ini menggunakan sistem Thermoelectric Cooling (TEC) dengan sumber energi arus DC dari aki. Prinsip kerja sistem TEC adalah pemanfaatan terjadinya perbedaan suhu antara sisi panas dan sisi dingin modul TEC atau peltier. Setelah diberi arus DC bagian sisi dingin peltier digunakan untuk menyerap panas ruang penyimpanan yang kemudian dilepas ke lingkungan melalui sisi panas elemen peltier sehingga suhu ruang menjadi rendah. Sistem TEC memiliki keunggulan lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan sistem pendingin konvensional menggunakan refrigerant.

Uji lapang Altis-2 telah dilakukan di Kabupaten Gunungkidul oleh pedagang ikan segar. Hasil uji coba peti dalam kondisi kosong menunjukkan bahwa suhu dapat mencapai 11,1–15,5 °C. Setelah diisi 30 kg ikan yang sebelumnya telah didinginkan hingga 0–1 °C dan dilakukan praktek penjualan ikan eceran selama 3– 3.8 jam, suhu ikan meningkat tetapi hanya sampai 3 °C dengan nilai mutu organoleptik dan jumlah bakteri yang hampir tidak berubah. Dapat dikatakan bahwa peti ikan berpendingin mampu mempertahankan suhu dan mutu kesegaran ikan selama proses penjualan ikan eceran oleh pedagang ikan keliling. Namun pengujian baru dilakukan pada satu pedagang dan satu lokasi sehingga belum diketahui penerimaannya bila diujikan di lokasi yang berbeda. Oleh karena itu, teknologi baru tersebut sebelum diterapkan perlu dikaji penerimaannya oleh pengguna.

LRMPHP sebagai institusi yang telah mengembangkan teknologi Altis-2, telah melakukan penelitian tentang Analisis Penerimaan Alat Transportasi Ikan Segar Berpendingin Menggunakan Pendekatan Technology Acceptance Models (TAM). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel yang mempengaruhi penerimaan Altis-2 oleh para pedagang ikan menggunakan model TAM dan perbaikan yang harus dilakukan sebelum diproduksi massal. TAM merupakan model yang menjelaskan penerimaan masyarakat terhadap suatu sistem atau teknologi tertentu serta opini mereka terhadap teknologi tersebut (Davis, 1989). Ciri khas dari Model TAM adalah sederhana namun bisa memprediksi penerimaan maupun penggunaan teknologi.

Penelitian ini difokuskan pada uji penerimaan Altis-2 oleh pedagang ikan segar di 6 lokasi (Gunung Kidul, Padang, Pacitan, Bantul, Jembrana dan Bitung) melalui pendekatan TAM. Variabel yang digunakan yaitu kemudahan, kegunaan dan penerimaan alat tersebut. Hasil pengukuran tingkat penerimaan Altis-2 oleh pedagang ikan keliling menggunakan TAM memberikan gambaran bahwa variabel kemudahan pengoperasian (persiapan, pelaksanaan dan pasca pemakaian) Altis-2 sangat mempengaruhi tingkat penerimaan. Kondisi spesifik lokasi uji yang berbeda tidak menyebabkan perbedaan persepsi kemudahan, kegunaan dan penerimaan penggunaan Altis-2. Pada tahapan operasional perlu adanya beberapa perbaikan yaitu kemudahan memasang dan melepas rangka dari sepeda motor, penyesuaian ukuran lebar Altis-2, dan perubahan posisi sistem pendingin TEC hingga menjadi lebih tinggi.


Sumber : JPB Kelautan dan Perikanan 2016