EKONOMI BIRU

Arah Kebijakan Pembangunan Sektor Kelautan dan Perikanan 2021 - 2024 Berbasis EKONOMI BIRU

ZI WBK? Yes, We CAN

LRMPHP siap meneruskan pembangunan Zona Integritas menuju satuan kerja berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) yang telah dimulai sejak tahun 2021. ZI WBK? Yes, We CAN.

LRMPHP ber-ZONA INTEGRITAS

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan siap menerapkan Zona Integritas menuju satuan kerja berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) 2021.

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan

LRMPHP sebagai UPT Badan Riset dan SDM KP melaksanakan riset mekanisasi pengolahan hasil perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 81/2020

Tugas Pokok dan Fungsi

Melakukan tugas penelitian dan pengembangan strategis bidang mekanisasi proses hasil perikanan di bidang uji coba dan peningkatan skala teknologi pengolahan, serta rancang bangun alat dan mesin untuk peningkatan efisiensi penanganan dan pengolahan hasil perikanan

Produk Hasil Rancang Bangun LRMPHP

Lebih dari 30 peralatan hasil rancang bangun LRMPHP telah dihasilkan selama kurun waktu 2012-2021

Kerjasama Riset

Bahu membahu untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan dengan berlandaskan Ekonomi Biru

Sumber Daya Manusia

LRMPHP saat ini didukung oleh Sumber Daya Manusia sebanyak 20 orang dengan latar belakang sains dan engineering.

Kanal Pengelolaan Informasi LRMPHP

Diagram pengelolaan kanal informasi LRMPHP

Tampilkan postingan dengan label Berita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Berita. Tampilkan semua postingan

Kamis, 26 Maret 2020

Air Akuarium Cepat Kotor Meski Belum Lama Diganti : UV-In Aja

Pecinta akuarium pasti pernah dipusingkan dengan kondisi air yang cepat kotor padahal baru saja dilakukan penggantian. Jika sudah demikian, kaca akuarium biasanya akan cepat berlumut sehingga mengganggu keindahan. Kondisi ini terjadi karena penyuburan air (eutrifikasi) yang disebabkan pertumbuhan mikroalga yang meningkat dalam air. Peningkatan pertumbuhan mikroalga ini disebabkan karena tingginya kandungan bahan organik terlarut dalam air utamanya fosfat, nitrogen dan karbon.

Untuk mengatasi hal ini sebenarnya cukup mudah, yaitu dengan memasang lampu UV submersible di akuarium. Lampu ini sudah banyak dijual di toko akuarium ataupun e-commerce dengan daya beragam mulai dari 5 - 45 watt. Contoh lampu UV submersible komersial ditunjukkan oleh Gambar 1. Nah, agar tidak salah pilih dalam menerapkan lampu UV ini untuk akuarium, hal yang harus diperhatikan adalah ukuran akuarium. Agar lampu UV efektif menghambat proses penyuburan air oleh mikroalga dalam akuarium, daya yang dibutuhkan minimal 2.000 mikrowatt sec/cm2 sedangkan untuk membunuh bakteri dibutuhkan daya yang lebih besar lagi yaitu lebih dari 30.000 mikrowatt sec/cm2. Sehingga untuk akuarium berukuran 60 x 40 x 50 cm paling tidak membutuhkan lampu UV dengan daya 5 watt. Penelitian yang dilakukan oleh Thomas Sydney dkk pada tahun 2018, menunjukkan bahwa lampu UV B 1,5 watt sudah mampu dipergunakan untuk menghancurkan sel mikroalga C. reinhardtii hanya dalam waktu 232 detik saja.

Gambar 1. Lampu UV submersible untuk akuarium
Pemasangan lampu UV di akuarium pun tidak boleh asal. Ikan dalam akuarium dan orang yang menikmati keindahannya tidak boleh terpapar sinar UV karena dapat menyebabkan iritasi kulit dan masalah pada mata. Sinar UV juga diketahui sebagai salah satu agen penyebab kanker kulit. Lampu UV sebaiknya diletakkan dalam talang air di atas akuarium yang diatasnya diberi kaca, air dipompa dan mengalir di atas kaca tersebut dan talang bagian atas ditutup. Dengan demikian yang disinar oleh UV hanya airnya saja, tidak termasuk ikan dan orang yang melihatnya. 

Penulis : Iwan M. Al Wazzan, Peneliti LRMPHP

Selasa, 24 Maret 2020

SUDAH SAATNYA BERALIH MENGGUNAKAN KOMPOSIT RUMPUT LAUT

Komposit adalah material yang tersusun atas campuran dua atau lebih material dengan sifat kimia dan fisika berbeda, dan menghasilkan sebuah material baru yang memiliki sifat-sifat berbeda dengan material-material pengusunnya. Filosofi material komposit adalah efek kombinasi dari bahan-bahan penyusunnya. Material komposit tersusun atas dua tipe material penyusun yakni matriks dan fiber (reinforcement) seperti ditunjukkan pada gambar 1. Keduanya memiliki fungsi yang berbeda, fiber berfungsi sebagai material rangka yang menyusun komposit, sedangkan matriks berfungsi untuk merekatkan fiber dan menjaganya agar tidak berubah posisi. Campuran keduanya akan menghasilkan material yang keras, kuat, namun ringan.
Gambar 1. Skema Material Komposit
Seiring dengan inovasi yang dilakukan dalam bidang material, serat alam mulai dikembangkan oleh para peneliti untuk dijadikan sebagai bahan penguat komposit. Hal ini karena serat alam memiliki Sifat fisik yang kuat dan elastis, melimpah dan ramah lingkungan serta memiliki biaya produksi yang rendah. Serat alam yang digunakan sebagai bahan penguat untuk komposit polimer diantaranya yaitu Sisal , Flex, Hemp, Jute, Rami, Kelapa.

Salah satu sumberdaya laut Indonesia yaitu rumput laut juga merupakan bahan alam yang berpotensi dijadikan komposit. Berdasarkan beberapa penelitian yang sudah dilakukan, rumput laut terutama jenis Eucheuma Cottonii memiliki kandungan selulosa yang tinggi sehingga menghasilkan serat yang kuat. Serat yang kuat tersebut merupakan salah satu syarat bahan yang berpotensi dijadikan serat komposit. Penelitian yang dilakukan oleh Fithriani et al (2007) yang disampaikan dalam Jurnal Pasca Panen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Menunjukkan bahwa kadar alfa selulosa yang diperoleh dari limbah karaginan cukup tinggi yaitu lebih dari 50 %.

Penelitian tentang potensi penggunaan rumput laut Eucheuma Cottonii sebagai bahan komposit juga sudah dilakukan. Peneltian yang dilakukan oleh Yushada et al (2018) yang disampaikan pada AIP Conf. Proc. melakukan pengujian sifat mekanik papan partikel dengan bahan komposit dari Eucheuma Cottonii.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel dengan penambahan serat rumput laut tertinggi memberikan nilai modulus elastisitas, modulus pecah dan kekuatan internal bonding paling tinggi. Hasil uji kekuatan internal bonding memenuhi standard JIS A 5908.


Penulis : Wahyu Tri Handoyo, Peneliti LRMPHP

TERNYATA PINGSAN DAPAT MENGURANGI STRESS

Pemingsanan ikan Nila (Foto : docplayer.com)
Berbagai cara dilakukan untuk menjamin ikan tetap hidup sampai konsumen. Salah satu caranya dengan membuat ikan pinsan agar mengurangi metabolisme selama transportasi ikan serta dapat membawa ikan dalam jumlah banyak. Selain hal tersebut dengan pemingsanan dapat mengurangi stres pada ikan sehingga mengurangi jumlah ikan yang mati selama pengiriman. Pemingsanan dilakukan sebelum kegiatan pengepakan, setelah itu ikan dikondisikan dalam wadah yang telah disediakan dan selanjutnya ikan disadarkan kembali setelah sampai tujuan pengiriman. Metode pemingsanan menjadi kunci keberhasilan pada metode pengiriman ini. Salah satu cata pemingsanan ikan yang umum dilakukan adalah menggunakan bahan anestesi alami seperti minyak cengkeh atau dengan cara sederhana dengan pendinginan sampai suhu tertentu. Dosis minyak cengkeh, suhu pendinginan dan lamanya proses pemingsanan menjadi sangat krusial pada metode ini. Termasuk juga karakteristik ikan juga menentukan metode pemingsanan yang akan dipilih. 

Hendri Clifton pada tahun 2014 telah melakukan penelitian tentang pengaruh lama waktu waktu pembiusan menggunakan minyak cengkeh terhadap kelangsungan hidup benih ikan Jurung (Tor Sp) yang dilakukan dengan berbagai dosis. Metode yang di gunakan dalam penelitian tersebut adalah metode eksperimen. Penelitian tersebut mengunakan 4 perlakuan dosis minyak cengkeh masing-masing perlakuan A (0,005ml/l), B (0,010ml/l), C (0,015ml/l) dan D (0,025ml/l). Minyak cengkeh dipergunakan untuk memingsankan ikan. Hasil penelitian menunjukan bahwa dosis minyak cengkeh memberikan pengaruh sangat nyata terhadap kelangsungan hidup benih ikan jurung. Dari hasil uji beda perlakuan menunjukan bahwa kelangsungan hidup tertinggi berada pada perlakuan C dosis 0,015ml/l yang di dapatkan hasil sebesar 83,33% dengan waktu pingsan ke pulih sadar dengan waktu 5 jam, sedangkan pada perlakuan A dosis 0,005ml/l 70% dengan waktu 1 jam dan pada perlakuan B dosis 0,010 sebesar 66,66% dengan lama waktu pulih sadar 3 jam, sedangkan pada perlakuan D dosis 0,025ml/l sebesar 43,33% dengan waktu pingsan ke pulih sadar 5 jam. Hasil pengukuran kualitas air pada saat penelitian masih dalam layak untuk kehidupan benih ikan jurung, antara lain suhu berkisar 25- 27 0C, oksigen terlarut 4,42-5,42 ppm dan pH 6 – 6,5.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Nurdiyan dkk., dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Muhammadiyah Pontianak yang melakukan transportasi sistem kering untuk transportasi ikan Jelawat yang dilakukan pemingsanan dengan suhu rendah. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama waktu pengangkutan terhadap kelangsungan hidup ikan pasca penyadaran dengan menggunakan ketebalan media busa 6 cm untuk mempertahankan suhu rendah. Perlakuan yang dilakukan adalah perlakuan A dengan lama waktu 2,5 jam, perlakuan B lama waktu 3,5 jam, perlakuan C lama waktu 4,5 jam dan perlakuan D lama waktu 5,5 jam. Hasil penelitian menunjukkan lama waktu transportasi ikan jelawat menggunakan sistem kering dengan ketebalan media busa 6 cm berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan jelawat. Selama penyadaran ikan, waktu yang terbaik yaitu 15 menit 58 detik dengan suhu wadah dalam kemasan sebesar 130C serta perubahan bobot tubuh ikan sebesar 0,10 gram dan tingkat kelangsungan hidupnya sebesar 83,33% terdapat pada perlakuan A dengan lama waktu 2,5 jam. 

Penulis : Tri Nugroho W., Peneliti LRMPHP

Senin, 23 Maret 2020

Jaga Kelestarian Perairan, KKP Restocking 2,7 Juta Benih Ikan Lokal

Restocking ikan (Foto : KKP)

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) terus berkomitmen untuk memproduksi benih ikan secara massal. Selain untuk memenuhi kebutuhan benih bagi pembudidaya, produksi benih juga dilakukan untuk menunjang kegiatan restocking ikan di danau, waduk maupun di perairan umum sebagai upaya menjaga kelestarian sumber daya ikan di alam.
Menurut data sementara, hingga pertengahan bulan Maret 2020 KKP telah melakukan restocking sebanyak 2,7 juta ekor benih ikan seperti nilem, tawes, papuyu, mas, kakap, bandeng, komoditas rajungan dan ikan lokal lainnya.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto menyatakan bahwa perikanan budidaya memilik peran yang penting untuk menjaga stok ikan di alam, terutama untuk komoditas ikan endemik lokal atau ikan yang tergolong langka.
“Kegiatan restocking telah menjadi agenda rutin KKP dan merupakan salah satu kegiatan yang menjadi prioritas. Selain untuk menjaga ketahanan pangan bagi masyarakat sekitar perairan umum, kegiatan ini juga bertujuan untuk mengembalikan fungsi dan peran perairan sebagai ekosistem yang seimbang di samping untuk meningkatkan pendapatan nelayan dari hasil tangkapan,” tambah Slamet.
Sebagai informasi, pada awal tahun 2020 ini kegiatan restocking benih ikan telah dilakukan di beberapa lokasi seperti di Kebumen, Pekalongan, Bandung Barat, Sukabumi, Cianjur, Pangandaran, Cirebon, Klaten, Maros, Solok, Minahasa, Takalar, Lamongan, dan Muara Enim.
Slamet menekankan “Kegiatan restocking yang dilakukan telah melalui kajian yang komprehensif agar ikan yang ditebar telah sesuai dengan habitat dan dengan ukuran yang sesuai. Selain itu tim teknis kami terus melakukan kegiatan perekayasaan untuk menguasai teknologi pembenihan, khususnya untuk ikan-ikan lokal.”
Slamet menilai, saat ini ikan lokal memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dikarenakan banyaknya komoditas ikan endemik yang langka, bahkan hampir punah. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti penangkapan ikan secara berlebihan dan tidak terkontrol, penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, serta pencemaran perairan akibat limbah rumah tangga.
KKP sebagai institusi teknis di sektor kelautan dan perikanan memiliki tanggungjawab untuk menjaga keseimbangan dan ketersediaan sumberdaya yang ada di perairan.
“Oleh karena itu, kepedulian masyarakat di sekitar perairan umum menjadi hal yang esensial untuk kelestarian ekosistem perairan umum tersebut. Kami terus melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah setempat, khususnya di daerah-daerah tempat kegiatan restocking dilakukan untuk dapat merancang regulasi daerah yang mengatur masyarakat untuk melakukan penangkapan ikan secara bertanggung jawab,” lanjut Slamet.
Dia mengaku, pihaknya akan terus mendorong upaya pelestarian ikan lokal di perairan umum seluruh Indonesia dengan menggandeng berbagai pihak, termasuk pelaku usaha pembenihan untuk ikut melestarikan perairan umum dengan turut melakukan restocking benih ikan lokal yang tidak infasif.
“Dengan sinergitas yang baik dan upaya maksimal dari berbagai elemen, niscaya keberlanjutan perairan umum yang kaya akan plasma nutfah akan terbentuk dengan sendirinya,” pungkas Slamet.
Untuk diketahui, pada tahun 2019 KKP telah melakukan restocking benih ikan dan udang sebanyak 13,45 juta ekor baik untuk komoditas tawar, payau maupun laut. Total target produksi benih pada tahun 2020 sebesar 215,7 juta ekor benih untuk memenuhi kebutuhan bantuan ke pembudidaya dan restocking.
Sumber : KKPNews

Jumat, 20 Maret 2020

Presiden Minta KKP Terus Genjot Ekspor Perikanan

Presiden Jokowi saat sedang ratas dari Istana Negara (Foto: Setneg)

Presiden Joko Widodo memuji Kementerian Kelautan dan Perikanan yang telah bekerja maksimal menjaga laut dari illegal fishing yang berdampak peningkatan stok ikan nasional. Kendati demikian, Presiden tetap mewanti-agar agar KKP terus meningkatkan produksi perikanan tangkap, ekspor perikanan, dan kesejahteraan nelayan.

Hal tersebut disampaikan Presiden Joko Widodo dalam rapat terbatas melalui telekonferensi pada Kamis, (19/3) dari Istana Merdeka, Jakarta. Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo juga ikut dalam rapat tersebut dari kantor KKP, di Jalan Merdeka Timur, Jakarta.
“Dalam lima tahun yang lalu kita telah fokus bekerja untuk mengatasi aksi pencurian ikan dan menjaga laut kita dari IUU fishing dan hasilnya kita lihat sudah tampak. Selain kelestarian lingkungan yang terjaga, stok nasional ikan kita juga meningkat drastis dari 6,5 juta ton menjadi 12,5 juta ton,” ujar Presiden.
Presiden Jokowi mengharapkan agar stok nasional yang terus meningkat tersebut juga diikuti dengan meningkatnya produksi perikanan tangkap, ekspor perikanan, dan nilai tukar nelayan. “Artinya kesejahteraan nelayan kita juga semakin baik,” katanya.
Presiden meminta agar dibuat sejumlah lompatan besar dalam menata ekosistem industri perikanan dan kelautan nasional dan dilakukan secara terpadu dari hulu hingga hilir.
“Pertama, saya minta industri perkapalan terus diperkuat dan kapasitas daya saing industri perkapalan nasional terus ditingkatkan sehingga mampu mendukung pergerakan industri perikanan kita,” ucapnya.
Menteri Edhy mengikuti Rapat Terbatas dengan Presiden Joko Widodo melalui video conference (Foto: KKP)
Soal perizinan yang kini sudah semakin mudah, Presiden mengingatkan agar kemudahan perizinan disertai dengan pelestarian sumber daya perikanan, pengendalian, dan pengawasan yang baik. “Jangan sampai hanya diberikan izin namun tidak diawasi di lapangan sehingga dampaknya justru akan merugikan kepentingan nasional kita,” tutur Kepala Negara.
Tak hanya itu, akses permodalan bagi sumber daya manusia yang bergelut di sektor perikanan juga harus ditingkatkan. Industri perikanan juga sudah semestinya beradaptasi dengan perkembangan teknologi terkini yang di antaranya ialah pemanfaatan big data dan artificial intelligence serta mulai lebih banyak melakukan pembudidayaan ikan di lepas pantai (akuakultur lepas pantai).
“Kebijakan kelautan harus betul-betul bisa mengantisipasi dan mengadaptasi perkembangan teknologi baru sehingga bisa membuat industri perikanan kita makin produktif dan kompetitif,” tandasnya.
Seusai ratas, Menteri Edhy juga sempat menggelar video konferensi pers dengan wartawan istana. Dia menjelaskan beberapa langkah yang sedang dan akan dilalukan pihaknya untuk terus meningkatkan stok ikan nasional. Antara lain pemanfaatan sumber daya laut di zona ekonomi ekslusif (ZEE).
“Jadi yang selama ini tidak ada kapal nelayan Indonesia, sekarang kita akan penuhi. Termasuk di laut lepas. Nah di laut lepas ini sebenarnya Indonesia masih punya hak untuk menangkap ikan di laut lepas. Ini cukup besar dan sayang ini tidak termanfaatkan,” kata Menteri Edhy.
Terkait hal ini, Edhy mengaku akan membentuk tim untuk melakukan negosiasi ulang dengan otoritas yang mengatur penangkapan ikan di laut lepas seperti Regional fisheries management organisations (RFMO). Termasuk menghitung kapal-kapal yang akan menangkap ikan di laut lepas tersebut.
Selanjutnya, kata Menteri Edhy, adalah pengaturan jalur penangkapan dan penempatan alat penangkapan ikan. Saat ini, pihaknya tengah melakukan revisi peraturan tentang hal ini. Tujuannya agar tidak ada dualisme antara nelayan modern dan tradisional.
“Pada prinsipnya kita bisa memanfaatkan laut kita, tanpa harus merusak sumber daya laut kita,” tegasnya.
Sumber : KKPNews

Penambahan Zat Alami Pada Transportasi Ikan Hidup

Daun ubi jalar (Foto : Manfaatku.id)
Keberhasilan transpostasi ikan hidup menggunakan sistem tertutup dapat dilihat dari SR (sintasan) yang tinggi, yang salah satu faktor pengendali adalah kualitas air selama pengiriman. Berbagai cara dilakukan dalam rangka mengkondisikan air selama pengangkutan agar tercipta kondisi yang ideal. Agar terciptanya kondisi yang baik pada media pengangkutan ikan maka diperlukan perlakuan khusus yang tidak berbahaya dan tidak mengandung efek samping bagi ikan. Perlakuan khusus ini berupa penambahan zat-zat tertentu yang mudah didapat dan tentunya dapat meningkatkan angka kelulushidupan ikan selama pengangkutan. 

Salah satu zat yang biasa ditambahkan adalah perasan daun ubi jalar. Salah satunya adalah penelitian Angraini dkk., yang dimuat dalam Jurnal Bappeda tahun 2016. Pada daun ubi jalar terkandung zat kimia berupa saponin, flavonoid, dan polifenol. Kandungan kimia ini sangat bagus untuk pakan ikan karena menambah nafsu makan dan kekebalan terhadap penyakit, selain itu juga bermanfaat sebagai pencegah stres ikan selama proses pengangkutan. Mengenai penggunaan daun ubi jalar sebagai bahan herbal yang dapat mencegah stres ikan selama proses pengangkutan. Pada penelitian tersebut dilakukan penentuan dosis optimal yang dilakukan dengan 4 (empat) perlakuan yang terdiri dari : A. Pemberian perasan daun ubi jalar dengan berat 100 gram/kantong, B. Pemberian perasan daun ubi jalar dengan berat 120 gram/kantong, C. Pemberian perasan daun ubi jalar dengan berat 140 gram/kantong  dan D. Tanpa perasan daun ubi jalar (kontrol). Pengujian dilakukan menggunakan benih ikan mas ukuran 5-8 cm sebanyak 200 ekor yang dimasukkan dalam kantong plastik yang berisi air sebanyak 8 L kemudian ditambahkan oksigen murni sebanyak 2/3 volume plastik. Simulasi transportasi dilakukan selama 8 jam. Pemberian dosis daun ubi jalar yang berbeda pada pengangkutan ikan Mas (Cyprinus carpio L.) dalam waktu 8 jam memberikan pengaruh yang nyata terhadap kelulushidupan dan tingkah laku ikan mas. Tingkat kelulushidupan cenderung menurun seiring dengan meningkatnya dosis daun ubi jalar. Kelulushidupan terbaik terdapat pada perlakuan pemberian dosis 100 gram/kantong dengan nilai kelulushidupan (SR) 99%.

Penelitian lainya dilakukan oleh Perdi Afriansyah dkk., yang dimuat dalam Jurnal Mina Sains tahun 2016. Pada penelitian tersebut dilakukan penggunaan tepung gandum sebagai sumber karbon pada pengangkutan benih ikan Nila (Oreochromis niloticus). Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui berapa kadar tepung terigu yang dipergunakan pada transportasi benih nila berukuran 3-5 cm dalam transportasi sistem tertutup sebanyak 400 ekor per wadah plastik, yang memberikan sintasan tinggi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dengan penambahan 6 g terigu pada transportasi ikan nila dengan kepadatan 400 ekor dalam 5 liter air selama 10 jam memiliki nilai SR tertinggi, yaitu sebesar 96,75 %. Hal ini didukung dengan mutu air DO, CO2, pH, suhu dan NH3 yang masih pada batas ikan untuk hidup.


Penulis : Tri Nugroho W., Peneliti LRMPHP

Kamis, 19 Maret 2020

KKP: Tingkatkan Imunitas dengan Konsumsi Ikan


Ikan kerapu Asam Pedas (Foto : Istimewa)
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengampanyekan Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) di tengah pandemi Coronavirus Disease-19 (Covid-19). Kampanye ini sebagai upaya mencegah penyebaran Covid-19, karena mengonsumsi ikan sangat baik untuk daya tahan tubuh (imunitas).
Nutrisi pada ikan memang dibutuhkan oleh tubuh. Ikan mengandung protein tinggi, lemak omega 3, asam lemak tak jenuh, vitamin A, D, B6, dan B12, serta mineral yang semuanya baik untuk daya tahan tubuh.
Koordinator Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan, Rokhmin Dahuri menjelaskan, dengan rutin mengonsumsi ikan berarti membuat daya tahan tubuh meningkat. Tubuh yang prima, tentunya tidak mudah terserang penyakit termasuk virus corona.
“Ini salah satu upaya karena makan ikan bisa meningkatkan daya tahan tubuh. Makan ikan itu menyehatkan dan buat tubuh kita kuat,” ujar Rokhmin dalam gelaran HUT Komunitas Maritim Indonesia (Komari) sekaligus kampanye Gemarikan di Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon, pada Senin 16 Maret 2020.
Untuk mendapatkan manfaat terbaik, dia mengimbau masyarakat untuk memasak ikan dengan cara yang baik dan bersih. Di samping itu, dia mengajak masyarakat melengkapi konsumsi ikan dengan sayur dan buah.
Sampai saat ini, memang belum ditemukan vaksin Covid-19. Sehingga ajakan makan ikan, sambung Rokhmin, sebagai langkah antisipasi penularan.
Menurutnya, KKP akan terus mengkampanyekan Gemarikan ke berbagai daerah di Indonesia. Tujuan lain yang tak kalah penting, kampanye Gemarikan untuk membantu tumbuh kembang anak menjadi cerdas dan sehat.
Rokhmin menambahkan, KKP juga aktif menjaga kualitas ikan sebelum sampai ke tengah masyarakat. Untuk memastikan ikan yang masuk tidak terpapar virus, KKP melakukan deteksi menggunakan alat pendeteksi modern.
“Kami punya alat deteksi virus canggih. Dipastikan konsumi ikan bebas virus corona,” ujar Rokhmin.
Sementara itu, angka masyarakat sadar makan ikan cenderung naik setiap tahunnya. Tahun lalu, jumlahnya mencapai 54,45 kilogram per kapita, sedangkan tahun 2018 sebanyak 50,9 kilogram per kapita.
KKP menargetkan tingkat konsumsi ikan naik menjadi 56,39 kilogram per kapita di tahun ini. “Ikan air tawar maupun laut baik dikonsumsi. Semuanya bikin sehat dan bisa meningkatkan daya tahan tubuh,” ujar Direktur Pemasaran Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP, Machmud di acara serupa.
Sumber : KKPNews

Rabu, 18 Maret 2020

Pengaturan Kepadatan Ikan saat Transportasi Menjadi Kunci Terjaminya Kualitas Ikan Hidup

Kepadatan benih ikan pada kantong pengepakan sangat mempengaruhi keberhasilan transportasi sistem tertutup. Kepadatan merupakan salah satu faktor yang penting dalam kegiatan transportasi ikan karena berhubungan dengan masalah biaya transportasi. Hal ini terkait dengan seberapa jumlah oksigen yang diberikan, jumlah ikan dalam kantong serta kapasitas alat angkut yang dibawa. Semakin banyak kepadatan, semakin sedikit jumlah oksigen yang diperlukan akan semakin ekonomis kegiatan transportasi tersebut, namun dengan harapan kualitas ikan yang dikirim tetap terjaga. 

Salah satu penelitian terkait hal tersebut dilakukan oleh Syamsunarno, dkk., yang dimuat dalam Jurnal Biologi Tropis pada tahun 2019. Penelitian dilakukan dengan mengukur tingkat konsumsi oksigen, laju ekskresi total amoniak nitrogen yang dilakukan dengan beberapa perlakuan perbedaan kepadatan yaitu 100, 150, 200, dan 250 ekor/L dengan menggunakan plastik polyetylen (PE) ukuran 35x50 cm dan styrofoam ukuran 75×43×40 cm. Pada penelitian tersebut dilakukan semulasi pengangkutan benih bandeng selama 48 jam dengan sistem tertutup. 
Tabel 1. Hasil pengamatan tingkat kelangsungan hidup benih ikan bandeng selama transportasi 
Sumber : Syamsunarno, dkk., 2019

Berdasarkan hasil analisis statistik, dapat dilihat bahwa tingkat kelangsungan hidup benih ikan bandeng pada jam ke-0 sampai pada jam ke-30 belum menunjukkan perbedaan yang nyata pada tiap perlakuan. Pengaruh kepadatan benih ikan bandeng dimulai pada jam ke-36, tingkat kelangsungan hidup pada kepadatan 100 dan 150 ekor/L berbeda nyata dengan perlakuan 200 dan 250 ekor/L (P<0,05). Pada akhir transportasi menunjukkan semakin tinggi kepadatan mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup antar perlakuan (P<0,05). Tingkat kelangsungan hidup pada kepadatan 250 ekor/L terendah yaitu 84,27±2,27%. Menurut Syamsunarno, dkk., kepadatan optimal benih ikan bandeng dengan bobot rata-rata, 48±0,12 g/ekor pada transportasi tertutup selama 48 jam adalah 150 e/L dengan kelangsungan hidup 100%. Pada kepadatan 250 ekor/L, transportasi dapat dilakukan dengan lama waktu 30 jam dan menghasilkan tingkat kelangsungan hidup di atas 99%.


Penulis : Tri Nugroho W., Peneliti LRMPHP

Transportasi Ikan Hidup Jaminan Kualitas Mutu Ikan Konsumsi

Salah satu metode transportasi ikan hidup
Pada tahun 2020, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menetapkan target produksi perikanan budidaya sebesar 7,45 juta ton. Target produksi yang tinggi ini merupakan upaya untuk memenuhi permintaan pasar baik untuk pasar lokal, nasional maupun ekspor terhadap komoditas perikanan budidaya yang seksi seperti ikan kerapu, kakap putih, lobster, nila merah, lele dan ikan hias baik air tawar maupun air laut. Salah satu upaya untuk menjamin mutu ikan konsumsi dapat dilakukan dengan menjamin ikan tetap hidup sampai konsumen. Peran transportasi ikan hidup menjadi penting karena murupakan upaya menjamin ikan tetap hidup dengan kualitas yang prima.  

Proses transportasi ikan hidup dapat dibedakan menjadi beberapa kategori, yaitu : basah, semi kering dan kering. Transportasi yang lazim dipergunakan oleh masyarakat dan pembudidaya adalah sistem basah yang dilakukan dalam kantong tertutup dan wadah terbuka. Transportasi dalam kantong tertutup biasanya digunakan untuk ikan yang berukuran kecil seperti ikan hias atau benih. Ikan dimasukkan dalam kantong yang berisi volume air tertentu dengan kepadatan tertentu kemudian sisa ruang dalam kantong diisi dengan oksigen murni dan diikat kuat dengan karet. Volume air, oksigen murni  dan kepadatan ikan disesuaikan dengan lamanya pengangkutan. Transportasi pada wadah terbuka biasanya dilakukan untuk ikan yang berukuran besar atau ikan-ikan konsumsi. Wadah yang dipergunakan berupa jerigen/drum plastik berukuran 0,5-1 ton. Wadah ini diisi air dengan volume dan kepadatan ikan tertentu kemudian ditambahkan aerasi untuk menjamin suplai oksigen terlarut dalam air selama proses transportasi. Aerasi yang digunakan dapat berupa udara biasa maupun oksigen murni tergantung lamanya pengangkutan.

Permasalahan yang dihadapi pada transportasi ikan baik benih maupun ikan ukuran konsumsi adalah perubahan kualitas air yang terjadi selama transportasi, yaitu kadar oksigen terlarut yang semakin menurun serta akumulasi ammonia dan karbon dioksida yang semakin tinggi. Hal ini menyebabkan ikan dalam stress sehingga akan menurunkan survival rate benih ikan saat dipelihara dan menurunkan mutu pada ikan konsumsi. perbedaan durasi pengangkutan dan ukuran ikan menyebabkan perbedaan dalam penanganan perubahan kualitas air selama pengangkutan. Pada sistem transportasi basah tertutup biasanya kepadatan ikan akan dikurangi atau dengan mengubah perbandingan volume oksigen lebih tinggi dibandingkan dengan volume air dalam kantong. Tidak jarang volume air sangat banyak  tetapi ikan yang diangkut hanya dalam jumlah sedikit. Kompensasi-kompensasi yang harus ditempuh tersebut menyebabkan proses transportasi ikan hidup pada sistem basah tertutup tidak efisien.

Hal yang sama juga diterapkan pada sistem transportasi basah terbuka. Namun, sistem transportasi ini lebih fleksibel karena wadah dapat dimodifikasi sedemikian rupa sehingga mampu meningkatkan daya dukung. Peningkatan ini diharapkan mampu menopang kehidupan ikan selama proses transportasi tanpa mengurangi kepadatannya sehingga efisiensinya meningkat. Riset ini bertujuan untuk mendapatkan desain prototipe alat transportasi ikan hidup sistem basah untuk memudahkan kegiatan transportasi ikan hidup serta mempertahankan kualitas.

Tinjauan Pustaka
Sistem transportasi yang sering dipergunakan untuk hasil perikanan di lapangan ada dua, yaitu sistem basah dan sistem kering (Junianto, 2003). Sistem transportasi basah dibagi menjadi dua lagi, yaitu terbuka dan tertutup. Pada sistem tertutup, ikan dimasukkan dalam wadah tertutup dan diberikan suplai oksigen terbatas sesuai dengan perhitungan kebutuhan oksigen selama pengangkutan. Pada sistem terbuka, ikan dimasukkan dalam wadah terbuka dan diberikan aerasi atau suplai oksigen terus menerus selama pengangkutan (Jailani, 2000). Secara umum, definisi transportasi ikan adalah memaksa ikan pada lingkungan yang baru, berbeda dengan lingkungan asalnya dan disertasi perubahan lingkungan yang mendadak dan cepat (Hidayah, 1998).


Penulis : Tri Nugroho W., Peneliti LRMPHP

Selasa, 17 Maret 2020

Soal Covid-19, Ini Pesan Menteri Edhy untuk Masyarakat Kelautan

Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo (Dok. Humas KKP)

Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo mengimbau nelayan, pembudidaya, dan masyarakat yang bergerak di bidang kelautan dan perikanan, untuk mengurangi aktivitas di luar rumah. Imbauan ini menyusul penyebaran Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) yang sudah menjangkiti lebih dari seratus orang di Tanah Air.

“Untuk sementara waktu, agar menjalankan aktivitas di rumah dan menghindari pusat-pusat keramaian. Ini sesuai dengan pesan dari Presiden Joko Widodo,” ujar Menteri Edhy di Jakarta, Selasa (17/3).
Bilapun harus keluar rumah karena kondisi sangat mendesak, ia berpesan agar nelayan, pembudidaya dan masyarakat secara umum, dapat membatasi kontak fisik dengan orang lain.
Penerapan menjaga jarak saat interaksi sangat penting karena orang yang terjangkit bisa saja tidak menimbulkan gejala, seperti demam maupun batuk.
“Saya juga berpesan agar selalu menjaga kesehatan, menjaga kebersihan, dan selalu menggunakan masker bagi yang kurang sehat,” ujar Edhy.
“Semoga kondisi seperti saat ini, dapat kita lalui bersama dan roda kehidupan kembali berjalan normal, bahkan menjadi lebih baik,” tambahnya.
Sementera itu, sebagai langkah antisipasi penyebaran Covid-19 di lingkungan KKP, diberlakukan sistem kerja dari rumah secara bergiliran, pengecekan suhu tubuh bagi pegawai dan tamu, penyemprotan disinfektan di setiap gedung. Kemudian penyediaan hand sanitizer, serta pintu masuk dan keluar ruangan dipastikan tetap terbuka untuk menghindari sentuhan tangan.
Ia juga memastikan, layanan kepada masyarakat kelautan dan perikanan tetap berjalan. “Kementerian Kelautan dan Perikanan akan tetap menjalankan kewajiban dalam memberikan pelayanan secara prima kepada masyarakat,” pungkasnya.
 Sumber : KKPNews

Waspada Covid-19, KKP Keluarkan Kebijakan Kerja dari Rumah

Kantor Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan
Merebaknya wabah corona, membuat Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo mengeluarkan kebijakan agar jajarannya meningkatkan kewaspadaan. Melalui surat edaran bernomor B.181/SJ/KP.620/III/2020, terdapat sejumlah ketentuan pemberlakuan sistem kerja di lingkungan KKP.

Dalam poin a surat yang ditandatantani oleh Plt Sekretaris Jenderal KKP, Antam Novambar tersebut mengimbau agar pejabat pimpinan tinggi madya, pejabat tinggi pratama, pejabat administrator dan pejabat fungsional yang setara dengan pimpin tinggi madya/pratama/administrator tetap masuk kerja seperti biasa.

Berikutnya, pejabat pengawas dan pelaksana serta pejabat fungsional setara dengan pejabat pengawas ke bawah untuk bekerja dari rumah (work from home). "Kerja dari rumah secara bergantian dengan jadwal rotasi yang diatur dan ditetapkan oleh pimpinan unit kerja eselon II atau satuan kerja masing-masing," terang Kepala Biro Humas dan Kerja Sama Luar Negeri KKP, Agung Tri Prasetyo di Jakarta, Minggu (15/3).

Agung menambahkan, pegawai yang melaksanakan work from home tidak diizinkan meninggalkan rumah kecuali untuk keperluan pemeriksaan kesehatan atau kebutuhan mendesak lainnya. Sementara pegawai yang bekerja dari rumah, harus melaporkan hasil pekerjaannya langsung secara harian.

Seanjutnya unit kerja atau unit pelayanan teknis yang mempunyai tugas pelayanan publik agar membagi dan mengatur tugas pegawai guna memastikan pelayanan publik tetap berjalan dengan baik.

"Rapat atau pertemuan yang melibatkan banyak orang baik di dalam maupun luar negeri ditunda sampai dengan pemberitahuan lebih lanjut," sambungnya.

Kemudian untuk pimpinan yang menugaskan pegawai unit kerjanya melakukan perjalanan dinas baik di dalam maupun luar negeri untuk ditunda atau dibatalkan. Surat edaran ini berlaku mulai tanggal 16 Maret 2020 hingga ditetapkannya kebijakan baru.

Sumber : kkp.go.id

Senin, 16 Maret 2020

Perwakilan LRMPHP Ikuti Workshop Kehumasan Lingkup BRSDMKP

Perwakilan LRMPHP Ikuti Workshop Kehumasan Lingkup BRSDMKP

Perwakilan Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (LRMPHP), Wahyu Tri Handoyo mengikuti Workshop Kehumasan dengan tema “Optimalisasi Media Sosial untuk Humas Pemerintah”. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Sekretariat Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDMKP) pada 11- 13 Maret 2020 di Ruang Arwana Gedung Mina Bahari II lantai 14 dan dihadiri oleh seluruh UPT lingkup BRSDMKP. Kegiatan workshop ini bertujuan untuk meningkatkan kapabilitas sumber daya manusia dibidang kehumasan pemerintah supaya dapat mengoptimalkan media sosial yang saat ini sudah menjadi sumber informasi cepat bagi sebagian besar masyarakat.

Materi yang disampaikan dalam workshop kehumasan yaitu Social Media Management Swinny Andestika, S.Sos.  dari Communication Manager Sustainable Coffee Platform Indonesia (SCOPI), Mobile Journalism (teknik pemanfaatan smartphone untuk  membuat konten multimedia berupa video dan infografis) disampaikan oleh Riki Dhanu selaku pendiri Mobile Journalism (MOJO) dari liputan6.com, Public Sector Communication dengan narasumber Galuh Pangestu, M.A. selaku Communication Expert UNDP, dan Social Media Analytics For Public Relations dengan narasumber Ika K Idris, P.hD. selaku Direktur Riset Paramadina Public Policy Insitute, Universitas Paramadina.

Pada workshop kehumasan juga dilakukan kunjungan ke kantor redaksi Metro. Kunjungan ini bertujuan agar para peserta workshop mengetahui bagaimana media masa sekelas Metro TV membuat konten berita aktual yang akan disampaikan kepada masyarakat.

 

Jumat, 06 Maret 2020

Menteri Edhy: Silakan Kritik Saya!

Menteri saat sambutan dalam pelantikan pejabat KKP
Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo mempersilakan jajarannya untuk mengkritik dirinya. Edhy bahkan menawarkan promosi jabatan bagi pegawai atau pejabat yang menyampaikan masukan dan kritik membangun.
“Menteri bukan segala-galanya dan bisa saja salah. Menteri tidak boleh antikritik dan bisa dikritik kapan saja. Di sini (KKP) yang mengkritik akan mudah dapat promosi,” katanya disambut tawa dan tepuk tangan pegawai, pejabat, dan undangan yang hadir dalam acara pelantikan pejabat di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan, di Jakarta, kemarin.
Menteri Edhy melantik empat pejabat pimpinan tinggi madya di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di Gedung Mina Bahari IV, Kantor KKP, Jakarta Pusat, Kamis (5/3) sore. Edhy mengaku mengedepankan profesionalitas dan kekompakan dalam bekerja.
Keempat pejabat yang dilantik adalah Aryo Hanggono sebagai Direktur Jenderal (Dirjen) Pengelolaan Ruang Laut (PRL). Aryo tadinya menduduki posisi Pelaksana Tugas pada jabatan tersebut. Kemudian TB. Haeru Rahayu sebagai Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP). Posisi Dirjen PSDKP sebelumnya dipegang oleh Pelaksana Tugas, Nilanto Perbowo, yang beberapa hari lalu resmi dilantik sebagai Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP).
Selanjutnya ada Artati Widiarti yang dilantik sebagai Staf Ahli Bidang Ekonomi, Sosial dan Budaya; serta Pamuji Lestari sebagai Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan Hubungan Antar Lembaga. “Jabatan hanya titipan Tuhan, gunakanlah untuk berbuat kebaikan,” kata Menteri Edhy.
Pelantikan pejabat eselon 1 KKP
Menteri Edhy berharap, para pejabat yang dilantik bisa secapatnya beradaptasi dengan lingkungan kerja dan menghasilkan terobosan-terobosan untuk kemajuan sektor kelautan dan perikanan. Program dan inovasi-inovasi KKP, sambung Edhy, harus dirasakan manfaatnya oleh masyarakat perikanan dan kelautan.
Menteri Edhy menambahkan, kekompakan dan profesionalitas sangat penting dalam lingkungan kerja agar hasil yang dicapai maksimal. Sehingga dia berharap para pejabat dan pegawai di KKP untuk saling sokong dalam menjalankan program kerja yang sudah disusun.
“Kerja sama itu sangat penting, jadi bapak ibu saya harap bisa segera menyesuaikan diri,” ujarnya.
Sumber : KKPNews

Kamis, 27 Februari 2020

Mengenal DSC (Differential Scanning Calorimetry), Analisa Untuk Mengetahui Ketahanan Termal Kemasan Bioplastik

Berdasarkan data dari Geyer, et al. (2017), jumlah produksi plastik dari tahun 1950 sampai dengan tahun 2015 mengalami peningkatan yang sangat tajam, dari 2 juta ton per tahun menjadi 381 juta ton per tahun.
Produksi plastik secara global
       
Produksi plastik yang meningkat tajam ini menimbulkan efek yang berbahaya bagi lingkungan karena sifat plastik yang susah terurai (bisa bertahan hingga ribuan tahun), pencemaran plastik di laut juga berbahaya terutama jika tidak sengaja terkonsumsi oleh ikan dan satwa laut lainnya (kasus paus sperma tewas di pinggir perairan Wakatobi dengan 5,9 kg plastik di perutnya), selain itu bahan kimia yang terdapat dalam plastik juga berbahaya bagi kesehatan manusia. Salah satu alternatif untuk mengurangi penggunaan plastik yaitu dengan pembuatan bioplastik. Bioplastik atau yang sering disebut plastik biodegradable, merupakan salah satu jenis plastik yang hampir keseluruhannya terbuat dari bahan yang dapat diperbarui, seperti pati, minyak nabati, dan mikrobiota. Salah satu indikator mutu plastik yaitu sifat atau ketahanannya terhadap panas, yang dapat dianalisa dengan Differential Scanning Calorimetry (DSC).

Schick dalam Anal. Bioanal. Chem. (2009) menyampaikan bahwa Differential Scanning Calorimetry (DSC) adalah suatu alat analitis yang efektif untuk mengkarakterisasi sifat fisik dari suatu polimer. DSC memungkinkan penentuan titik leleh, kristalisasi, suhu transisi mesomorfik, perubahan entalpi dan entropi yang sesuai, dan karakterisasi transisi kaca dan efek lain yang menampilkan baik perubahan kapasitas panas atau panas laten. Keunggulan DSC dibandingkan dengan teknik kalorimetri lainnya terletak pada rentang dinamis luas mengenai tingkat pemanasan dan pendinginan, termasuk isotermal dan operasi modulasi suhu. DSC telah terbukti menjadi teknik yang sangat andal untuk didapatkan kapasitas panas pada suhu tinggi dalam waktu singkat waktu. DSC juga memungkinkan studi tentang kinetika transisi dalam rentang dinamis yang luas. Karena kesederhanaan dan kemudahannya penggunaan DSC secara luas diterapkan dalam ilmu polimer.

Menurut Balasubramanian, et al (2018) dalam tulisannya yang disampaikan pada Jurnal Biomac, karakteristik termal dari suatu film atau plastik dianalisa dengan Differential Scanning Colorimetry (DSC) pada range suhu 25 - 300°C dengan gas Nitrogen dan pada laju pemanasan 10°C/ menit.
Alat DSC

Penulis : Putri Wullandari, Peneliti LRMPHP

Selasa, 25 Februari 2020

Perwakilan LRMPHP Hadiri Sarasehan Pakan Mandiri dan Alami di Dinas Kelautan dan Perikanan DIY

Perwakilan LRMPHP Hadiri Sarasehan Pakan Mandiri dan Alami di Dinas Kelautan dan Perikanan DIY
Berdasarkan undangan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan DI Yogyakarta nomor 005/00823 tanggal 18 Februari 2020, dua orang pegawai LRMPHP yaitu Luthfi Assadad (Kepala LRMPHP) dan Arif Rahman Hakim (peneliti, PJ riset rancangbangun mesin pakan ikan skala UKM TA 2018) mengikuti kegiatan Sarasehan Pakan Mandiri dan Alami yang dilaksanakan di ruang rapat Arwana, kantor Dinas Kelautan dan Perikanan DI Yogyakarta pada tanggal 24 Februari 2020.

Kegiatan ini diikuti oleh berbagai elemen, meliputi perwakilan dinas yang menangani perikanan pada kabupaten/kota di DI Yogyakarta, penyuluh perikanan, kelompok pembudidaya dan juga dari LRMPHP.

Dalam sarasehan ini, LRMPHP menyampaikan beberapa hasil pelaksanaan kegiatan riset yang telah dilakukan, baik dalam kerangka rancangbangun peralatan dan mesin, proses pembuatan tepung ikan sebagai bahan baku pakan, maupun optimasi peralatan milik UKM. 

Beberapa pelaku usaha yang hadir juga ikut menyampaikan pengalamannya selama ini.  Bapak Suharyanto dari Berbah Sleman, memberikan sharing pengalaman tentang pembuatan pakan ikan. “Tiga kunci keberhasilan pembuatan pakan ikan ialah ketersediaan bahan baku yang kontinyu dan murah, alat dan mesin produksi yang siap guna dan tidak rumit, pelaku pembuat pakan mandiri juga harus seorang pembudidaya”, tuturnya. Pelaku usaha lainnya, Bapak Dian Irwanda dari Pandak Bantul ikut menyampaikan teknik budidaya ikan Lele menggunakan pakan mandiri yang berbahan dasar ikan rucah yang difermentasi. 

Melalui kegiatan sarasehan ini, para pelaku usaha berharap adanya peran aktif dari Dinas Kelautan Perikanan maupun LRMPHP untuk bisa membantu penyediaan alat dan mesin pencetak pakan ikan sesuai kebutuhan.

Protein Skimmer dalam Teknologi Recirculating Aquaculture System (RAS)

Persyaratan terpenting dari teknologi Recirculating Aquaculture System (RAS) adalah kemampuan untuk mempertahankan kualitas air sehingga ikan yang dibudidayakan bisa tumbuh dan berkembang secara optimal. Tahapan proses dalam teknologi RAS meliputi (a) Solid Removal, menghilangkan limbah padat yang mencemari air seperti sisa pakan dan feses, tahap ini, bisa dilakukan penyaringan secara fisik. (b) Biofiltration, tahap ini untuk menghilangkan bahan pencemar yang tidak terlihat seperti amonia. (c) Dissolve gas control, tahapan terakhir, yaitu dengan menambah jumlah oksigen terlarut sehingga air yang dilepaskan kaya akan oksigen terlarut yang baik untuk ikan budidaya. Setelah melewati tahapan tersebut, air bisa dikembalikan lagi ke dalam kolam. 

Oleh karena itu tahapan penyaringan secara fisik merupakan salah tahapan yang krusial. Tahapan ini untuk menghilangkan limbah padat organik berupa feses dan sisa pakan. Jika komponen/alat untuk penyaringan fisik ini tidak berfungsi, limbah organik yang terlarut akan langsung mengalir unit Biofilter; menyebabkan penyumbatan karena pori dari Biofilter sangat kecil. Penyumbatan ini mengurangi kemampuan proses nitrifikasi Biofilter juga menyebabkan tangki meluap. Meski penyumbatan tidak berlangsung tiba-tiba namun situasi ini mengakibatkan masa pakai Biofilter berkurang. Padatan terlarut yang tinggi juga menyebabakan kekeruhan yang tinggi sehingga proses disinfeksi oleh Unit Ultraviolet menurun. 

Salah satu cara untuk menyaring limbah padatan terlarut ialah dengan Foam Separation Treatment atau sering disebut Protein Skimmer Unit. Prinsip kerja dari alat ini adalah memisahkan bahan padat terlarut dalam air dengan cara pengapungan melalui gelembung - gelembung udara yang ditiupkan kedalam kolom air melalui interaksi electrostatic (Gambar 1). 

Gambar 1. Proses adsorbsi padatan terlarut dalam gelembung (Sumber : Yoshihisa Yamamoto) 
Dalam bak budidaya, proses ini sering dianggap sebagai proses tiruan untuk menduplikasi fenomena alam yang terjadi di pantai pada saat cuaca berangin. Pada kondisi seperti itu biasanya laut sering mendamparkan buih – buih ke pantai dengan membawa padatan terlarut yang menempel pada buih – buih tersebut, dan mengendapkannya. Menurut Yoshihisa Yamamoto dalam buku “Application of Recirculation Aquaculture System in Japan (2017)” menjelaskan tahapan pemisahan padatan terlarut dalam air menggunakan Protein Skimmer sebagai berikut : (1) Pembentukan gelembung mikro, (2) Proses adsorpsi padatan terlarut ke dalam gelembung (3) Memperbesar ukuran gelembung melalui proses penyatuan dan penggabungan antar gelembung (4) Proses kohesi padatan terlarut oleh gelembung besar (5) Terbentuk busa (6) Mengeluarkan busa dari air melalui tekanan udara. Adapun desain umum protein skimmer bisa dilihat pada Gambar 2. sebagai berikut:

Gambar 2. Desain alat protein skimmer

Penulis : Arif Rahman Hakim, Peneliti LRMPHP

Senin, 24 Februari 2020

Kunjungan Dinas Pertanian dan Dinas Perikanan Kab. Tanah Bumbu di LRMPHP

Kunjungan Kerja Dinas Pertanian dan Dinas Perikanan Kab. Tanah Bumbu di LRMPHP
Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (LRMPHP) menerima kunjungan Dinas Pertanian dan Dinas Perikanan Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan pada 21 Februari 2020. Kunjungan dipimpin oleh Fauraji Akbar selaku Kepala Dinas Pertanian dan Yulian Herawati selaku Plt. Kepala Dinas Perikanan.

Kepala dinas menyampaikan bahwa kunjungannya ini dalam rangka kunjungan kerja untuk melihat peralatan hasil riset LRMPHP sebagai bahan studi komparasi dalam pengadaan peralatan perikanan di Kabupaten Tanah Bumbu. Disampaikan pula bahwa banyak bantuan peralatan perikanan di Kab. Tanah Bumbu tidak terpakai karena spesifikasinya tidak sesuai kebutuhan dan tidak ekonomis. Kepala Dinas berharap dengan kunjungannya ini akan diperoleh manfaat untuk pengembangan perikanan yang lebih baik di Kab. Tanah Bambu. Hal ini seiring dengan dicanangkannya Kab. Tanah Bumbu sebagai pintu gerbang ibukota yang baru. 

Sejalan dengan pemaparan Kepala Dinas, Kepala LRMPHP berharap dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan perikanan Kab. Tanah Bumbu khususnya dibidang mekanisasi pengolahan hasil perikanan. Kepala LRMPHP juga menawarkan kesempatan kerjasama program magang maupun pelatihan bagi pelaku usaha perikanan Kab. Tanah Bumbu. 

Selama kunjungannya ini, beberapa peralatan hasil inovasi LRMPHP mendapat perhatian dari Dinas Perikanan Kab. Tanah Bumbu. Peralatan tersebut diantaranya alat uji kesegaran ikan berbasis sensor (alat UKI), alat transportasi ikan segar roda dua (ALTIS-2), alat pembuat pupuk granul dan  pupuk cair serta mesin biodiesel.

Jumat, 21 Februari 2020

Rapat Pengurus HIMPENINDO DIY di LRMPHP

Rapat Pengurus HIMPENINDO DIY di LRMPHP
Peneliti LRMPHP, Putri Wullandari, M.Sc mengikuti kegiatan rutin rapat pengurus Himpunan Peneliti Indonesia (HIMPENINDO) DIY yang diselenggarakan pada 20 Februari 2020 di LRMPHP. Hadir pada kegiatan tersebut perwakilan dari instansi litbang/riset berbagai kementerian dan lembaga yang ada di DIY.

Rapat pengurus HIMPENINDO dibuka oleh Kepala LRMPHP, Luthfi Assadad, M.Sc. Dalam sambutannya Kepala LRMPHP akan memfasilitasi kegiatan ini sebagai wahana dalam membangun sinergitas antar satker riset di DIY.

Pada rapat pengurus HIMPENINDO ini dibahas status jabatan fungsional peneliti di kementerian/lembaga riset terkait pembentukan BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional). Lembaga riset seperti LIPI, Batan dan BPPT kemungkinan akan mewadahi pembentukan kelembagaan BRIN ini. Namun demikian, informasi yang diperoleh dari Bappeda bahwa struktur kelembagaan maupun tempatnya masih belum diketahui.

Selain pembahasan mengenai BRIN, juga dibahas perkembangan kegiatan HIMPENINDO tahun 2019 dari masing - masing bidang yaitu Bidang Diseminasi Hasil Litbang dan Rekomendasi Kebijakan, Bidang Komunikasi dan Informasi (Humas), Bidang Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Bidang Pengembangan Budaya dan Kearifan Lokal, serta Bidang Kemitraan dan Kerjasama.

Jumat, 14 Februari 2020

PEMBAHASAN RENCANA KERJA KEGIATAN RISET LRMPHP TAHUN 2020

Pembahasan rencana kerja kegiatan riset LRMPHP tahun 2020
Pelaksanaan pembahasan rencana kerja kegiatan riset LRMPHP tahun 2020 diselenggarakan pada 13 Februari 2020 di Ruang Aula LRMPHP. Kegiatan pembahasan dalam rangka penajaman rencana kerja ini dihadiri oleh Kepala LRMPHP, Luthfi Assadad S.Pi, M.Sc, Plt. Kepala Puriskan, Dr. Bambang Suprapto, Direktur Politeknik KP Karawang, Dr. Aef Permadi, S.Pi, M.Si beserta staf,  evaluator kegiatan riset dan seluruh pegawai LRMPHP.

Dalam sambutannya, Kepala LRMPHP menjelaskan bahwa  pembahasan rencana kerja kegiatan riset LRMPHP merupakan agenda rutin dan menjadi satu rangkaian/bagian dari pelaksanaan riset tahunan. “Tahun 2020 ini, LRMPHP mendapat mandat untuk melaksanakan  4 kegiatan riset yang terkait dengan prototype dan riset siap pakai, masing-masing terdiri 2 judul,” tuturnya. Kepala LRMPHP juga mengucapkan terimakasih kepada Politeknik KP Karawang yang telah mengijinkan sebagian SDM untuk terlibat dalam kegiatan riset. Hal ini sesuai dengan arahan dari Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDMKP) terkait penguatan jejaring dan kolaborasi riset dengan pihak luar. Pada kegiatan ini, Kepala LRMPHP juga berharap mendapat arahan dari Puriskan dan masukan dari para evaluator agar pelaksanaan kegiatan riset dapat berjalan dengan baik. 

Sementara itu, Dr. Bambang Suprapto selaku Plt. Kepala Puriskan, dalam arahannya mengapresiasi LRMPHP yang sudah memulai kolaborasi riset antara UPT riset dengan pendidikan. “Dengan kolaborasi riset akan diperoleh hasil yang lebih kuat karena adanya sharing pengetahuan,” tuturnya. Dr. Bambang Suprapto juga menjelaskan meskipun saat ini tupoksi LRMPHP masih terbatas pada bidang mekanisasi pengolahan pasca panen, namun kedepan akan menjadi UPT yang strategis seiring dengan peningkatan status kelembagaan menjadi balai alat dan mesin perikanan dan kelautan. Untuk mengantisipasi hal tersebut disarankan untuk membuat rancangan pengembangan baik kelembagaan, SDM, sarana dan prasarana maupun biaya operasionanya.

Menurut Dr. Bambang Suprapto, alat dan mesin perikanan lebih komplek dan beragam dengan kebutuhan peralatan yang berbeda pula, mulai dari budidaya, penangkapan hingga pascapanennya. Alat dan mesin tersebut masih banyak yang import, sehingga beberapa hasil riset LRMPHP yang potensial untuk dikembangkan segera dihilirisasi, seperti alat transportasi ikan segar (ALTIS) dan alat pembuat pakan ikan. Selain itu, LRMPHP didorong untuk terus mendukung kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan karena kebijakan tersebut dasarnya kebutuhan prioritas untuk peningkatan dan pengembangan dibidang kelautan dan perikanan.

Selanjutnya pada pembahasan kegiatan riset, diawali dengan pemaparan Riset Desain dan Rancangbangun Alat Transportasi Ikan Hidup (ALTIH) Sistem Basah  oleh Tri Nugroho Widianto, M.Si dengan evaluator Jaka Trenggana, S.Pi dari  BBPBAT Sukamandi. Masukan yang diberikan evaluator yaitu agar dihasilkan ALTIH yang praktis, mudah diperoleh dan dapat diaplikasikan pada masyarakat. Pada pemaparan kegiatan Riset dan Rancangbangun Mesin Pengemas Penghasil Bioplastik Ramah Lingkungan oleh Putri Wullandari, M.Sc dengan evaluator Dr. Akbar Hanif Dawan A., MT dari LIPI Bandung. Evaluasi yang diberikan yaitu agar desain screw dalam ekstruder diperhatikan karena pemasangan yang tidak tepat dapat menyebabkan alat menjadi macet. Pada Riset Rancangbangun Alat Sortasi  dan Grading Kualitas Rumput Laut dipaparkan oleh I Made Susi Erawan, M.Sc dengan evaluator Muhammad Fakhurrifqi, M.Cs dari UGM. Saran yang disampaikan agar memperbanyak pengujian sampel untuk meningkatkan akurasi pembacaan alat. Pembahasan kegiatan riset tahun 2020 di LRMPHP diakhiri dengan pemaparan Riset Rancangbangun, Introduksi dan Uji terap Skala Terbatas Mini Chilling Storage Menggunakan Biodisel oleh Arif Rahman Hakim, M.Eng dengan evaluator Dr. Suwarman Partosuwiryo, A.Pi, MM. Evaluator menyarankan agar desain penempatan PCM (Phase Change Material) dalam palka diteliti lebih lanjut untuk mendapatkan suhu yang sesuai.

Rabu, 12 Februari 2020

Perwakilan LRMPHP Ikuti Launching Teknologi Pendukung Program Nasional Citarum Harum di BRPSDI

Perwakilan LRMPHP Ikuti Launching Teknologi Pendukung Program Nasional Citarum Harum di BRPSDI

Perwakilan Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (LRMPHP), Putri Wullandari, M.Sc mengikuti kegiatan Launching Teknologi Pendukung Program Nasional Citarum Harum di BRPSDI pada 11 Februari 2020.

Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan (BRPSDI) merupakan unit kerja dibawah naungan Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) merilis tiga solusi hasil riset dan inovasi dalam mewujudkan program Citarum Harum yang berkaitan dengan kegiatan perikanan.

Program Citarum Harum dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo pada 2018. Program ini mencakup percepatan pengendalian pencemaran dan kerusakan daerah aliran Sungai Citarum serta waduk kaskade Citarum (Saguling, Cirata dan Ir. H. Djuanda).

“Sebagai lembaga Pusat Unggulan Iptek (center of excellent) dengan fokus unggulan Pemulihan Sumber Daya Ikan, dengan ruang lingkup konservasi jenis, konservasi ekosistem, rehabilitasi habitat, restoking, dan introduksi. teknologi, BRPSDI terus berusaha mewujudkan Program Citarum Harum yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo,” tutur Kepala BRPSDI, Aulia Riza Farhan, dalam sambutannya.

Solusi pertama adalah solusi jangka pendek guna mendukung kegiatan budidaya perikanan, yaitu teknologi keramba jaring apung dengan sistem management dengan resirkulasi dan tanaman (KJA SMART). KJA SMART merupakan teknologi untuk pencegahan dan pengendalian eutrofikasi dengan mengadopsi sistem akuaponik yang telah dimodifikasi sehingga dapat diterapkan di periaran terbuka waduk/danau.

Solusi kedua yaitu teknologi eelway yang merupakan salah satu bentuk teknologi fishway (jalur ruaya ikan) guna mempermudah ikan melewati konstruksi melintang sungai yang dibuat manusia. Eelway sangat diperlukan dalam rencana pembangunan waduk-waduk di Indonesia.

Eel sendiri merupakan bahasa lain dari ikan sidat. Ikan ini primadona perikanan budidaya Indonesia yang tengah menjadi perhatian dunia sejalan dengan menurunnya produksi benih sidat dunia. Salah satu penyebabnya adalah pembangunan DAM di beberapa ruas sungai habitat sidat menghambat ruaya sidat. Teknologi eelway diharapkan jadi jawaban persoalan tersebut.

"Perlu ada kepastian kelangsungan hidup dari spesies ini untuk generasi mendatang. Teknologi rekayasa habitat yang dapat digunakan untuk merekayasa jalur ruaya sidat dari hilir ke hulu sungai untuk melewati bangunan melintang tersebut adalah dengan membuat eelway, salah satu bentuk fishway yang diperuntukan khusus untuk ikan sidat,” tutur Peneliti Utama BRPSDI, Didik Wahyu Hendro Tjahjo.

Solusi ketiga yang merupakan solusi jangka panjang yakni Culture Based Fisheries (CBF). CBF adalah teknologi pemacuan stok yang bertujuan meningkatkan/memacu rekruitmen alami satu atau beberapa jenis ikan dari kelompok planktivora-herbivora yang dihasilkan dari panti perbenihan, untuk ditebar di suatu badan air. Ikan-ikan ini tumbuh dengan memanfaatkan makanan alami sehingga produksinya meningkat mendekati daya dukung perairan/alaminya. Ini dapat dikelola oleh sekelompok masyarakat dengan pendampingan (ko-manajemen) dan dikembangkan melalui sistem insentif. Dengan demikian, CBF dapat menjadi program alih profesi bagi pekerja dan pemilik KJA yang terkena dampak penertiban.

Dikatakan Didik, dalam studi kasus untuk Waduk Ir. Juanda, optimalisasi perikanan tangkap melalui pengembangan CBF diestimasi mampu meningkatkan produksi perikanan tangkap hingga 1.500 ton/tahun dan memberikan manfaat dalam memberi ruang bagi masyarakat mendapatkan mata pencaharian alternatif/alih profesi.

Melalui hasil riset teknologi ini, Kepala BRPSDI pun berharap dapat menjadi solusi mewujudkan Citarum Harum. Sebagaimana diketahui, saat ini status air Citarum naik satu tingkat dari cemar berat menjadi cemar sedang. Ditargetkan, tahun depan perairan Citarum menjadi cemar ringan, hingga akhirnya menjadi kualitas air yang dapat memberikan kehidupan yang baik di tahun 2024.