EKONOMI BIRU

Arah Kebijakan Pembangunan Sektor Kelautan dan Perikanan 2021 - 2024 Berbasis EKONOMI BIRU

ZI WBK? Yes, We CAN

LRMPHP siap meneruskan pembangunan Zona Integritas menuju satuan kerja berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) yang telah dimulai sejak tahun 2021. ZI WBK? Yes, We CAN.

LRMPHP ber-ZONA INTEGRITAS

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan siap menerapkan Zona Integritas menuju satuan kerja berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) 2021.

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan

LRMPHP sebagai UPT Badan Riset dan SDM KP melaksanakan riset mekanisasi pengolahan hasil perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 81/2020

Tugas Pokok dan Fungsi

Melakukan tugas penelitian dan pengembangan strategis bidang mekanisasi proses hasil perikanan di bidang uji coba dan peningkatan skala teknologi pengolahan, serta rancang bangun alat dan mesin untuk peningkatan efisiensi penanganan dan pengolahan hasil perikanan

Produk Hasil Rancang Bangun LRMPHP

Lebih dari 30 peralatan hasil rancang bangun LRMPHP telah dihasilkan selama kurun waktu 2012-2021

Kerjasama Riset

Bahu membahu untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan dengan berlandaskan Ekonomi Biru

Sumber Daya Manusia

LRMPHP saat ini didukung oleh Sumber Daya Manusia sebanyak 20 orang dengan latar belakang sains dan engineering.

Kanal Pengelolaan Informasi LRMPHP

Diagram pengelolaan kanal informasi LRMPHP

Selasa, 05 Juni 2018

Rumput Laut, Jawaban Indonesia Terhadap Krisis Sampah Plastik Dunia

Sampah plastik dibuang ke sungai. Komponen plastik yang paling berbahaya adalah serpihan sampah plastik yang dikenal sebagai mikroplastik (www.shutterstock.com)
Dampak yang ditimbulkan oleh pemakaian plastik kini sudah di tahap yang mengkhawatirkan. Data terkini menunjukkan bahwa sejak tahun 1950-an sembilan juta ton plastik telah diproduksi di seluruh dunia, dan setidaknya saat ini masih meninggalkan sampah sebesar tujuh juta ton.

Tidak hanya merusak lingkungan dan mengancam kehidupan satwa, sampah plastik juga mengancam kehidupan manusia.

Salah satu komponen plastik yang paling berbahaya adalah serpihan sampah plastik yang dikenal sebagai mikroplastik. Serpihan tersebut telah terbukti merusak lingkungan, terutama di lautan, dengan jumlahnya yang ternyata lebih besar dibanding dengan yang diperkirakan sebelumnya. Penelitian terbaru menunjukan jumlah mikroplastik yang tersebar di lingkungan kini mencapai sekitar 51 triliun butir, atau setara 236 ribu metrik ton. Partikel kecil ini bisa saja masuk ke dalam perut kita melalui air minum atau makanan laut dan mengancam kesehatan.

Langkah-langkah untuk mengurangi dampak penggunaan plastik telah banyak dilakukan, salah satunya yaitu dengan mengembangkan bahan plastik yang dapat hancur atau terurai secara alami di lingkungan yang lebih dikenal dengan istilah “biodegradable plastics” atau bioplastik.

Penelitian yang sedang saya lakukan ingin menunjukkan bahwa rumput laut dapat menjadi bahan terbaik untuk produksi bioplastik. Artikel ini juga memberikan gambaran bagaimana Indonesia dapat berperan penting dalam pengembangan plastik rumput laut.

Kebijakan melawan plastik
Negara-negara di dunia belakangan ini telah memberlakukan aturan-aturan yang mendukung penggunaan plastik ramah lingkungan dan juga daur ulang, guna menekan pemakaian plastik.

Tahun depan, Inggris melarang segala penjualan produk plastik sekali pakai, seperti sedotan minuman dan kapas pembersih. Kemudian kota-kota di Amerika Serikat telah mendeklarasikan perang terhadap sedotan minuman plastik. Seattle pun ikut meluncurkan kampanyenya dengan jargon “Tidak ada sedotan plastik di Seattle”. Sedangkan New York juga sedang mempertimbangkan untuk melarangnya.

Di 2017, Kenya bahkan menerapkan pelarangan paling keras terhadap penggunaan kantong plastik, yaitu dengan memberikan ganjaran 4 tahun penjara atau denda sebesar $40.000.

Pencarian solusi
Meskipun demikian, penghentian penggunaan plastik seutuhnya merupakan hal yang mustahil. Plastik merupakan bahan yang paling mudah serta serba guna untuk berbagai macam keperluan. Plastik juga memberikan banyak sekali manfaat untuk kehidupan manusia. Ketergantungan orang akan plastik telah mendorong meningkatnya produksi plastik, bahkan di masa mendatang.

Jumlah produksi plastik sangatlah besar, dan diperkirakan akan terus meningkat kedepannya. Pada tahun 2014, produksi plastik kemasan dunia tercatat senilai $270 miliar dan diprediksi akan meningkat hingga $375 pada tahun 2030.

Salah satu cara untuk mengatasi masalah penggunaan plastik diantaranya dengan mendaur ulang. Namun cara ini tidaklah semudah yang diharapkan. Jenis produk plastik yang jumlahnya ratusan menjadi kendala utama pada proses daur ulang, terutama dalam proses pemilahannya. Sehingga hanya sekitar 9% saja jumlah sampah plastik dunia yang telah di daur ulang, 12% dibakar, sedangkan sisanya berakhir di tempat pembuangan akhir atau di samudra.

Cara lainnya yaitu dengan mengembangkan bioplastik. Plastik ini umumnya terbuat dari tanaman atau bakteri sehingga menjadikannya lebih ramah terhadap lingkungan serta dapat berkelanjutan.

Permintaan tinggi bioplastik
Kapasitas produksi bioplastik dunia diperkirakan akan meningkat hingga 6,1 juta ton pada 2021 dari sejumlah 4,2 juta ton pada 2016 yang dipicu oleh semakin meningkatnya kesadaran konsumen terhadap penggunaan produk-produk ramah lingkungan.

Masyarakat kini juga telah banyak memanfaatkan bioplastik untuk keperluan sehari-hari mulai dari kantong plastik, peralatan rumah tangga hingga barang elektronik. Merek-merek terkenal dunia seperti Coca-cola, Heinz, Unilever, Nestle, Danone, dan Nike juga telah menggunakannya terutama untuk kemasan produk.

Mengapa rumput laut untuk bioplastik?
Bahan baku yang biasa digunakan untuk bioplastik antara lain adalah jagung, tebu, minyak tumbuhan, dan pati. Namun penggunaan komoditas tanaman tersebut untuk plastik dapat menimbulkan masalah lainnya.

Pertama, produksi bioplastik membutuhkan investasi yang sangat besar untuk lahan produktif, pupuk, dan kimia. Kemudian, pemanfaatan tanaman tersebut untuk plastik juga akan memicu persaingan antara kebutuhan untuk pangan dengan kebutuhan plastik, sehingga bisa menyebabkan naiknya harga komoditas tersebut dan juga mengakibatkan krisis pangan.

Sejauh ini, rumput laut merupakan kandidat terbaik untuk bioplastik karena mampu menjawab tantangan tersebut di atas. Pertama, harganya yang murah. Kemudian, tidak seperti tanaman darat, rumput laut tidak memerlukan pupuk serta lahan produktif karena ditanam di laut. Dengan memanfaatkan rumput laut sebagai bahan bioplastik, produksi pangan juga akan tetap terjaga sehingga tidak menimbulkan kenaikan harga atau krisis pangan.

Peran kunci Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan dua pertiga wilayahnya adalah perairan. Indonesia juga merupakan salah satu penghasil rumput laut terbesar di dunia. Nilai ekspor rumput lautnya yaitu senilai US$200 juta dan dengan produksinya yang dilaporkan meningkat sekitar 30% tiap tahunnya.

Selanjutnya, Indonesia adalah penghasil jenis rumput laut merah terbesar di dunia, di mana kandungan karbohidratnya merupakan bahan utama untuk membuat bioplastik. Produksi rumput laut indonesia menyumbang lebih dari sepertiga produksi rumput laut dunia.

Laporan terkini menunjukkan bahwa Indonesia merupakan lokasi yang sangat cocok untuk ditanami jenis rumput laut merah, karena didukung oleh faktor iklim, ketersediaan unsur hara, dan kondisi geografisnya.

Indonesia juga merupakan salah satu pionir dalam hal pengembangan plastik berbahan dasar rumput laut dibandingkan negara-negara lainnya. Industri start up Indonesia Evoware telah menciptakan serta menjual secara komersial cangkir minuman dan kotak makanan berbahan rumput laut hasil budidaya.

Penemuan tersebut menunjukkan betapa besarnya potensi rumput laut untuk dijadikan bahan alternatif bioplastik. Namun demikian, penelitian lanjutan masih dibutuhkan untuk menghasilkan bioplastik yang dapat digunakan untuk jenis produk yang lebih luas lagi. Kedepannya, kita berharap dapat menghasilkan plastik rumput laut yang memiliki kualitas yang mampu bersaing dengan plastik konvensional yang ada saat ini.

Dengan segala potensi yang ada, Indonesia seharusnya memiliki peran besar dalam pengembangan plastik ramah lingkungan dari rumput laut, guna mengatasi krisis plastik global yang terjadi saat ini. Ketika botol minuman atau tas belanja yang berbahan terbuat dari plastik rumput laut mencemari samudera, kita tidak lagi khawatir karena limbah tersebut sebetulnya hanya kembali ke tempatnya semula, di laut.

Sumber : theconversation.com
Penulis : Bakti Berlyanto Sedayu, Peneliti LRMPHP
                

Senin, 04 Juni 2018

3rd Bali Tuna Conference, Menteri Susi Tekankan Pentingnya Sertifikasi Dan Tracebility Produk Perikanan


Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menekankan pentingnya sertifikasi dan traceablity (ketertelusuran) produk perikanan Indonesia, terutama tuna, dapat lebih kompetitif dengan produk perikanan luar negeri. Hal tersebut merupakan salah satu poin hasil dari 3rd Bali Tuna Conference yang diselenggarakan di Bali pada tanggal 31 Mei - 1 Juni 2018.

"Indonesia dalam Bali Tuna Conference ini berbicara tentang menuju kepada sertifikasi supaya produk kita ini lebih kompetitif. Dari Illegal, Unreported, and Unregulated Fishing menuju ke Legal Reported Regulated Fishing. Di mana dari sertifikasi ini, tuna Indonesia bisa mendapatkan harga premium sehingga bisa berkompetisi di pasaran dunia," ungkap Menteri Susi dalam gelaran konferensi pers, usai penutupan acara Bali Tuna Conference di Hotel Padma Bali, Jumat (1/6).

Selain sertifikasi, Menteri Susi juga meminta kepada pengusaha dan stakeholder perikanan agar dapat menjaga traceability dari produk perikanan yang dihasilkan. "Pengusaha-pengusaha dunia harus bisa menjaga traceability. Sertifikasi juga jangan lupa. Karena tanpa sertifikasi, transaksi jual beli itu sangat sulit bahkan tidak bisa," lanjutnya.

Dalam Bali Tuna Conference, Indonesia juga menyampaikan tentang penolakan produk perikanan yang melibatkan pelanggaran hak asasi manusia di dalamnya. Di mana produk perikanan harus bersih dari tindak perbudakan dan menjunjung tinggi hak asasi manusia. "Kita sudah compliance dengan human rights. Itu juga salah satu persyaratan untuk mendapatkan sertifikasi premium. Jadi dunia ini sudah peduli dengan keberlanjutan, dunia ini sudah peduli dengan human rights. Kita tidak boleh lagi melakukan sebuah industri dengan manajemen semau kita. Aturan dunia, standar dunia. Dan kita semua sudah mengarah ke yang lebih baik yaitu sustainability," jelas Menteri Susi.

Pemerintah Indonesia telah mengidentifikasi prioritas pengelolaan perikanan tuna yang berfokus pada data produksi tuna. Selain itu juga meningkatkan sistem registrasi kapal tuna khususnya untuk perairan kepulauan, pengembangan dan implementasi sistem pemantauan elektronik dan sistem pelaporan untuk mengatasi masalah ketertelusuran tuna dan pengembangan peraturan terkait manajemen tuna.

"Dan kita berharap, leadership kita juga diikuti oleh negara lain. Karena tuna itu resource dunia bukan cuma milik Indonesia. Tapi juga milik negara-negara lain. Sehingga bangsa-bangsa lain juga bisa belajar dari kita. Laut kita jaga, semua kita dapat. Itu pesannya, bahwa ekspolitasi hasil alam yang benar ya menjaga keberlanjutan dan supaya terus ada dan banyak. Kalau ada tapi sedikit, itu tidak cukup untuk industri, untuk bisnis," jelas Menteri Susi.

"Ternyata tuna, dengan sebuah policy yang benar, dapat ditangkap oleh semua nelayan. Sekarang tuna bukan milik kapal-kapal long liners besar, bukan hanya milik kapal-kapal long liners asing, tetapi juga oleh nelayan Jembrana, oleh nelayan Banda Naira, oleh nelayan NTT, nelayan Sendang Biru, semua bisa dapat tuna. Besar-besar ukurannya dan dekat, tidak usah jauh-jauh ke tengah laut," tuturnya.

Indonesia sangat pantas diperhitungkan dalam bisnis tuna. Data resmi FAO melalui SOFIA pada tahun 2016 terdapat 7,7 juta metrik ton tuna dan spesies seperti tuna ditangkap di seluruh dunia. Di tahun yang sama Indonesia berhasil memasok lebih dari 16% total produksi dunia dengan rata-rata produksi tuna, cakalang dan tongkol Indonesia mencapai lebih dari 1,2 juta ton/tahun. Sedangkan volume ekspor tuna Indonesia mencapai 198.131 ton dengan nilai 659,99 juta USD pada tahun 2017.

Pemerintah Indonesia memiliki komitmen dan konsistensi untuk mendukung konservasi dan pengelolaan sumber daya ikan tuna melalui Rencana Pengelolaan Perikanan Tuna, Cakalang dan Tongkol. Rencana tersebut telah diluncurkan pada saat Konferensi Bali Tuna ke-1 yang selanjutnya ditetapkan oleh Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 107 tahun 2015.

Rencana Pengelolaan Tuna Nasional tersebut telah ditetapkan untuk menerapkan aturan dan standar yang diadopsi oleh Organisasi Manajemen Perikanan Daerah (RFMOs), di mana Indonesia sekarang berpartisipasi dalam The Indian Ocean Tuna Commission (IOTC), The Western and Central Pacific Fisheries Commission (WCPFC), The Commission for the Conservation of Southern Bluefin Tuna (CCSBT) dan Inter-American Tropical Tuna Commission (IATTC).

Dalam Kerangka Implementasi Rencana Pengelolaan Perikanan pada Bali Tuna Conference Tahun 2018 ini, Pemerintah telah melaunching Framework of Harvest Strategy for tuna in Arcipelagic Water (WPP 713, 714 dan 715).

Rencana pengelolaan tuna nasional dan Framework for Harvest Strategi tersebut bertujuan untuk mewujudkan pengelolaan perikanan tuna yang lestari untuk kesejahteraan masyarakat perikanan. Selain itu juga mendukung terwujudnya kedaulatan pangan nasional, pasokan protein ikan secara berkelanjutan dan peningkatan pendapatan nelayan serta penyediaan kesempatan kerja di atas kapal perikanan dan unit pengolahan ikan termasuk industri pendukung lainnya yang merupakan cita-cita nasional pemerintah Indonesia sebagai poros maritim dunia dan laut sebagai masa depan bangsa.

Sumber: kkp.go.id



Jumat, 25 Mei 2018

Sosialisasi Alat Uji Kesegaran Ikan Non Destruktif Kepada Stakeholders Melalui Learning Session LRMPHP 2018


LRMPHP menyelenggarakan learning session dengan tema Non Destructive Testing Ikan segar menggunakan aplikasi android pada hari Jumat, 25 Mei 2018. Kegiatan learning session ini dihadiri oleh tamu undangan dari perwakilan Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan (Diperpautkan) Bantul, Balai Penelitian Teknologi bahan Alam (BPTBA) LIPI, Balai Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Penelitian Komunikasi dan Informatika (BPSDMP Kominfo) DIY, Stasiun KIPM DIY, Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu hasil perikanan (LPPMHP) DIY, SMK N 1 Sanden Bantul, Penyuluh Perikanan Bantul, pelaku usaha perikanan (UKM) serta Pegawai Internal LRMPHP.

Alat uji kesegaran ikan non destruktif ini merupakan hasil riset rancang bangun dari Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (LRMPHP) tahun 2016-2017, bekerjasama dengan Dept. Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, serta telah diusulkan menjadi paten pada tahun 2017 melalui Sentra HKI KKP.


Penyampaian Materi Learning Session
Bertindak sebagai pemateri yaitu Zaenal Arifin Siregar, M.T. (Peneliti LRMPHP). Pada presentasi yang dimoderatori oleh Tri Nugroho Widianto, M.Si. tersebut dijelaskan tentang pengenalan alat uji, bimbingan cara download aplikasi uji kesegaran ikan pada smartphone dan penggunaannya. Prinsip pengujian ini adalah pendeteksian bau ikan menggunakan sensor dan citra mata ikan menggunakan kamera. Aplikasi penggunaan citra dan sensor bau saat ini masih jarang diterapkan di bidang perikanan, namun metode ini menawarkan kecepatan, kemudahan, akurasi yang baik dan bersifat non destruktif.


Praktek pengujian kesegaran ikan oleh stakeholders
Pada saat learning session dilakukan brainstorming yang dilanjutkan dengan praktek pengujian kesegaran ikan menggunakan smartphone peserta. Peralatan yang sedang dikembangkan LRMPHP tersebut diharapkan dapat membantu stake holder dalam menentukan kesegaran ikan secara cepat dan praktis. 

Selasa, 22 Mei 2018

Menjawab Tantangan Kedepan, KKP Rotasi Jabatan Eselon 1


Jakarta - Berdasarkan Keputusan Presiden RI No 56/ TPA Tahun 2018 Tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Dari dan Dalam Jabatan Pimpinan Tinggi Madya di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti melantik empat pejabat Eselon 1 di Gedung mina Bahari IV, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta, pada tanggal 22 Mei 2018.

Empat pejabat Eselon I yang dilantik dan dirotasi jabatannya, yakni:
1. Sekretaris Jenderal KKP Rifky Effendi Hardijanto menjadi Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan.
2. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (DJPT) Syarif Widjaya menjadi Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM).
3. Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (Dirjen PDSP KP) Nilanto Perbowo menjadi Sekretaris  Jenderal KKP.
4. Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) M. Zulficar Mochtar menjadi Direktur Jenderal Perikanan Tangkap.

Dalam arahannya, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyampaikan bahwa rotasi jabatan Eselon I merupakan hal yang lumrah terjadi dalam struktur organisasi. Terlebih saat ini KKP tengah menghadapi tantangan dinamis sehingga diperlukan orang yang tepat untuk mengisi jabatan pimpinan tinggi madya di KKP.

“Pertukaran tempat adalah hal yang biasa. Pergantian manajemen adalah suatu hal yang biasa dalam perjalanan organisasi. Tentu kita mencari orang yang tepat dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Hari ini saya lega melihat tatanan baru di KKP. Saya yakin setiap individu mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan jabatan barunya,” papar Susi.

Susi turut menyoroti BRSDM sebagai sebagai institusi penting yang menjadi fokus utama pemerintah di tahun 2019. Sebagaimana disampaikan oleh Presiden Joko Widodo, bahwa salah satu langkah dalam pembanguan sumber daya manusia (SDM) yakni melalui pendidikn vokasi.  

“Saya memohon pada Pak Syarif  yang kini menjabat sebagai Kepala BRSDM, sumber daya manusia menjadi pilar penting tahun ini dan tahun depan. SDM menjadi fokus penting pemerintah yang dapat kita tingkatkan melalui pendidikan vokasi,” tutur Susi.

Susi pun berharap, dengan adanya rotasi jabatan, KKP bisa semakin produktif dan efisien dengan dan  membawa jajaran KKP bekerja lebih cepat, sesuai tuntutan zaman.

Senin, 21 Mei 2018

Pentingnya Pembangunan SDM Melalui Pendidikan Vokasi

Peringati Hari Kebangkitan Nasional 2018, Kepala BRSDM Ingatkan Pentingnya Pembangunan SDM Melalui Pendidikan Vokasi




Jakarta – Dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke 110, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melaksanakan Upacara Harkitnas 2018, pada tanggal 21 mei 2018 di STP Jakarta. Upacara dipimpin  langsung   oleh Kepala BRSDM M. Zulficar Mochtar. 

Dalam kesempatan tersebut, Zulficar membacakan sambutan Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) perihal  amanat Presiden RI Joko Widodo, yang menyatakan bahwa pemerintah akan meningkatkan pembangunan sumber daya manusia (SDM) pada tahun 2019. “Melalui pembangunan manusia yang terampil dan terdidik, pemerintah ingin meningkatkan daya saing ekonomi dan secara simultan meningkatkan kapasitas SDM,” tegasnya.

Salah satu langkah pemerintah dalam pembangunan SDM, disampakan Zulficar, ialah melalui pendidikan vokasi. Pemerintah mendorong dunia pendidikan untuk bekerja sama dengan industri dan bisnis, guna mencari terobosan baru dalam pendidikan vokasi. Jurusan-jurusan baru, baik di tingkat pendidikan tinggi maupun di tingkat menengah, yang berkaitan dengan keahlian dan ilmu terapan, juga harus selalu diciptakan untuk memasok industri akan tenaga terampil yang siap kerja. 

Harkitnas 2018 yang mengusung  tema ‘Pembangunan Sumber Daya Manusia Memperkuat Pondasi Kebangkitan Nasional Indonesia Dalam Era Digital’, harus dimaknai dengan upaya penyadaran masyarakat Indonesia untuk mengembangkan diri dan merebut setiap peluang untuk meningkatkan kapasitas diri yang dibuka oleh berbagai pihak, baik oleh pemerintah, badan usaha, maupun masyarakat sendiri. Pengembangan kapasitas SDM juga harus diletakkan dalam konteks pemerataan dalam pengertian kewilayahan, agar bangsa ini bangkit secara bersama-sama dalam kerangka kebangsaan Indonesia.

“Selamat Hari Kebangkitan Nasional 2018. Maknai dengan semaksimal mungkin untuki memfasilitasi peningkatan kapasitas SDM, terutama generasi muda yang akan membawa kejayaan bangsa di tahun- tahun mendatang,” ucap Zulficar.

Jumat, 18 Mei 2018

Sosialisasi Hasil Riset LRMPHP Melalui Learning Session LRMPHP 2018 (1)


Telah diselenggarakan kegiatan learning session 2018 terkait sosialisasi hasil-hasil riset LRMPHP pada hari Jumat tanggal 18 Mei 2018 di LRMPHP. Kegiatan learning session 2018 selain diikuti oleh internal LRMPHP, juga dihadiri oleh tamu undangan dari perwakilan Dinas Kelautan dan Perikanan DIY, Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan (Diperpautkan) Bantul, Balai Penelitian Teknologi bahan Alam (BPTBA) LIPI, Balai Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Penelitian Komunikasi dan Informatika (BPSDMP Kominfo) DIY, Stasiun KIPM DIY, Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu hasil perikanan (LPPMHP) DIY, SMK N 1 Sanden Bantul dan Penyuluh Perikanan Bantul.

Kegiatan learning session ini merupakan agenda rutin yang diselenggarakan oleh LRMPHP setiap tahun dan diagendakan kembali pada tanggal 18 dan 25 Mei 2018. Sebagai pemateri pada kegiatan tersebut yaitu Putri Wullandari, M.Sc. dan Zaenal Arifin Siregar, M.T., keduanya peneliti LRMPHP. Disamping untuk sosialisasi hasil-hasil riset LRMPHP, kegiatan learning session dijadikan sebagai wahana untuk saling belajar dan bertukar pikiran baik sesama peneliti, akademisi maupun dengan para penyuluh.


Pelaksanaan kegiatan Learning Session LRMPHP 2018

Bertindak sebagai pemateri pertama (18 Mei 2018) yaitu Putri Wullandari, MSc yang membawakan materi tentang Proses Pembuatan Pupuk Granul Berbahan Baku Limbah Rumput Laut. Dalam presentasi yang dimoderatori oleh Arif Rahman Hakim, M.Eng tersebut dijelaskan bahwa rumput laut kaya akan unsur hara dan zat pemacu tumbuh (ZPT) seperti auksin, sitokinin, giberelin, asam abisat, dan etilen sehingga potensial digunakan sebagai bahan baku pupuk organik. Pemanfaatan limbah rumput laut disamping dapat meningkatkan nilai tambah juga menjadi solusi untuk konsep pengolahan yang berbasis zero waste. Pupuk organik memiliki beberapa macam bentuk seperti tablet, briket, curah, dan granul, namun bentuk granul paling diminati di pasaran karena bentuk granul lebih mudah diaplikasikan dan mudah meresap ke tanaman. 

Setelah presentasi, kegiatan learning session 2018 diakhiri dengan sesi tanya jawab dan diskusi. Beberapa penanya umumnya sangat mengapresiasi pembuatan pupuk organik tersebut, namun penggunaan limbah rumput laut (limbah agar) dalam pembuatan pupuk organik perlu diperhatikan agar struktur alamiah tanah dan pertumbuhan tanaman tetap terjaga.

Tutorial instalasi APK Semar MekanisasiKP


Sebagai bagian dari pelaksanaan penyampaian hasil-hasil riset LRMPHP kepada para pengguna, LRMPHP menggunakan sebuah knowledge management system (KMS) yang disebut sebagai Semar MekanisasiKP.

KMS ini dapat diakses melalui alamat https://semar.mekanisasikp.id. Di dalamnya terdapat berbagai fitur, sebagaimana telah diuraikan pada berita sebelumnya.


Sebagai tambahan kanal untuk mengakses, telah dibuat APK android untuk KMS Semar MekanisasiKP ini, yang dapat diunduh melalui alamat bit.ly/semarkkp. Mengingat apk ini belum tersedia di Google Playstore android, mungkin timbul hambatan untuk melakukan instalasi. 

Video berikut merupakan tutorial atau panduan untuk menginstal APK android Semar MekanisasiKP.