EKONOMI BIRU

Arah Kebijakan Pembangunan Sektor Kelautan dan Perikanan 2021 - 2024 Berbasis EKONOMI BIRU

ZI WBK? Yes, We CAN

LRMPHP siap meneruskan pembangunan Zona Integritas menuju satuan kerja berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) yang telah dimulai sejak tahun 2021. ZI WBK? Yes, We CAN.

LRMPHP ber-ZONA INTEGRITAS

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan siap menerapkan Zona Integritas menuju satuan kerja berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) 2021.

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan

LRMPHP sebagai UPT Badan Riset dan SDM KP melaksanakan riset mekanisasi pengolahan hasil perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 81/2020

Tugas Pokok dan Fungsi

Melakukan tugas penelitian dan pengembangan strategis bidang mekanisasi proses hasil perikanan di bidang uji coba dan peningkatan skala teknologi pengolahan, serta rancang bangun alat dan mesin untuk peningkatan efisiensi penanganan dan pengolahan hasil perikanan

Produk Hasil Rancang Bangun LRMPHP

Lebih dari 30 peralatan hasil rancang bangun LRMPHP telah dihasilkan selama kurun waktu 2012-2021

Kerjasama Riset

Bahu membahu untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan dengan berlandaskan Ekonomi Biru

Sumber Daya Manusia

LRMPHP saat ini didukung oleh Sumber Daya Manusia sebanyak 20 orang dengan latar belakang sains dan engineering.

Kanal Pengelolaan Informasi LRMPHP

Diagram pengelolaan kanal informasi LRMPHP

Jumat, 29 Juni 2018

Desain Bilah Pisau Bowl Cutter dan Lama Pengadonan pada Pembuatan Nugget Ikan

Upaya untuk meningkatkan nilai tambah dan mengoptimalkan pemanfaatan produksi perikanan adalah pengembangan produk bernilai tambah. Beberapa produk yang telah dikembangkan menggunakan bahan baku ikan di antaranya bakso, otak-otak, sosis dan nugget ikan. Selain meningkatkan nilai tambah, produk olahan ikan tersebut sejalan dengan kebutuhan masyarakat yang menuntut makanan cepat saji serta mengandung cukup gizi. Jadwal yang padat dan gaya hidup masyarakat yang sibuk menuntut seseorang untuk dapat makan dengan cepat. Selain cepat, kebutuhan makanan cepat saji juga harus memenuhi standar gizi dan kesehatan. Salah satu makanan cepat saji dari pengolahan produk perikanan adalah nugget ikan. Produk olahan hasil perikanan tersebut menggunakan lumatan daging ikan dan atau surimi minimum 30 % dicampur tepung dan bahan lainnya, dibaluri dengan tepung pengikat, dimasukkan ke dalam adonan butter mix kemudian dilapisi dengan tepung roti dan dipanaskan.

Proses pembuatan nugget ikan dilakukan dengan menggiling daging ikan kemudian mencampur dengan bahan lainnya seperti tepung dan bumbu sampai dihasilkan adonan yang homogen. Setelah homogen adonan dicetak kemudian dikukus selama kurang lebih 10 menit, dilapisi dengan larutan buttermix dan breadcrumbs selanjutnya digoreng. Proses pembuatan nugget ikan skala UKM dilakukan secara manual dan menggunakan peralatan sederhana. Peralatan yang diperlukan dalam proses pembuatan nugget ikan di antaranya mesin pengiling daging, mesin pengadon dan alat pengukus. Mesin pengadon untuk pembuatan nugget yang biasa digunakan adalah bowl cutter. Fungsi utama dari bowl cutter adalah melumatkan daging ikan serta mengaduk campuran adonan untuk menghasilkan adonan nugget ikan yang homogen.

Bowl cutter yang ada di pasaran dapat digunakan untuk mencincang daging dan sayuran serta dapat pula digunakan untuk membuat adonan bakso, sosis maupun nugget. Komponen utama bowl cutter adalah bilah pisau dan motor penggerak. Bilah pisau berfungsi untuk mencacah daging sedangkan motor penggerak berfungsi untuk menggerakkan mangkuk dan bilah pisau secara bersamaan. Bentuk dan jumlah bilah pisau bowl cutter tersebut didesain umumnya untuk berbagai olahan dan berbagai jenis adonan. Bentuk dan jumlah bilah pisau yang bervariasi tentunya akan menghasilkan mutu adonan dan konsumsi energi yang beragam. 

Penggunaan bowl cutter dalam pengolahan nugget ikan di beberapa UKM di Gunungkidul menunjukkan beberapa kendala diantaranya pencampuran adonan membutuhkan waktu yang relatif lama dan kualitas adonan kurang homogen. Jumlah dan bentuk bilah pisau serta lamanya proses pengadonan yang dilakukan dalam pengolahan nugget ikan di beberapa UKM sangat bervariasi. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas adonan nugget serta biaya operasional dan waktu pengadonan menjadi hal penting untuk diketahui. Bowl cutter yang biasa digunakan UKM menggunakan motor listrik dengan daya berkisar antara 1100 sampai 1900 Watt. Kebutuhan listrik tersebut cukup besar untuk skala UKM, sehingga pengadonan yang dilakukan sesingkat mungkin dengan mempertimbangkan kualitas nugget dan dapat menghemat biaya operasional.

LRMPHP telah mengembangkan beberapa bentuk dan susunan bilah pisau Bowl cutter salah satunya dengan 3 buah bilah pisau melengkung (Gambar 1.).

Gambar 1. Desain bowl cutter dengan 3 buah bilah pisau melengkung

Bahan yang digunakan untuk membuat bilah pisau bowl cutter adalah plat SS 304 tebal 2 mm dan batang teflon berdiameter 11 cm. Desain bilah pisau melengkung mempunyai bentuk ± 3/8 lingkaran dengan panjang 80 mm dari sisi luar dudukan. Lebar bilah pisau sebesar 22 mm dengan tebal 3 mm. Radius putar bilah pisau dari pusat poros sebesar 130 mm. Kelengkungan bilah pisau mempunyai radius 50 mm dengan sisi tajamnya terletak pada lengkung bagian luar. Sudut ketajaman sekitar 120 pada salah satu sisi bilah pisau. 

Uji kinerja alat dilakukan menggunakan volume bowl sebesar 10 L dengan pesifikasi mesin 1700 W dengan komponen utama adalah motor listrik, pupy, belt, poros dan bowl. Kecepatan putar bilah pisau dan bowl masing-masing sebesar 1535 dan 29 rpm. Selama proses pengadonan kebutuhan rata-rata arus listrik sebesar 4,2 A pada tegangan 220 Volt dengan kebutuhan daya berkisar 895 - 928 Watt.

Gambar 2. Uji kinerja bowl cutter

Hasil uji kinerja terhadap bowl cutter menunjukkan bahwa dengan desain 3 bilah pisau melengkung dengan lama pengadonan 8 menit kebutuhan biaya operasional listrik sebesar Rp. 2.700/100 kg adonan, dengan mutu nugget sesuai standar SNI. Nugget yang dihasilkan pada kondisi tersebut mempunyai kadar air 54,2 %, tektur sebesar 12,6 N, susut masak 16,7 %, WHC 32,9 % dan nilai organoleptik lebih dari 7. 

Sumber : Jurnal Pasca Panen dan Bioteknologi KP, Vol 11 No. 1 (2016)

Selasa, 26 Juni 2018

Semar MekanisasiKP Sebagai Produk Inovasi Proyek Perubahan Berprestasi

Dalam rangka memenuhi tuntutan global, tuntutan kompetensi, serta untuk mewujudkan visi misi dalam pelaksanaan tugas pemerintahan, kepala LRMPHP mengikuti diklat kepemimpinan tingkat IV (diklatPIM IV) angkatan XXIX Kementerian Kelautan dan Perikanan yang diselenggarakan di Balai Diklat Aparatur Sukamandi, Subang - Jawa Barat.

DiklatPIM IV ini diselenggarakan mulai tanggal 12 Februari s.d. 1 Juni 2018, dengan mekanisme on dan off campus. Sebagai bagian dari penyelesaian diklat, peserta diklatPIM IV diberi tugas untuk melaksanakan suatu proyek perubahan yang diterapkan pada unit kerja penugasan dengan memperhatikan struktur organisasi, tugas-fungsi, permasalahan dan inovasi, serta stakeholders dan customers dari organisasi yang dipimpin.

Untuk itu, kepala LRMPHP mengajukan proyek perubahan bertema "Penyediaan Sistem Informasi Knowledge Management System Peralatan dan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Terstandar sebagai Prasarana Optimalisasi Penyampaian Hasil-Hasil Riset Kepada Pengguna", dengan mentor Bapak Budi Nugraha, S.Pi, M.Si (Kepala Bidang Riset Pemulihan Sumber Daya dan Teknologi Alat & Mesin Perikanan) dan coach Bapak Edy Sutanto, A.Pi, M.Pd. Proyek perubahan ini dibuat dengan branding Semar MekanisasiKP dan dapat diakses secara online melalui alamat https://semar.mekanisasikp.id dan aplikasi android (link APK).

Pada akhir pelaksanaan diklatPIM IV, kepala LRMPHP dengan proyek perubahan Semar MekanisasiKP ini mendapatkan predikat Sangat Memuaskan dan menempati peringkat II dari 40 peserta diklatPIM IV angkatan XXIX.

Berita terkait:



Pemaparan laporan Proyek Perubahan (dok. LRMPHP)

Penutupan Diklat PIM IV Angkatan XXIX (dok. LRMPHP)

Piagam Penghargaan (dok. LRMPHP)

Jumat, 08 Juni 2018

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1 SYAWAL 1439 H

Kami Segenap Keluarga Besar Loka Riset Mekanisasi 
Pengolahan Hasil Perikanan 

Mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1439 H


Rabu, 06 Juni 2018

Penegakan Disiplin dalam Pelaksanaan Cuti Bersama Pegawai Negeri Sipil Tahun 2018

Surat Menpan

Surat dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang Penegakan Disiplin dalam Pelaksanaan Cuti Bersama Pegawai Negeri Sipil Tahun 2018


Bimtek Penulisan Berita Populer di LRMPHP

Pemaparan materi bimtek oleh narasumber
LRMPHP, Bantul. Dalam rangka penyebarluasan hasil riset Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (LRMPHP), telah diselenggarakan bimbingan teknis (bimtek) Cara Penulisan Berita Popular di Media Sosial pada tanggal 5 juni 2018 di ruang aula LRMPHP. Sebagai narasumber yaitu Drs. Ahmad Lutfie, MA selaku wakil pimpinan Harian Redaksi Kedaulatan Rakyat (KR) Yogyakarta. Kegiatan bimtek dibuka oleh Ka.Loka LRMPHP (Luthfie Assadad, S.Pi, M.Sc) dan dihadiri oleh perwakilan Loka Penelitian dan Pengembangan Budidaya Rumput Laut (LPPRBRL) Gorontalo dan seluruh pegawai LRMPHP.

Pembukaan bimtek dan arahan oleh Ka.LRMPHP

Diskusi dan tanya jawab
Dalam arahannya, Ka.LRMPHP menjelaskan tentang kanal web pengelolaan informasi LRMPHP seperti MekanisasiKP.web.id, facebook.com/MekanisasiKP, Twitter @MekanisasiKP,  Instagram @MekanisasiKP, Bitrix http://kinerjakkp.bitrix24.com (BRSDM #MekanisasiKP) dan semar.mekanisasikp.id. Sementara itu materi bimtek yang disampaikan narasumber diantaranya tentang bahan berita, unsur dalam penulisan berita (5W+1H) dan gaya penulisan dengan metode piramida terbalik.

Pada kegiatan bimtek juga dilakukan evaluasi/penilaian beberapa konten berita dan artikel yang ada di web portal mekanisasikp.web.id. Beberapa saran dan masukan diberikan oleh narasumber agar berita maupun artikel ilmiah yang ditulis di LRMPHP lebih mudah dimengerti sehingga penyebarluasan hasil riset sampai kepada masyarakat .

Selasa, 05 Juni 2018

Rumput Laut, Jawaban Indonesia Terhadap Krisis Sampah Plastik Dunia

Sampah plastik dibuang ke sungai. Komponen plastik yang paling berbahaya adalah serpihan sampah plastik yang dikenal sebagai mikroplastik (www.shutterstock.com)
Dampak yang ditimbulkan oleh pemakaian plastik kini sudah di tahap yang mengkhawatirkan. Data terkini menunjukkan bahwa sejak tahun 1950-an sembilan juta ton plastik telah diproduksi di seluruh dunia, dan setidaknya saat ini masih meninggalkan sampah sebesar tujuh juta ton.

Tidak hanya merusak lingkungan dan mengancam kehidupan satwa, sampah plastik juga mengancam kehidupan manusia.

Salah satu komponen plastik yang paling berbahaya adalah serpihan sampah plastik yang dikenal sebagai mikroplastik. Serpihan tersebut telah terbukti merusak lingkungan, terutama di lautan, dengan jumlahnya yang ternyata lebih besar dibanding dengan yang diperkirakan sebelumnya. Penelitian terbaru menunjukan jumlah mikroplastik yang tersebar di lingkungan kini mencapai sekitar 51 triliun butir, atau setara 236 ribu metrik ton. Partikel kecil ini bisa saja masuk ke dalam perut kita melalui air minum atau makanan laut dan mengancam kesehatan.

Langkah-langkah untuk mengurangi dampak penggunaan plastik telah banyak dilakukan, salah satunya yaitu dengan mengembangkan bahan plastik yang dapat hancur atau terurai secara alami di lingkungan yang lebih dikenal dengan istilah “biodegradable plastics” atau bioplastik.

Penelitian yang sedang saya lakukan ingin menunjukkan bahwa rumput laut dapat menjadi bahan terbaik untuk produksi bioplastik. Artikel ini juga memberikan gambaran bagaimana Indonesia dapat berperan penting dalam pengembangan plastik rumput laut.

Kebijakan melawan plastik
Negara-negara di dunia belakangan ini telah memberlakukan aturan-aturan yang mendukung penggunaan plastik ramah lingkungan dan juga daur ulang, guna menekan pemakaian plastik.

Tahun depan, Inggris melarang segala penjualan produk plastik sekali pakai, seperti sedotan minuman dan kapas pembersih. Kemudian kota-kota di Amerika Serikat telah mendeklarasikan perang terhadap sedotan minuman plastik. Seattle pun ikut meluncurkan kampanyenya dengan jargon “Tidak ada sedotan plastik di Seattle”. Sedangkan New York juga sedang mempertimbangkan untuk melarangnya.

Di 2017, Kenya bahkan menerapkan pelarangan paling keras terhadap penggunaan kantong plastik, yaitu dengan memberikan ganjaran 4 tahun penjara atau denda sebesar $40.000.

Pencarian solusi
Meskipun demikian, penghentian penggunaan plastik seutuhnya merupakan hal yang mustahil. Plastik merupakan bahan yang paling mudah serta serba guna untuk berbagai macam keperluan. Plastik juga memberikan banyak sekali manfaat untuk kehidupan manusia. Ketergantungan orang akan plastik telah mendorong meningkatnya produksi plastik, bahkan di masa mendatang.

Jumlah produksi plastik sangatlah besar, dan diperkirakan akan terus meningkat kedepannya. Pada tahun 2014, produksi plastik kemasan dunia tercatat senilai $270 miliar dan diprediksi akan meningkat hingga $375 pada tahun 2030.

Salah satu cara untuk mengatasi masalah penggunaan plastik diantaranya dengan mendaur ulang. Namun cara ini tidaklah semudah yang diharapkan. Jenis produk plastik yang jumlahnya ratusan menjadi kendala utama pada proses daur ulang, terutama dalam proses pemilahannya. Sehingga hanya sekitar 9% saja jumlah sampah plastik dunia yang telah di daur ulang, 12% dibakar, sedangkan sisanya berakhir di tempat pembuangan akhir atau di samudra.

Cara lainnya yaitu dengan mengembangkan bioplastik. Plastik ini umumnya terbuat dari tanaman atau bakteri sehingga menjadikannya lebih ramah terhadap lingkungan serta dapat berkelanjutan.

Permintaan tinggi bioplastik
Kapasitas produksi bioplastik dunia diperkirakan akan meningkat hingga 6,1 juta ton pada 2021 dari sejumlah 4,2 juta ton pada 2016 yang dipicu oleh semakin meningkatnya kesadaran konsumen terhadap penggunaan produk-produk ramah lingkungan.

Masyarakat kini juga telah banyak memanfaatkan bioplastik untuk keperluan sehari-hari mulai dari kantong plastik, peralatan rumah tangga hingga barang elektronik. Merek-merek terkenal dunia seperti Coca-cola, Heinz, Unilever, Nestle, Danone, dan Nike juga telah menggunakannya terutama untuk kemasan produk.

Mengapa rumput laut untuk bioplastik?
Bahan baku yang biasa digunakan untuk bioplastik antara lain adalah jagung, tebu, minyak tumbuhan, dan pati. Namun penggunaan komoditas tanaman tersebut untuk plastik dapat menimbulkan masalah lainnya.

Pertama, produksi bioplastik membutuhkan investasi yang sangat besar untuk lahan produktif, pupuk, dan kimia. Kemudian, pemanfaatan tanaman tersebut untuk plastik juga akan memicu persaingan antara kebutuhan untuk pangan dengan kebutuhan plastik, sehingga bisa menyebabkan naiknya harga komoditas tersebut dan juga mengakibatkan krisis pangan.

Sejauh ini, rumput laut merupakan kandidat terbaik untuk bioplastik karena mampu menjawab tantangan tersebut di atas. Pertama, harganya yang murah. Kemudian, tidak seperti tanaman darat, rumput laut tidak memerlukan pupuk serta lahan produktif karena ditanam di laut. Dengan memanfaatkan rumput laut sebagai bahan bioplastik, produksi pangan juga akan tetap terjaga sehingga tidak menimbulkan kenaikan harga atau krisis pangan.

Peran kunci Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan dua pertiga wilayahnya adalah perairan. Indonesia juga merupakan salah satu penghasil rumput laut terbesar di dunia. Nilai ekspor rumput lautnya yaitu senilai US$200 juta dan dengan produksinya yang dilaporkan meningkat sekitar 30% tiap tahunnya.

Selanjutnya, Indonesia adalah penghasil jenis rumput laut merah terbesar di dunia, di mana kandungan karbohidratnya merupakan bahan utama untuk membuat bioplastik. Produksi rumput laut indonesia menyumbang lebih dari sepertiga produksi rumput laut dunia.

Laporan terkini menunjukkan bahwa Indonesia merupakan lokasi yang sangat cocok untuk ditanami jenis rumput laut merah, karena didukung oleh faktor iklim, ketersediaan unsur hara, dan kondisi geografisnya.

Indonesia juga merupakan salah satu pionir dalam hal pengembangan plastik berbahan dasar rumput laut dibandingkan negara-negara lainnya. Industri start up Indonesia Evoware telah menciptakan serta menjual secara komersial cangkir minuman dan kotak makanan berbahan rumput laut hasil budidaya.

Penemuan tersebut menunjukkan betapa besarnya potensi rumput laut untuk dijadikan bahan alternatif bioplastik. Namun demikian, penelitian lanjutan masih dibutuhkan untuk menghasilkan bioplastik yang dapat digunakan untuk jenis produk yang lebih luas lagi. Kedepannya, kita berharap dapat menghasilkan plastik rumput laut yang memiliki kualitas yang mampu bersaing dengan plastik konvensional yang ada saat ini.

Dengan segala potensi yang ada, Indonesia seharusnya memiliki peran besar dalam pengembangan plastik ramah lingkungan dari rumput laut, guna mengatasi krisis plastik global yang terjadi saat ini. Ketika botol minuman atau tas belanja yang berbahan terbuat dari plastik rumput laut mencemari samudera, kita tidak lagi khawatir karena limbah tersebut sebetulnya hanya kembali ke tempatnya semula, di laut.

Sumber : theconversation.com
Penulis : Bakti Berlyanto Sedayu, Peneliti LRMPHP
                

Senin, 04 Juni 2018

3rd Bali Tuna Conference, Menteri Susi Tekankan Pentingnya Sertifikasi Dan Tracebility Produk Perikanan


Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menekankan pentingnya sertifikasi dan traceablity (ketertelusuran) produk perikanan Indonesia, terutama tuna, dapat lebih kompetitif dengan produk perikanan luar negeri. Hal tersebut merupakan salah satu poin hasil dari 3rd Bali Tuna Conference yang diselenggarakan di Bali pada tanggal 31 Mei - 1 Juni 2018.

"Indonesia dalam Bali Tuna Conference ini berbicara tentang menuju kepada sertifikasi supaya produk kita ini lebih kompetitif. Dari Illegal, Unreported, and Unregulated Fishing menuju ke Legal Reported Regulated Fishing. Di mana dari sertifikasi ini, tuna Indonesia bisa mendapatkan harga premium sehingga bisa berkompetisi di pasaran dunia," ungkap Menteri Susi dalam gelaran konferensi pers, usai penutupan acara Bali Tuna Conference di Hotel Padma Bali, Jumat (1/6).

Selain sertifikasi, Menteri Susi juga meminta kepada pengusaha dan stakeholder perikanan agar dapat menjaga traceability dari produk perikanan yang dihasilkan. "Pengusaha-pengusaha dunia harus bisa menjaga traceability. Sertifikasi juga jangan lupa. Karena tanpa sertifikasi, transaksi jual beli itu sangat sulit bahkan tidak bisa," lanjutnya.

Dalam Bali Tuna Conference, Indonesia juga menyampaikan tentang penolakan produk perikanan yang melibatkan pelanggaran hak asasi manusia di dalamnya. Di mana produk perikanan harus bersih dari tindak perbudakan dan menjunjung tinggi hak asasi manusia. "Kita sudah compliance dengan human rights. Itu juga salah satu persyaratan untuk mendapatkan sertifikasi premium. Jadi dunia ini sudah peduli dengan keberlanjutan, dunia ini sudah peduli dengan human rights. Kita tidak boleh lagi melakukan sebuah industri dengan manajemen semau kita. Aturan dunia, standar dunia. Dan kita semua sudah mengarah ke yang lebih baik yaitu sustainability," jelas Menteri Susi.

Pemerintah Indonesia telah mengidentifikasi prioritas pengelolaan perikanan tuna yang berfokus pada data produksi tuna. Selain itu juga meningkatkan sistem registrasi kapal tuna khususnya untuk perairan kepulauan, pengembangan dan implementasi sistem pemantauan elektronik dan sistem pelaporan untuk mengatasi masalah ketertelusuran tuna dan pengembangan peraturan terkait manajemen tuna.

"Dan kita berharap, leadership kita juga diikuti oleh negara lain. Karena tuna itu resource dunia bukan cuma milik Indonesia. Tapi juga milik negara-negara lain. Sehingga bangsa-bangsa lain juga bisa belajar dari kita. Laut kita jaga, semua kita dapat. Itu pesannya, bahwa ekspolitasi hasil alam yang benar ya menjaga keberlanjutan dan supaya terus ada dan banyak. Kalau ada tapi sedikit, itu tidak cukup untuk industri, untuk bisnis," jelas Menteri Susi.

"Ternyata tuna, dengan sebuah policy yang benar, dapat ditangkap oleh semua nelayan. Sekarang tuna bukan milik kapal-kapal long liners besar, bukan hanya milik kapal-kapal long liners asing, tetapi juga oleh nelayan Jembrana, oleh nelayan Banda Naira, oleh nelayan NTT, nelayan Sendang Biru, semua bisa dapat tuna. Besar-besar ukurannya dan dekat, tidak usah jauh-jauh ke tengah laut," tuturnya.

Indonesia sangat pantas diperhitungkan dalam bisnis tuna. Data resmi FAO melalui SOFIA pada tahun 2016 terdapat 7,7 juta metrik ton tuna dan spesies seperti tuna ditangkap di seluruh dunia. Di tahun yang sama Indonesia berhasil memasok lebih dari 16% total produksi dunia dengan rata-rata produksi tuna, cakalang dan tongkol Indonesia mencapai lebih dari 1,2 juta ton/tahun. Sedangkan volume ekspor tuna Indonesia mencapai 198.131 ton dengan nilai 659,99 juta USD pada tahun 2017.

Pemerintah Indonesia memiliki komitmen dan konsistensi untuk mendukung konservasi dan pengelolaan sumber daya ikan tuna melalui Rencana Pengelolaan Perikanan Tuna, Cakalang dan Tongkol. Rencana tersebut telah diluncurkan pada saat Konferensi Bali Tuna ke-1 yang selanjutnya ditetapkan oleh Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 107 tahun 2015.

Rencana Pengelolaan Tuna Nasional tersebut telah ditetapkan untuk menerapkan aturan dan standar yang diadopsi oleh Organisasi Manajemen Perikanan Daerah (RFMOs), di mana Indonesia sekarang berpartisipasi dalam The Indian Ocean Tuna Commission (IOTC), The Western and Central Pacific Fisheries Commission (WCPFC), The Commission for the Conservation of Southern Bluefin Tuna (CCSBT) dan Inter-American Tropical Tuna Commission (IATTC).

Dalam Kerangka Implementasi Rencana Pengelolaan Perikanan pada Bali Tuna Conference Tahun 2018 ini, Pemerintah telah melaunching Framework of Harvest Strategy for tuna in Arcipelagic Water (WPP 713, 714 dan 715).

Rencana pengelolaan tuna nasional dan Framework for Harvest Strategi tersebut bertujuan untuk mewujudkan pengelolaan perikanan tuna yang lestari untuk kesejahteraan masyarakat perikanan. Selain itu juga mendukung terwujudnya kedaulatan pangan nasional, pasokan protein ikan secara berkelanjutan dan peningkatan pendapatan nelayan serta penyediaan kesempatan kerja di atas kapal perikanan dan unit pengolahan ikan termasuk industri pendukung lainnya yang merupakan cita-cita nasional pemerintah Indonesia sebagai poros maritim dunia dan laut sebagai masa depan bangsa.

Sumber: kkp.go.id