EKONOMI BIRU

Arah Kebijakan Pembangunan Sektor Kelautan dan Perikanan 2021 - 2024 Berbasis EKONOMI BIRU

ZI WBK? Yes, We CAN

LRMPHP siap meneruskan pembangunan Zona Integritas menuju satuan kerja berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) yang telah dimulai sejak tahun 2021. ZI WBK? Yes, We CAN.

LRMPHP ber-ZONA INTEGRITAS

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan siap menerapkan Zona Integritas menuju satuan kerja berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) 2021.

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan

LRMPHP sebagai UPT Badan Riset dan SDM KP melaksanakan riset mekanisasi pengolahan hasil perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 81/2020

Tugas Pokok dan Fungsi

Melakukan tugas penelitian dan pengembangan strategis bidang mekanisasi proses hasil perikanan di bidang uji coba dan peningkatan skala teknologi pengolahan, serta rancang bangun alat dan mesin untuk peningkatan efisiensi penanganan dan pengolahan hasil perikanan

Produk Hasil Rancang Bangun LRMPHP

Lebih dari 30 peralatan hasil rancang bangun LRMPHP telah dihasilkan selama kurun waktu 2012-2021

Kerjasama Riset

Bahu membahu untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan dengan berlandaskan Ekonomi Biru

Sumber Daya Manusia

LRMPHP saat ini didukung oleh Sumber Daya Manusia sebanyak 20 orang dengan latar belakang sains dan engineering.

Kanal Pengelolaan Informasi LRMPHP

Diagram pengelolaan kanal informasi LRMPHP

Jumat, 20 September 2019

Peneliti LRMPHP Ikuti Seminar Mechanical Engineering and Emerging Technologies National Converence di UGM

Seminar Mechanical Engineering and Emerging Technologies National Converence di UGM

Peneliti Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (LRMPHP), Toni Dwi Novianto mengikuti Mechanical Engineering and Emerging Technologies National Converence” di Universitas Gadjahmada (UGM) pada tanggal 19 September 2019. Seminar yang diselenggarakan oleh Departemen Teknik Mesin dan Industri UGM mengambil tema Manufacturing and Applied Mechanic”. Penyelenggaraan seminar ini bertujuan untuk menyatukan para peneliti, ilmuwan, akademisi, mahasiswa, pembuat kebijakan, praktisi, perusahaan swasta dan profesional untuk bertukar informasi dan mengidentifikasi kebutuhan penelitian di bidang Teknik Mesin dan Industri.

Kegiatan seminar diawali dengan pembukaan oleh Dekan Fakultas Teknik yaitu Prof. Ir. Nizam, M.Sc., Ph.D., IPM., ASEAN Eng. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan bahwa kegiatan ini sangatlah baik karena berkontribusi pada pengembangan penelitian dan teknologi yang berkesinambungan dalam teknik mekanik dan industri untuk era saat ini dan masa depan.

Kegiatan seminar ini menampilkan tiga pembicara kunci yaitu Heru Santoso Budi Rochardjo, B.Eng.,M.Eng.,Ph.D. selaku dosen di Departemen Teknik Mesin dan Industri, Ir. Iwan Agung Firstantara M.M selaku Direktur Utama Pt. Pembangkit Jawa Bali, dan Dr.Eng. R.Rachmat Sri A.Wijaya, S.T.,M.T. selaku dosen di Departemen Teknik Mesin dan Industri.  Heru Santoso Budi Rochardjo, B.Eng.,M.Eng.,Ph.D. memaparkan materi yang berjudul “Fabrication of Nano Cellulose”. Ir. Iwan Agung Firstantara M.M memaparkan materi tentang Era Baru Pengoperasian Pembangkit Listrik Berbasis Industry 4.0, dan pembicara yang terakhir yaitu Dr.Eng. R.Rachmat Sri A.Wijaya, S.T.,M.T. memaparkan materi yang berjudul “Analysis of Airless Tire Construction”.

Pada seminar ini terdapat 13 judul makalah yang dipresentasikan secara oral. Pada kesempatan tersebut, Toni Dwi Novianto mempresentasikan hasil penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Jumlah Mata Pisau Bowl Cutter dan Waktu Pengadonan terhadap Porositas Nugget Ikan”. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan jumlah mata pisau pada bowl cutter  berpengaruh terhadap porositas nugget ikan. Rata-rata nilai porositas nugget ikan bertambah seiring dengan penambahan jumlah mata pisau.


Rabu, 18 September 2019

Peneliti LRMPHP Ikuti Seminar Internasional ICTCRED 2019

Peneliti LRMPHP Ikuti Seminar Internasional ICTCRED 2019

International Conference on Tropical and Coastal Region Eco Development (ICTCRED) 2019 dilaksanakan pada tanggal 18 September 2019 oleh Fakultas Perikanan dan Ilmu  Kelautan Universitas Diponegoro (UNDIP). Sejumlah pejabat lingkup UNDIP menghadiri kegiatan tersebut seperti Wakil Rektor bidang Riset dan Inovasi, Prof. Dr. Ambariyanto, Dekan FPIK Prof Dr. Tri Winarni, akademisi dan peneliti bidang kelautan dari kementerain dan kampus lain.

Dekan FPIK Undip menjelaskan bahwa ICTCRED  merupakan agenda tahunan yang bertujuan untuk mempromosikan dan menyebarluaskan hasil penelitian teruatama untuk kawasan pesisir dan daerah tropis. Tema ICTCRED 2019 adalah pengelolaan kawasan pesisir terintegrasi untuk mendukung pembangunan lestari dan berkelanjutan. Prof Tri Winarni juga menjelaskan bahwa ICTCRED merupakan kolaborasi bidang hukum, sosial ekonomi, dan kelautan untuk mengimplementasikan pola ilmiah pokok yang dimiliki UNDIP terkait pengembangan kawasan pesisir dan pantai.

Pada acara tersebut hadir sejumlah pembicara kunci yaitu Prof Hiroki Saeki, PhD dari Hokaido University Jepang yang berkecimpung di bidang ilmu dan teknologi pangan bersumber dari produk laut; Erik de Ruijter van Steveninck, PhD dari IHE Delft Institute for Water Education, Belanda yang menggeluti bidang ekologi perairan dan laut; Prof. Budi P. Resosudarmo, PhD dari Australian National University, Australia dengan bidang kepakaran ekonomi perikanan. Pembicara kunci lainnya yang menyampaikan paparannya adalah Prof. Dr. Eddy Pratomo dari Undip dengan kepakaran kebijakan pesisir dan Dr. Tony Hadibarata dari CurtinUniversity, Malaysia yang banyak berkiprah di bidang mikrobiologi lingkungan.

ICTCRED 2019 diikuti lebih dari 200 ilmuwan dari berbagai negara. Sejumlah jurnal dan proseding internasional seperti Biodiversitas, WRA (World Researchers Associations), dan AACL (Aquaculture, Aquarium, Conservation & Legislation) Bioux, Proceedings of the Institute of Physics (IOP) akan menjadi sarana publikasi sejumlah artikel yang dipresentasikan pada kegiatan tersebut.

Presentasi dilakukan dalam kelas-kelas secara panel sesuai tema yang akan dipresentasikan yaitu Marine Product and Biotechnology, Aquaculture, Coastal Policy, Crustacean Diversity, Building with Nature, Coastal Resources Management; Coastal Social and Economics, Coastal Engineering; Air Sea Interaction; Disaster Mitigation and Rehabilitation, Marine Science dan Fisheries and Fisheries Processing Technology

Peneliti LRMPHP mengikuti sesi panel yang membahas tentang Fisheries and Fisheries Processing Technology. Pada tema ini, terdapat 12 hasil penelitian yang dipresentasikan. Salah satu paparan terkait alat pengering  menjadi perhatian peneliti LRMPHP karena sesuai dengan tema penelitian LRMPHP tahun 2019. Judul paparan penelitian tersebut yaitu “The characteristics of dried Anchovy (Stolephorussp) by applied the cabinet and tunnel type of sun dryer” Penelitian ini membahas tentang proses pengeringan ikan anchovy yang terkendala cuaca dan tingkat sanitasi yang rendah sehingga perlu didesain alat pengering yang sesuai. Alat pengering yang didesain adalah jenis cabinet dan tunnel, dengan parameter pengujian organoleptik, proksimat dan Total Plate Pount (TPC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pengering jenis tunnel menghasilkan mutu ikan anchovy kering lebih baik dibandingkan jenis kabinet. Hal ini ditunjukkan dari nilai organoleptik dan TPC yang lebih baik.



Kamis, 12 September 2019

MENTERI SUSI DORONG DIGITALISASI UMKM KELAUTAN DAN PERIKANAN

Nomor : SP234/SJ.04/IX/2019
SIARAN PERS

JAKARTA (12/9) - Kementerian Kelautan dan Perikanan mendorong digitalisasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) kelautan dan perikanan. Upaya tersebut dilakukan untuk meningkatkan daya saing UMKM kelautan dan perikanan menghadapi era pasar yang berbasis teknologi digital memasuki era industri 4.0.

Upaya tersebut ditempuh dengan beberapa aksi, di antaranya meningkatkan kemampuan penggunaan teknologi informasi bagi pelaku UMKM kelautan dan perikanan, serta penyelenggaraan Marine and Fisheries Business and Investment Forum di Jakarta pada Kamis (12/9). Forum yang mempertemukan para pelaku UMKM kelautan dan perikanan, perusahaan jasa perbankan, perusahaan jasa pengiriman, BUMN Perikanan, serta pelaku e-commerce diharapkan akan membuka jejaring baru dan peningkatan profil usaha UMKM kelautan dan perikanan.

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dalam kesempatan tersebut menyampaikan keinginannya untuk membantu para pelaku UMKM kelautan dan perikanan dalam meningkatkan nilai jual produk perikanannya. “Platform KKP itu memang kita ingin membantu ibu-ibu non nelayan yang bisa membantu bapak-bapak nelayan untuk lebih bisa menaikkan nilai ikannya,” ujarnya.

UMKM Harus Manfaatkan E-Commerce

Hadirnya berbagai start-up unicorn bidang e-commerce seperti Tokopedia dan Bukalapak di Indonesia memberikan kesempatan bagi UMKM untuk memasarkan produknya secara lebih luas tanpa dibatasi tempat dan waktu. Menteri Susi berharap, para pelaku usaha kelautan dan perikanan memanfaatkan peluang ini untuk memperluas pasarnya.
“Saya berharap kerja sama digital company ini bisa membuat pasar menjadi lebih aksesibel di mana saja dan kapan saja untuk para pelaku usaha di bidang kelautan dan perikanan,” ujarnya.

Sementara untuk distribusi produk, para pelaku usaha dapat memanfaatkan sejumlah layanan seperti Go-Jek dan SiCepat untuk memperluas pasarnya. Ke depannya, Menteri Susi berharap PT Pos juga bisa melakukan terobosan agar bisa ikut mendistribusikan produk perikanan.
“Jangan hanya mengirimkan kertas saja, kirimkan ikan ke mana-mana. Fish by mail. Terobosan-terobosan begitu dimungkinkan dengan platform digital,” cetusnya.

Tak lupa, Menteri Susi juga berpesan agar e-commerce platform yang ada juga tidak menjual produk-produk yang tidak sesuai dengan ketentuan yang diatur oleh pemerintah. Misalnya, komoditi perikanan yang dilindungi seperti terumbu karang dan benih lobster tidak boleh diperjualbelikan. Selain itu, produk yang dapat merusak ekosistem laut seperti setrum ikan juga tidak boleh dijual
“Dengan digitalisasi, saya harapkan jangan sampai yang dijual adalah alat setrum ikan yang bikin sumber ikannya hancur, yang menghancurkan sumber mata pencahariannya sendiri,” pesan Menteri Susi.

Untuk itu, Menteri Susi juga mengigatkan agar jajaran KKP agar turut memberikan pendampingan tentang komoditi yang boleh diperjualbelikan dan dilarang. “Tentu, Kementerian Kelautan dan Perikanan berkewajiban memberikan aturan, standarisasi, apa yang boleh dan tidak boleh, jangan sampai binatang langka yang sudah masuk CITES diperjualbelikan digital. Diberikan arahan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh,” ujarnya.

Akses Modal Murah dan Mudah

Menteri Susi menyatakan, KKP siap membantu para pelaku usaha UMKM untuk mendapatkan kemudahan modal itu. “KKP siap membantu pelaku UMKM. Kita ada BLU dengan bunga yang lebih rendah dan kita juga berpartner dengan BNI dan BRI,” ujarnya. 

Ia juga berpesan agar perbankan memberikan kemudahan bagi pelaku UMKM untuk mendapatkan modal. Menurutnya, kebijakan afirmatif yang berpihak pada UMKM. Salah satunya dengan memberikan bunga yang rendah kepada pelaku usaha UMKM.
“Saya mohon perbankan Indonesia juga mulai memberikan keberpihakannya. Tanpa kebijakan afirmatif dari kita, yang kecil tidak mungkin naik cepat. Jadi bunganya lah kita subsidi untuk pinjaman dibawah satu miliar. Jangan justru bunga yang kecil-kecil malah lebih tinggi daripada korporasi. Mindset ini harus kita buang. Kita majukan perikanan,” ucapnya.

Menteri Susi mendorong agar UMKM diberikan akses modal yang murah dan mudah. “Murah dan mudah ini sangat penting. Tanpa itu, UMKM tidak bisa jalan untuk menyetarakan diri dengan yang besar. Jadi kita mesti bantu,” tambahnya.

Menurut Menteri Susi, hal itu sudah sepatutnya dilakukan melihat sektor kelautan dan perikanan yang bertumbuh pesat dalam 4,5 tahun terakhir. Pemerintah melalui KKP telah memberlakukan kebijakan-kebijakan yang menjadikan bisnis perikanan sustainable. Hasilnya, stok ikan melimpah hingga mencapai 13,1 juta ton pada tahun 2018 dari 7,3  juta ton  pada tahun 2013. Kelautan dan perikanan pun menjadi sektor investasi yang menjanjikan.
“Sekarang ini perikanan betul-betul luar biasa hasilnya. Anda investasi kepada pengusaha-pengusaha perikanan itu saatnya sekarang karena ikan banyak. Nah, kesempatan besar dengan bagusnya stok ikan Indonesia ini mengajak generasi muda juga terjun ke perikanan. Ikan itu akan menjadi bagian yang sangat penting untuk negara ini,” jelasnya.

Potensi Besar UMKM Kelautan dan Perikanan

Sementara itu, Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Agus Suherman mengungkapkan bahwa UMKM, termasuk UMKM kelautan dan perikanan, merupakan sektor yang sangat berkontribusi dalam perekonomian nasional. Meskipun begitu, UMKM kelautan dan perikanan kerap dihadapkan pada 5 (lima) permasalahan umum yaitu masalah pemasaran, permodalan, kompetensi SDM, keterbatasan penguasaan teknologi, dan manajemen.

Untuk itu, Marine and Fisheries Business and Investment Forum digelar dengan tema “Menuju Usaha Mikro Kecil Kelautan dan Perikanan Berdasi (Berdaya Saing) melalui Akses Digital”. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing usaha mikro kecil kelautan dan perikanan dalam memasarkan produknya di pasar digital dalam rangka memperluas akses pasar dan meningkatkan kesejahteraannya.
“Dengan memanfaatkan teknologi digital, diharapkan UMKM dapat mengatasi sebagian dari permasalahan tersebut. Beberapa di antaranya melalui pemasaran yang semakin terbuka dan tanpa batas, serta permodalan yang semakin cepat dan mudah,” ungkap Agus.

Kegiatan ini menghadirkan beberapa fasilitator dari stakeholder terkait yaitu Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF), Kementerian Komunikasi dan Informatika, Tokopedia, Bukalapak, Aruna, Gojek Indonesia, Sicepat, Go UKM, dan PT. Jayasakti. Forum ini melibatkan peserta yang terdiri atas unsur pemerintah instansi K/L pusat dan daerah, pelaku usaha pemasaran digital, pelaku jasa pengiriman, asosiasi terkait, pelaku usaha mikro kecil kelautan dan perikanan, serta pelaku jasa keuangan.

Dalam kesempatan tersebut, juga dilaksanakan penandatanganan dokumen kerja sama antara Direktorat Jenderal PDSPKP KKP dengan sejumlah pihak yaitu BEKRAF tentang Peningkatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Melalui Penguatan Potensi Ekonomi Kreatif; Kementerian Sosial tentang Peningkatan Kesejahteraan Fakir Miskin melalui Kelompok Usaha Bersama di Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan; serta Kementerian Pariwisata tentang Sinergi Program Promosi Wisata dan Peningkatan Konsumsi Ikan.

Lilly Aprilya Pregiwati
Kepala Biro Humas dan Kerja Sama Luar Negeri

Rabu, 11 September 2019

TANDATANGANI MOU, MENTERI SUSI HARAP LIPI DUKUNG KEBERLANJUTAN LAUT DAN PERIKANAN LEWAT RISET

Nomor : SP231/SJ.04/IX/2019
SIARAN PERS

JAKARTA (11/9) – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menandatangi Nota Kesepahaman (MoU) dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tentang penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengingkatan kapasitas sumber daya manusia di bidang kelautan dan perikanan. MoU tersebut ditandatangi langsung oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiasti dan Kepala LIPI Laksana Tri Handoko di Kantor KKP, Jakarta, Selasa (10/9).

Adapun ruang lingkup yang disepakati dalam MoU tersebut mencakup: a) penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan ilmu teknologi; b) rekomendasi ilmiah; c) peningkatan kapasitas sumber daya manusia; d) pertemuan ilmiah, seminar, dan publikasi; e) pertukaran dan pemanfaatan data dan informasi; f) pemanfaatan sarana dan prasarana; dan g) kegiatan lain yang disepakati.

Dalam sambutannya, Tri Handoko menyatakan bahwa sebenarnya kerja sama antara LIPI dan KKP sudah berjalan lama. Beberapa di antaranya telah dilakukan melalui Pusat Pengembangan dan Pemasaran (Raiser) Ikan Hias di Cibinong dan Balai Benih Ikan di Kabupaten Samosir. MoU yang ditandatangani hari ini akan mengintensifikasi kerja sama antara kedua K/L. Salah satunya terkait rencana LIPI mengembangkan kapal riset nasional untuk memenuhi kebutuhan konsorsium riset samudera.
“Kita akan mengelola armada kapal riset nasional kurang lebih 10 - 12 kapal sehingga kita memiliki kapasitas dan kemampuan untuk mengeksplorasi seluruh perairan kita, termasuk sampai di luar ZEE, sampai ocean going,” ujarnya.

Ia menyatakan, kapal riset ini penting untuk mengeksplorasi biodiversitas laut Indonesia yang begitu luas. Selain itu, ia juga berencana agar kapal riset ini dapat digunakan untuk memetakan perairan Indonesia. Dengan begitu, ke depannya bencana tsunami dapat dimitigasi dengan disebarnya sensor di sejumlah titik tertentu.

Fase pertama pengadaan kapal riset ini akan dilakukan mulai tahun 2020 mendatang. Tri Handoko berharap, KKP dapat membantu penyediaan pelabuhan untuk kapal riset yang akan dibagi di wilayah barat dan timur Indonesia.
“Kami berharap dengan nota kesepahaman ini implementasi kerjasama dalam penguatan kapasitas dan kualitas SDM serta riset itu bisa segera kita lakukan dalam bentuk yang lebih riil untuk kemajuan Indonesia di masa depan,” pungkasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Susi meminta dukungan dari LIPI untuk mendukung visi keberlanjutan sumber daya kelautan dan perikanan yang diusung oleh KKP. Ia menjelaskan bahwa di masa mendatang, perang antar negara bukan lagi soal politik atau ideologi melainkan ketahanan energi dan pangan.
“Satu-satunya sumber daya alam yang dapat diperbaharui selain hutan—di mana hutan kita sudah sebagian habis—ya tinggal laut laut ini,” ujarnya.

Sejalan dengan itu, sumber daya kelautan dan perikanan harus dijaga keberlanjutannya. Salah satunya dengan membuat regulasi untuk membatasi eksploitasi ikan dan sumber daya laut lainnya. “Kita semua harus berprinsip sama. Pembatasan dan larangan dalam hal sumber daya alam yang dapat diperbaharui hasilnya itu cuma satu, more productive,” tegasnya.

OIeh karena itu, ia mengatakan bahwa penggunaan cantrang harus dihentikan. Alat tangkap cantrang yang banyak tersebar di pantura Jawa saat ini panjangnya mencapai 2.000 meter sehingga menyapu dasar laut Jawa yang dalamnya tak lebih dari 100 meter. Akibatnya, sejumlah perikanan seperti udang, simping, dan rajungan hilang dari Pantura. Tak hanya itu, profesi penjual rajungan yang dulunya banyak terdapat di pinggir jalan pun turut menghilang.
“Keberlanjutan ini menjadi dasar yang penting. Cantrang harus kita stop. Di sinilah LIPI harus masuk untuk memback-up bersama, membuat justifikasi bahwa there is no way to continue dengan alat tangkap cantrang,” ujarnya.

Keberlanjutan ikan juga sangat penting untuk memenuhi kebutuhan protein masyarakat Indonesia. Hal ini terutama untuk menghadapi surplus demografi yang diperkirakan terjadi pada tahun 2040. Protein dan asupan omega dari ikan akan meningkatka IQ Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia agar dapat menjadi manusia-manusia yang unggul.
“Ikan ini sangat penting menjadi sumber protein bagi bangsa kita. Ke depan, teknologi akan masuk menggantikan banyak tenaga tenaga kerja konvensional. Persaingan kualitas manusia, SDM ini akan menjadi penentu Indonesia dalam memenangkan persaingan global,” ucap Menteri Susi.

Ia berharap, dalam hal ini LIPI dapat membantu untuk menerangkan pentingnya menjaga keberlanjutan sumber daya ikan kepada masyarakat, peaku usaha, maupun pemangku kebijakan. “Di sinilah sains, riset harus membuat telaahan dan paparan yang bisa masuk kepada para pemangku kebijakan supaya semua pihak dapat mengerti akan hal ini,” tandasnya.

Lilly Aprilya Pregiwati
Kepala Biro Humas dan Kerja Sama Luar Negeri

Selasa, 10 September 2019

LRMPHP Launching ALTIS-2 di Pekalongan

Penyerahan Altis-2 secara simbolis oleh Kepala BRSDM
Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) melalui Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (LRMPHP) melaunching Alat Transportasi Ikan Segar untuk Roda-2 (ALTIS-2). Kegiatan launching dilakukan dalam acara Pameran Inovasi dan Kreativitas (PIK) pada tanggal 5 September 2019 di kawasan Gedung Olah Raga (GOR) Jatayu Kota Pekalongan.

Launcing ALTIS-2 ini sebagai bagian dari pelaksanaan kegiatan Inovasi Adaptif Lokasi Perikanan (INTAN) di Kota Pekalongan. INTAN merupakan program prioritas nasional untuk mendekatkan hasil-hasil riset dan inovasi kepada masyarakat sehingga dapat memberikan nilai tambah pemanfaatan alat bagi pengguna.

ALTIS-2 terdiri atas dua buah peti berinsulasi yang dirangkaikan dengan dudukan dan diletakkan di sebelah kanan dan kiri sepeda motor. Sistem pendingin alat ini menggunakan sistem Thermoelectric Cooling (TEC) dengan sumber energi arus DC dari aki. Prinsip kerja sistem TEC adalah pemanfaatan terjadinya perbedaan suhu antara sisi panas dan sisi dingin modul TEC atau peltier. Setelah diberi arus DC bagian sisi dingin peltier digunakan untuk menyerap panas ruang penyimpanan yang kemudian dilepas ke lingkungan melalui sisi panas elemen peltier sehingga suhu ruang menjadi rendah. Sistem TEC memiliki keunggulan lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan sistem pendingin konvensional menggunakan refrigerant. ALTIS-2 telah mendapatkan nomor pendaftaran paten S00201402661 pada tahun 2014, termasuk dalam 108 Inovasi Indonesia dan Rekomendasi Teknologi KKP tahun 2016, serta menjadi runner up pada Kompetisi IPLAN Challenges 2018.

Pada Pameran Inovasi dan Kreativitas 2019, penyerahan ALTIS-2 secara simbolis dilakukan oleh Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Prof. Sjarief Widjaja. Secara simbolis ALTIS-2 diserahkan kepada Wali Kota Pekalongan, Saelany Machfudz, untuk selanjutnya diteruskan kepada pelaku usaha perikanan.

Kepala BRSDM menyatakan bahwa kehadiran ALTIS-2 di Pekalongan sebagai bukti nyata dedikasi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk rakyat. "Hasil riset, hasil penelitian kita, harus dapat digunakan masyarakat secara langsung. ALTIS-2 merupakan suatu inovasi yang telah berkembang dengan baik dan diharapkan menjadi karya nyata untuk masyarakat. Dan Pekalongan merupakan kota pertama di Indonesia penerima ALTIS-2 pada tahun 2019 ini," tutur Prof. Sjarief Widjaja dalam  dalam gelaran Pameran Inovasi dan Kreativitas Kota Pekalongan 2019.

"Di samping itu, kami juga memiliki Aplikasi Laut Nusantara. Aplikasi berbasis android ini membantu nelayan untuk mendapatkan tangkapan yang lebih banyak. Jadi nelayan sekarang bukan lagi mencari ikan tapi menangkap ikan. Ini merupakan langkah BRSDM dalam menciptakan nelayan milenial. Dengan kultur dan kearifan Indonesia, namun menggunakan teknologi terbarukan yang dapat diakses di manapun dan kapanpun," jelasnya.

Kepala Pusat Riset Perikanan, Waluyo Sejati Abutohir, SH.,M.M, dan Kepala LRMPHP, Luthfi Assadad, M.Sc yang hadir mendampingi Kepala BRSDM ikut menjelaskan bahwa ALTIS-2 didesain agar ikan yang dijual oleh pedagang ikan keliling tetap segar selama dipakai berjualan. “Kapasitas ALTIS-2 sebesar 60 kg, digunakan tanpa menggunakan es dan ikan tetap segar hingga 6 jam. Oleh karena itu ALTIS-2 mengurangi modal usaha sehingga dapat meningkatkan pendapatan pedagang ikan keliling, Selain itu juga tidak menggunakan styrofoam sehingga ramah lingkungan” jelasnya.

Sementara itu, Wakil Walikota Pekalongan, mengapresiasi teknologi inovasi ALTIS-2 untuk pedagang ikan keliling. Dengan adanya teknologi ALTIS-2, diharapkan para pedagang ikan  keliling akan terbantu dan menjadi solusi untuk meningkatkan perekonomian di Kota Pekalongan.