EKONOMI BIRU

Arah Kebijakan Pembangunan Sektor Kelautan dan Perikanan 2021 - 2024 Berbasis EKONOMI BIRU

ZI WBK? Yes, We CAN

LRMPHP siap meneruskan pembangunan Zona Integritas menuju satuan kerja berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) yang telah dimulai sejak tahun 2021. ZI WBK? Yes, We CAN.

LRMPHP ber-ZONA INTEGRITAS

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan siap menerapkan Zona Integritas menuju satuan kerja berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) 2021.

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan

LRMPHP sebagai UPT Badan Riset dan SDM KP melaksanakan riset mekanisasi pengolahan hasil perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 81/2020

Tugas Pokok dan Fungsi

Melakukan tugas penelitian dan pengembangan strategis bidang mekanisasi proses hasil perikanan di bidang uji coba dan peningkatan skala teknologi pengolahan, serta rancang bangun alat dan mesin untuk peningkatan efisiensi penanganan dan pengolahan hasil perikanan

Produk Hasil Rancang Bangun LRMPHP

Lebih dari 30 peralatan hasil rancang bangun LRMPHP telah dihasilkan selama kurun waktu 2012-2021

Kerjasama Riset

Bahu membahu untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan dengan berlandaskan Ekonomi Biru

Sumber Daya Manusia

LRMPHP saat ini didukung oleh Sumber Daya Manusia sebanyak 20 orang dengan latar belakang sains dan engineering.

Kanal Pengelolaan Informasi LRMPHP

Diagram pengelolaan kanal informasi LRMPHP

Senin, 26 April 2021

Peringati Hari Kartini, KKP Latih Perempuan Indonesia Diversifikasikan Olahan Hasil Perikanan


Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus berupaya tingkatkan pemberdayaan perempuan Indonesia, khususnya dalam upaya pemulihan ekonomi di tengah pandemi Covid-19. Bertepatan dengan momentum peringatan Hari Kartini, KKP melalui Badan Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan (BRSDM KP) menyelenggarakan serangkaian Pelatihan Pengolahan Hasil Perikanan edisi Hari Kartini secara serentak melalui kelima Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BP3) yang tersebar di penjuru Indonesia. Rangkaian pelatihan meliputi:

                1.Pelatihan Pembuatan Otak-otak ikan oleh BP3 Tegal

                2.Pelatihan Pembuatan Ekkado Ikan oleh BP3 Ambon

                3.Pelatihan Pengolahan Fish Cordon Bleu oleh BP3 Medan

                4.Pelatihan Pembuatan Kebab Tuna oleh BP3 Banyuwangi; dan

                5.Pelatihan Pembuatan Tuna Lasagna oleh BP3 Bitung.

Pelatihan diadakan dalam rangka mendorong peningkatan kapasitas SDM melalui penyelenggaraan berbagai pelatihan bagi pelaku utama kegiatan kelautan dan perikanan dan masyarakat di penjuru daerah. Tak hanya itu, kompetensi mengenai pengolahan hasil perikanan berperan dalam meningkatkan nilai tambah produk sehingga bisa menambah pendapatan dan memajukan taraf ekonomi masyarakat. 

Disiarkan secara online melalui sambungan zoom dan kanal YouTube resmi dari kelima BP3, pelatihan telah menarik minat sejumlah 2.980 peserta dari ke-34 provinsi di Indonesia yang mencakup seluruh jenjang pendidikan dan kalangan pekerjaan. 

Kepala BRSDM Sjarief Widjaja menyebut, pelatihan serentak ini diadakan guna memfasilitasi masyarakat Indonesia, khususnya wanita dalam mengembangkan usaha kuliner berbahan dasar produk perikanan. Hal ini dapat diketahui melalui 3 program prioritas Menteri Trenggono yakni peningkatan kesejahteraan nelayan dan PNBP perikanan, peningkatan produksi budidaya untuk komoditas perikanan ekspor, serta pengembangan kawasan kampung-kampung perikanan, salah satunya yaitu dengan memajukan UMKM di bidang kelautan dan perikanan. 

Hal ini demi mempercepat pembangunan ekonomi nasional di masa pandemi. Sjarief mengungkap bahwa banyak sekali sektor usaha yang tutup oleh terpaan wabah, namun berbeda dengan sektor perikanan yang mampu bertahan. 

“Banyak sekali sektor yang tumbang akibat pandemi, tapi sektor perikanan dan kelautan tetap bisa bertahan bakan bisa didorong untuk lebih naik lagi. Maka dari itu, sektor ini menjadi andalan dalam mempercepat pembangunan ekonomi nasional. Saya harap, pelatihan bisa menumbuhkan wirausaha-wirausaha baru yang bisa meningkatkan usahanya sampai ke retail dan digital,” jelasnya. 

Terlebih, Sjarief menuturkan bahwa usaha di bidang perikanan memiliki pangsa pasar yang luas dan ketersediaan bahan baku yang berpotensi tinggi. Tak hanya itu, nutrisi yang terkandung dalam produk perikanan pun melimpah dan aman dikonsumsi oleh semua kalangan masyarakat dari semua kategori umur. 

“Saya berharap dengan mengonsumsi Ikan yang banyak mengandung protein dan asam lemak tak jenuh yang baik untuk tubuh, kesehatan masyarakat di masa pandemi dapat senantiasa terjaga. Terutama bagi Ibu-Ibu sekalian ini, wanita tangguh yang berperan penting dalam menjaga kesehatan keluarganya,” tambahnya. 

Dorongan Sjarief kepada masyarakat wanita ini disetujui oleh seluruh jajaran yang hadir di pelatihan hari itu. Pasalnya, walaupun dibuka untuk masyarakat umum, pelatihan ini didominasi oleh kaum hawa, yaitu 72,3% dari total jumlah peserta. 

Mengetahui fakta tersebut, Kepala Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (Puslatluh KP) Lilly Aprilya Pregiwati mengaku sangat mengapresiasi perhatian masyarakat wanita Indonesia terhadap rangkaian pelatihan. Ia menuturkan bahwa semangat kaum hawa ini tergambar sebagai jelmaan sosok Kartini baginya. 

“Hari ini merupakan suatu momentum yang sangat baik karena bangsa Indonesia memperingati pahlawan perempuan Indonesia, R.A. Kartini. Sosok Kartini yang cerdas tangguh merupakan representasi dari wanita Indonesia yang dalam kondisi masih pandemi Covid-19 dan dalam keadaan berpuasa tetap bersemangat juang untuk belajar melalui festival pelatihan ini,” ujarnya. 

“Seperti kutipan Kartini, tubuh boleh saja terpasung namun jiwa dan pikiran kita harus terbang sebebas-bebasnya. Jadikanlah pelatihan ini sebagai ajang bagi para perempuan di Indonesia untuk mengepakkan sayapnya, meskipun pandemi membuat kita berada dirumah, bukan berarti kita berhenti berkreasi,” tambah Lilly. 

Lilly turut mengaku bahwa kesempatan ini dimanfaatkannya untuk mengangkat tema pengolahan dalam rangka mendorong Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (GEMARIKAN). Pasalnya, angka konsumsi ikan (AKI) nasional pada 2020 lalu bernilai 56,39 kg/kapita, hal ini ditargetkan untuk didorong kembali menjadi senilai 58,08 kg/kapita di tahun 2021 dan diharapkan meningkat menjadi 62,5 kg/kapita di tahun 2024. 

“Memang sengaja dalam kesempatan ini kita mengangkat tema pengolahan supaya memaksimalkan GEMARIKAN. Mudah-mudahan dengan tema pelatihan ini bisa mendorong minat mengonsumsi ikan bagi masyarakat, terutama yang tidak suka makan ikan utuh, sehingga gizi masyarakat pun ikut terpenuhi,” pungkasnya. 

Menyambut baik kegiatan ini, Penyuluh Perikanan Kabupaten Maluku Tengah, Satminkal BP3 Ambon, Amsir Ode mengapresiasi pelatihan yang telah diadakan. Menurutnya, pelatihan memberi bekal yang berguna dalam membantu pekerjaan yang ia emban. 

"Pelatihan membantu menambah wawasan saya sehingga saya bisa membina kelompok pengolah dan masyarakat sekitar wilayah kerja saya dengan lebih baik lagi," ucapnya. 

Fitri, seorang peserta asal Kota Serang, Banten pun turut mengapresiasi berjalannya pelatihan. "Sebagai ibu rumah tangga,saya merasa sangat terbantu karena bisa menambah menu sahur dan berbuka puasa bagi keluarga. Pelatihan juga memotivasi saya dalam membuka usaha kuliner rumahan,” tuturnya. 

Ke depan, KKP melalui Puslatluh KP akan terus menghadirkan berbagai pelatihan guna meningkatkan kapasitas SDM bagi seluruh masyarakat di Indonesia. Pelatihan-pelatihan ini diharapkan dapat memperluas wawasan pelaku utama kelautan dan perikanan dan masyarakat untuk mendiversifikasi aneka olahan dari hasil perikanan, yang merupakan hilir dari kegiatan kelautan dan perikanan.


Sumber : KKP


Kamis, 22 April 2021

Pemaparan Hasil Kegiatan PKL Taruna/i Politeknik KP Pangandaran di LRMPHP

Pemaparan hasil kegiatan PKL taruna/i Politeknik KP Pangandaran di LRMPHP

Pemaparan hasil kegiatan praktek kerja lapangan (PKL) taruna/i Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran (PKPP) dilaksanakan pada 22 April 2021 di Ruang Aula LRMPHP. Hadir dalam kegiatan ini, Kepala LRMPHP, Luthfi Assadad, M.Sc, koordinator manajerial dan pembimbing dari LRMPHP (Dr. Bakti Berlyanto Sedayu, Putri Wullandari, M.Sc., dan I Made Susi Erawan, M.Sc).

Kegiatan PKL dimulai tanggal 16 Maret hingga 23 April 2021, diikuti oleh 5 taruna/i Program Studi Pengolahan Hasil Laut PKPP yaitu Windi Septiani, Rafli Syaban, Ros Mala Sari, Taufik Muhhamad dan Intan Yulia Tresna Wati. Selama pelaksanaan kegiatan PKL di LRMPHP, taruna/i ini diwajibkan menjalankan protokol pengendalian penyebaran Covid-19 dan terlebih dulu menunjukkan hasil tes cepat antigen non-reaktif/negative sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi selama pandemi Covid-19.

Pemaparan hasil kegiatan PKL diantaranya tentang pembuatan produk sosis dan tahu ikan menggunakan alat pengisi adonan produk fish jelly semi otomatis, klasifikasi jenis ikan menggunakan software orange data mining, serta pembuatan bioplastik menggunakan semi refine carragenan (SRC) dan refine carragenan (RC) dengan metode ekstrusi. Pada pembuatan produk sosis dan tahu ikan juga  dilakukan pengujian produk tersebut secara sensori maupun kimia (kadar air dan abu). 

Pada kesempatan ini pembimbing lapang dari LRMPHP menyampaikan apresiasinya kepada taruna/i PKPP yang sudah menyelesaikan PKL dengan baik. Masukan dan saran oleh para pembimbing secara umum terkait cara penulisan laporan agar sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah. Sementara itu, Kepala LRMPHP memberikan masukan tentang teknik pembuatan presentasi powerpoint yang baik dan berharap kegiatan PKL dapat memberikan manfaat dan dapat dijadikan pembelajaran untuk bekal dalam penyusunan laporan tugas akhir di kampus. 




Kegiatan PKL taruna/i Politeknik KP Pangandaran di LRMPHP

Rabu, 21 April 2021

Riset KKP untuk Tingkatkan Gizi Masyarakat

Kepala BRSDM KP, Sjarief Widjaja

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengajak masyarakat meningkatkan gizi dengan mengonsumsi ikan. Ikan memiliki peran penting sebagai sumber energi, protein dan variasi nutrien esensial yang menyumbang sekitar 20% dari total protein hewani. Ikan juga memiliki kandungan gizi lainnya, seperti vitamin, yodium, selenium, seng, besi, kalsium, fosfor, kalium, vitamin A, B dan D. Demikian disampaikan Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) Sjarief Widjaja pada Lokakarya Pengembangan Jejaring Pangan Bergizi Untuk Kesehatan Masyarakat, Selasa (20/4/2021), yang diselenggarakan oleh Jejaring Pasca Panen Untuk Gizi Indonesia (JP2GI).

“Mengingat bahwa kita ini dilahirkan di bumi nusantara Indonesia, yang sudah dikaruniai Tuhan sumber daya alam yang luar biasa, terutama yang kita peroleh dari lautan, juga perairan umum daratan lainnya, salah satu sumber protein terbesar dunia yaitu ikan. Masyarakat Indonesia ada sebagian yang sejak nenek moyang terdahulu dari sejak kecil membiasakan makan ikan, tetapi ada pula daerah-daerah yang tidak terbiasa untuk makan ikan. Sehingga kita punya kewajiban bersama bagaimana caranya agar masyarakat secara intens memanfaatkan ikan sebagai salah satu sumber proteinnya. Yang kita tahu ikan memiliki protein yang luar biasa,” ujarnya.

Sjarief menyampaikan, data sementara produksi perikanan tangkap di Indonesia tahun 2020 mencapai 7,7 juta ton. Sementara itu rata-rata konsumsi ikan di Indonesia sekitar 78,4 per gram per orang per hari. Terdapat sekitar 19,4 juta penduduk Indonesia yang tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi hariannya.

“Disini peran kita agar bagaimana caranya ikan tidak hanya didapat dari pasar, dari laut atau perairan umum daratan lainnya, tapi bisa diproduksi dari keluarga nelayan, pembudidaya, pengolah ikan di sekitar rumahnya. Jadi ini upaya kami, upaya kita semua, pertama bagaimana meningkatkan atensi perhatian masyarakat untuk mengonsumsi ikan, kedua mendorong masyarakat bisa menghasilkan untuk memproduksi ikan sendiri, ketiga kita mampu meningkatkan kualitas ikan lebih baik, efektif, efisien, dengan tingkat produksi yang tinggi,” tuturnya.

Seluruh kandungan gizi pada ikan tersebut, menurut Sjarief, harus mengalir ke tubuh manusia. Sayangnya ada kandungan yang terbuang. Sehingga pihaknya mendorong agar kandungan-kandungan ikan yang baik itu mulai dari proses penangkapan dan budidaya sampai ke rantai pasok dan konsumsi tidak terbuang sia-sia.

Menurutnya, salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pelaku perikanan adalah tingginya susut hasil perikanan dan limbah buangan hasil perikanan. Susut hasil (food loss) perikanan adalah keseluruhan nilai kerugian pascapanen hasil perikanan akibat terjadinya kerusakan pada ikan, yang terjadi mulai dari saat ikan ditangkap sampai ke tangan konsumen. Ada beberapa tipe susut hasil yang dikenal, yaitu susut fisik (physical loss), susut mutu (quality loss), susut akibat tekanan pasar (market force loss), susut nutrisi (nutritional loss), susut fungsional (functional loss), dan susut finansial (financial loss).

Untuk itu, pihaknya sudah melakukan berbagai riset, termasuk tentang penyusutan tersebut. Hasil penelitian selanjutnya disebar ke masyarakat untuk diterapkan.

BRSDM dan JP2GI juga telah bekerjasama melakukan serangkaian riset dalam rangka penanggulangan stunting melalui peningkatan konsumsi ikan di 15 lokasi prioritas, yaitu Medan, Jakarta, Cilacap, Probolinggo, Jembrana, Yogyakarta, Tegal, Bitung, Ambon, Kupang, Banyuwangi, Serang, Maros, Bantul, dan Sorong. Yang diteliti adalah tingkat konsumsi masyarakat akan protein. Hasil penelitian menunjukkan banyaknya kasus stunting yang terjadi di masyarakat. Hal ini mengukuhkan persepsi untuk mendorong peningkatan konsumsi ikan di masyarakat untuk menghasilkan generasi baru yang sehat dan cerdas dengan pertumbuhan yang baik, yang diharapkan menjadi kekuatan Bangsa Indonesia di masa mendatang.

Sjarief mengaku pihaknya mengapresiasi lokakarya yang diselenggarakan JP2GI ini dan mengajak JP2GI untuk ke depannya membangun tema-tema baru, misalnya pengembangan pola makan. Sebagai contoh, ikan diolah dan dimasukkan ke dalam makanan yang tidak terlalu kuat terasa rasa ikannya dengan menghilangkan bau amis, sehingga masyarakat yang tidak terbiasa makan ikan dapat mengonsumsinya. Ikan juga dijadikan bahan makanan ringan yang menarik untuk anak-anak. Dengan demikian, masyarakat tersebut belajar mengonsumsi ikan secara bertahap, untuk nantinya dapat mengonsumsi ikan segar secara utuh.


Sumber : KKP


Selasa, 20 April 2021

Sistem Mesin Visi 3 Dimensi Sebagai Penentu Tingkat Kesegaran Salmon Atlantik

Untuk dapat bersaing di pasar global yang terus meningkat, menjadi suatu kebutuhan untuk mengambil manfaat dari teknologi guna meningkatkan produktifitas dan profitabilitas. Industri salmon Norwegia melihat kebutuhan untuk mengotomatisasikan proses grading mutu salmon Aatlantik untuk mengurangi kebutuhan akan tenaga manusia yang besar serta meningkatkan konsistensi produk dan fleksibilitas produksi. Untuk mengatasi masalah tersebut sejumlah peneliti di Norwegia mengembangkan sebuah sistem mesin visi untuk pencitraan berwarna 3D eksternal dilengkapi sistem scanning 3600 cross-section telah dikembangkan untuk melakukan penentuan level mutu Salmon Atlantik. Dua penyebab utama penurunan mutu salmon Atlantik pada pasca penangkapan adalah perubahan bentuk dan luka. Berdasarkan dua penyebab tersebut proses penentuan tingkat kesegaran ikan salmon Atlantik tersebut dimulai dengan mengklasifikasikan ikan tersebut ke dalam kelas super dan kelas dengan mutu terdegradasi.

Untuk membentuk citra 3D pada tahap awal yang dilakukan adalah menyusun sistem fotografi sebagai perangkat dalam pengumpulan citra ikan. Perangkat tersebut terdiri atas rig kamera yang tersusun atas 3 buah kamera citra berwarna CMOS dan 3 buah laser IP68 memancarkan baris laser merah. Rig kamera terletak pada celah antara dua konveyor belt.

Gambar 1. Sistem fotografi untuk akuisisi citra
Sumber gambar : Sture, et al., (2016)

Pada tahap pengolahan citra dilakukan untuk mendapatkan fitur geometri dan warna dari pasangan citra yang dihasilkan kamera pada tiga posisi berbeda. Untuk mendukung pengolahan citra berbasis komputasi point cloud diperlukan dukungan Graphical Pocessing Unit ( GPU). 3 operasi berbeda dilakukan pada GPU yaitu (1) algoritme demosaicking untuk menghitung piksel warna merah dari raw image.; (2) penerapan algoritma penghilangan sirip. Untuk menghilangkan sirip pada citra dilakukan dengan menghilangkan koordinat dimana sirip berada dengan menepatkan garis tepi tubuh Salmon pada sebuah elips lalu menggunakan nilai tangen (persinggungan terdekat) sebagai titik potong antara sirip dan tubuh; (3) operasi untuk melakukan ekstraksi fitur warna dan geometris yang melibatkan Ekstraksi fitur geometris dan fitur warna.

Proses ekstraksi fitur melibatkan sejumlah operasi morfologi dan pengolahan citra mencakup (1) pengambangan batas pada ruang warna HSL ;(2) operasi morfologi open untuk menyaring derau pada sejumlah region hasil filtering; (3) penggunaan pengklasifikasi untuk memberikan label pada region tertentu sehingga masuk sebagai luka atau bukan. Selanjutnya pada tahap machine learning, fitur warna dan tekstur digunakan sebagai input 2 pengklasifikasi untuk mengklasifikasikan: (1) deformitas dan (2) luka. Pengklasifikasi yang digunakan adalah Support Vector Machine (SVM) pada kernel RBF.

Pada kajian deteksi deformitas, hasil klasifikasi 2 kelas dinyatakan sebagai bebas deformitas (1) dan tidak bebas deformitas (0). Hasil yang dicapai dengan pengklasifikasi SVM adalah True Positif Rate (TPR) sebesar 81% sementara True Negative Rate (TNR) 90% sehingga didapatkan hasil total prediction rate sebesar 86%. Untuk klasifikasi deteksi Luka dmelalui penerapan metode tresholding (pengambangan batas) dilanjutkan dengan operasi morfologi mampu mencapai total prediction rate sebesar 89% dengan TPR dan TNR masing-masing sebesar 88% dan 90%.

Salah satu kontribusi utama riset ini adalah metode yang mampu mengatasi proyeksi yang sangat tumpang tindih seperti pada metode proyeksi 2D yang menggunakan dua kamera atas dan bawah. Selain itu waktu komputasi secara signifikan dapat dikurangi dengan penggunaan metode pengambangan batas dan operasi morfologi pada citra berwarna sebagai tahap pra pengolahan citra. 

Pendekatan menggunakan mesin visi 3D 3600 sangat menarik dari perspektif pengumpulan data terutama untuk membentuk basis pengetahuan sebagai dasar pembuat keputusan. Pengembangan mesin visi 3D ini telah dipublikasikan di Jurnal Computer and Electronics in Agriculture Vol. 123 tahun 2016. Mesin ini mampu menyajikan informasi yang diperlukan untuk menarik kesimpulan seperti halnya operator manusia yang mampu menginspeksi ikan salmon pada seluruh sisinya. Penelitian ini menunjukkan bahwa mesin visi 3D mampu digunakan untuk mendeteksi tingkat mutu salmon Atlantik secara otomatis dan riil time. Sebagian besar metode yang dikembangkan cukup umum untuk dapat diaplikasikan pada jenis ikan lain atau aplikasi sejenis dengan modifikasi minor. 

Gambar 2. Hasil akhir pembentukan citra 3D ikan Salmon Altlantik

Sumber gambar : Sture, et al., (2016)


Penulis: I Made Susi Erawan - Peneliti LRMPHP 

Selasa, 13 April 2021

KKP Ajak Masyarakat Cukupi Kebutuhan Protein Selama Ramadhan dengan Makan Ikan

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengimbau masyarakat untuk tetap menjaga asupan protein  selama bulan puasa dengan mengonsumsi ikan. Terlebih pasokan ikan di berbagai daerah dipastikan aman dan bisa memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. 

"Tak perlu kuatir, ikan sebagai sumber protein pasokannya cukup memenuhi kebutuhan selama Ramadhan hingga lebaran 2021," kata Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Artati Widiarti di Jakarta, Selasa (13/4/2021). 

Per 31 Maret 2021, KKP juga telah bersurat ke Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan di seluruh Indonesia meminta untuk menggelar pasar ikan murah Ramadhan, baik secara online maupun offline. Artati menyebut penyelenggaraan secara online dilakukan melalui aplikasi #PasarlautIndonesia dan bekerjasama dengan market place. Sementara gelaran secara offline, bisa dilakukan di pasar tradisional, pasar ikan modern, atau tempat-tempat yang mudah dijangkau oleh masyarakat dengan  tetap menjalankan protokol kesehatan. 

"Kami berharap pemerintah daerah bisa berperan aktif dalam penyelenggaraan dan melibatkan UMKM setempat," jelas Artati. 

Artati menambahkan, sumber protein yang terdapat pada ikan juga bisa menunjang aktivitas masyarakat selama berpuasa. Merujuk kajian praktisi pangan dari Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga, disebutkan bahwa asam lemak omega-3 yang terkandung dalam ikan tuna, tengiri, sardines, belut, bandeng, dan patin, bisa mengontrol rasa lapar dalam tubuh. 

Tak hanya itu, meski diolah dengan beragam proses seperti direbus, digoreng, dioven dan sebagainya, asam lemak omega-3 dari ikan bisa tahan hingga suhu 180°C. 

“Peneliti Unair, Muhammad Nur Ghoyatul Amin menjadi rujukan bahwa kita masih dapat memanfaatkan efek dari asam lemak omega-3 dari ikan goreng, penyetan, semur ikan, maupun ikan kaleng," sambungnya. 

Karenanya, Artati mengajak masyarakat untuk mulai menghadirkan ikan di meja makan, baik saat berbuka maupun sahur. "Dengan begitu banyaknya manfaat ikan, semoga puasa kita lancar dan kita bisa fokus ibadah," tuturnya. 

Adapun Direktur Logistik Ditjen PDSPKP, Innes Rahmania  memaparkan bahwa  berdasarkan analisis data tahun 2020 dan prognosa 2021, Ditjen PDSPKP memperkiraan kebutuhan ikan selama April – Mei 2021 mencapai 2.522.500 ton. Sementara prognosa ketersediaan ikan sebesar 2.696.000 ton. 

“Permintaan ikan diprediksi meningkat di minggu pertama Ramadhan dan stabil kembali di minggu kedua hingga jelang lebaran. Tujuh hari setelah lebaran, permintaan ikan diprediksi naik lagi untuk kebutuhan hotel, restoran, katering dan oleh-oleh,” terang Innes. 

Saat mengikuti rapat kerja bersama Komisi IV DPR RI, beberapa waktu lalu, Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono memastikan KKP sudah menyusun sejumlah strategi untuk menjaga pasokan tetap aman dan mengantisipasi tingginya harga ikan selama Ramadhan dan Lebaran 2021. Strategi tersebut diantaranya peningkatan produksi perikanan budidaya, memberikan fasilitas coldstorage dan kendaraan pendingin, pengembangan koridor logistik ikan, melakukan implementasi sistem resi gudang komoditas ikan, menggelar bazar atau pasar ikan murah secara online juga offline bekerjasama dengan instansi terkait. 

Kemudian KKP melakukan konsolidasi dan komunikasi dengan supplier besar, asosiasi, BUMN perikanan, retail modern, rumah makan, dan Dinas KP untuk mengamankan pasokan dan harga ikan. Selanjutnya melakukan monitoring pasokan dan harga ikan melalui portal Satu Data KKP dan memantau langsung di lapangan secara selektif.


Sumber : KKP


Jumat, 09 April 2021

MENGENALI JENIS DAN TINGKAT KESEGARAN IKAN BERBASIS ANDROID

Sebagai salah satu sumber asam lemak omega 3 terbaik permintaan ikan diseluruh dunia terus meningkat. Keberadaan ikan yang sangat esensial untuk pertumbuhan dan perkembangan otak seringkali juga disubstisusi dengan sumber protein hewani dari ayam, daging, maupun ternak lainnya. Karena kebutuhan konsumen untuk dapat membeli dan mengkonsumsi ikan hasil tangkapan secara segar yang terus meningkat seringkali ikan disimpan beku sebelum di pasarkan untuk menjamin ketersediaan pasokan ikan.

Karena pentingnya jaminan keamanan ikan yang dikonsumsi maka pemeriksaan sejumlah parameter mutu terkait kesegaran ikan menjadi hal yang wajib dilakukan. Salah satu metode konvensional untuk menentukan kesegaran ikan sesuai jenisnya adalah secara visual dengan memperhatikan kondisi mata dan insang. Meskipun mudah dilakukan metode visual tersebut namun masyarakat awam cukup kesulitan untuk menentukan tingat kesegaran ikan secara akurat dibandingkan oleh petugas terlatih.

Untuk mengatasi hal tersebut sejumlah peneliti di Filipina mengembangkan perangkat lunak yang mampu mengidentifikasi tingkat kesegaran ikan termasuk menyajikan informasi umur simpan ikan 3 spesies yang memiliki tingkat konsumsi tertinggi di Filipina yaitu ikan Bandeng, Scad (Layang), dan ikan Nila. Hasil penelitian tersebut telah dipublikasikan pada Jurnal ARPN Journal of Engineering and Applied Sciences Vol.13, No. 18, September 2018.

Kontribusi utama yang dikembangkan dalam perangkat cerdas tersebut diantaranya (1) menggunakan data piksel citra mata dan insang yang tersegmentasi untuk menentukan jenis ikan dan tingkat kesegarannya secara bersamaan.  (2) Menggunakan operasi  pengolahan citra untuk lebih mempertegas proses segmentasi citra insang dengan citra kulit secara lebih  akurat yaitu dengan memadukan metode k-mean clustering dilanjutkan canny edge detection. Algoritma k-mean clustering untuk segmentasi insang berbasis 2 channel warna yaitu red-green (a*) dan blue-yellow (b*). Algoritma ini akan memisahkan dan mengelompokkan sejumlah k piksel berdasarkan kedekatan rerata piksel  tersebut. Metode edge detection menggunakan Algoritma Canny digunakan untuk menemukan batas atau tepi suatu objek  sekaligus menghilangkan noise (derau) dalam citra. (3) Pada proses segmentasi citra mata ikan diterapkan algoritma yang berfungsi untuk membuat jari-jari lingkaran pada proses masking (proses menampilkan obyek yang ditargetkan sedangkan objek non-target disembunyikan) sehigga berada tepat pada titik tengah pupil mata ikan sampel. (4) Perangkat pengambilan citra berbasis android yang terdiri dari 2 komponen utama yaitu casing dan tabung. Casing yang dirancang dengan ukuran khusus untuk meletakkan smartphone sementara tabung dirancang untuk menjaga pencahayan konstan dan dapat diatur ketinggian atau jaraknya dengan sampel ikan yang diambil citranya. (5) Bahan untuk pembuatan perangkat  pengambilan citra tersebut berasal dari bahan-bahan organik yang mudah terurai yaitu jagung, batang tebu, dan kentang. Selain ramah lingkungan bahan yang digunakan ini juga dapat dicetak ukuran detil yang lebih kecil dan sudut yang lebih tajam.

Hasil uji perangkat lunak dibandingkan uji organoleptik oleh panelis terlatih menunjukkan  tingkat akurasi klasifikasi kesegaran sebesar 90%, 93,33%, dan 100% msing-masing untuk ikan Bandeng, Round Scad (Layang), dan Nila. Ditinjau dari hasil riset yang telah dicapai menunjukkan bahwa perangkat yang dikembangkan mampu mengidentifikasi ikan dan mengklasifikasi tingkat kesegarannya. Namun perangkat yang dikembangkan pada smartphone tersebut masih akan dikembangkan lebih lanjut agar dapat mengidentifikasi ikan dengan sumber pencahayaan yang bervariasi sekaligus menambah detil level kesegaran ikan yang diuji. 

Segmentasi citra insang menggunakan metode k-mean clustering
Sumber gambar : Novotas, et al. (2018)

Proses masking citra mata ikan 
Sumber gambar : Novotas, et al. (2018)
 

Penulis : I Made Susi Erawan - Peneliti LRMPHP


Rabu, 07 April 2021

Riset dan SDM Siap Dukung 3 Program Terobosan KKP

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menetapkan tiga prioritas sebagai terobosan pada Tahun 2021-2024. Pertama, peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sumber daya alam perikanan tangkap untuk peningkatan kesejahteraan nelayan. Kedua, Pengembangan perikanan budidaya untuk peningkatan ekspor. Ketiga, pembangunan kampung-kampung perikanan budidaya berbasis kearifan lokal. Ketiga terobosan tersebut didukung oleh pengembangan riset kelautan dan perikanan. Demikian disampaikan Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) KKP Sjarief Widjaja, pada pembukaan Rapat Kerja Teknis (Rakernis) BRSDM, Selasa (6/4), di Bandung, Jawa Barat.

Menurut Sjarief, PNBP dari sektor kelautan dan perikanan selama ini hanya sekitar Rp600 miliar, didapat dari izin penangkapan ikan. Angka ini sangat kecil dibandingkan dengan besarnya potensi kelautan dan perikanan yang dimiliki Indonesia. Untuk itu, perlu dilakukan perubahan paradigma, yaitu dengan menggratiskan perizinan penangkapan ikan dan mengenakan tarif PNBP saat menurunkan hasil tangkapan setelah selesai melaut. Dengan demikian potensi PNBP dari sektor kelautan dan perikanan yang dapat diraih diperkirakan bisa mencapai Rp12 triliun. Guna merealisasikannya, BRSDM terus mengembangkan riset, salah satunya melalui rencana kolaborasi dengan salah satu Badan Usaha Milik Negara di bidang elektronika. Dengan teknologi tinggi, ikan hasil tangkapan bisa langsung dideteksi jumlah, jenis dan beratnya oleh peralatan canggih, sehingga dapat diketahui tarif PNBP-nya.

“BRSDM sudah mulai merintis untuk menyusun instrumen, peralatan-peralatan yang harus dipasang di kapal penangkap ikan supaya bisa mendeteksi, kalau ikan ditangkap di laut, dimasukkan ke palka maka bisa langsung dihitung berapa jumlahnya, beratnya, ikannya jenis apa saja, harganya berapa, kira-kira pendapatannya berapa. Sehingga saat mereka mendarat di daratan maka langsung keluar harus membayar berapa. Jadi disini teknologi yang masuk adalah teknologi untuk electronic scaling, teknologi untuk pattern recognition, dipotret, kemudian tahu ini ikan kerapu, ini ikan kakap merah, dan seterusnya, berapa harganya, tuna tongkol, cakalang. Riset menjadi utama disini. Kita akan mengembangkan teknologi itu. Tahun 2021-2025 BRSDM akan berperan di program ini dalam konteks untuk menyiapkan perangkat-perangkat instrumennya, alat ukur, monitoring, surveillance untuk kapal ikan yang di lautan sehingga jelas kapal yang menangkap, pemiliknya siapa, kewajibannya bagaimana,” paparnya.

Adapun dalam mendukung perikanan budidaya, menurutnya, riset juga memiliki peran yang tinggi. Saat ini Indonesia memiliki komoditas unggulan di bidang budidaya antara lain lobster, udang, dan rumput laut, yang didorong secara masif dan dikembangkan untuk kepentingan ekspor. Salah satunya melalui teknologi tinggi tambak udang yang akan dibangun di Aceh Timur seluas 10.000 hektare.

Sementara itu, menurut Sjarief, pihaknya juga mendorong komoditas-komoditas lokal unggulan dan mengembangkan kampung-kampung perikanan budidaya berbasis kearifan lokal, seperti Kampung Nila, Kampung Patin, Kampung Lele, Kampung Gabus, dan Kampung Garam, di berbagai daerah di Indonesia. Daerah yang akan dikembangkan salah satunya adalah Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat, yang pada Rakernis tersebut menandatangani nota kesepakatan dengan BRSDM.

Tak hanya mengembangkan riset, BRSDM juga meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mendukung program-program prioritas KKP. Peningkatan SDM dilakukan melalui pendidikan, pelatihan dan penyuluhan.

Kegiatan pendidikan diselenggarakan secara vokasi, melalui pendekatan teaching factory, dengan porsi praktik 70% dan teori 30%. Biaya pendidikan disubsidi oleh negara. Sebanyak 50% kuota peserta didik diisi oleh anak-anak pelaku utama kelautan dan perikanan, seperti nelayan, pembudidaya ikan, pengolah dan pemasar ikan, serta petambak garam. Satuan pendidikannya tersebar di berbagai daerah, yaitu 10 Politeknik, 1 Akademik Komunitas, dan 9 Sekolah Usaha Perikanan Menengah. Para peserta didik selain menjadi tenaga kerja professional juga diarahkan menjadi wirausaha, salah satunya didanai oleh kredit dari Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP). Selain itu, koperasi satuan-satuan pendidikan tersebut juga memanfaatkan lahan-lahan idle untuk usaha perikanan budidaya dengan biaya kredit LPMUKP.

Adapun kegiatan pelatihan dilakukan melalui enam Balai Diklat ditambah Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) di berbagai wilayah di Indonesia, dengan peserta pelatihan mencakup masyarakat seluruh Indonesia. Pengembangan SDM melalui pelatihan saat ini berupa online training yang disebut Classical Blended Full Online Training. Terkait digitalisasi pelatihan, dikenal aplikasi e-Jaring (pembelajaran daring perikanan) dan e-Milea (electronic milenial learning).

Sementara itu kegiatan penyuluhan berupa pendampingan kelompok-kelompok usaha masyarakat kelautan dan perikanan oleh para penyuluh yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota se-Indonesia. Para penyuluh tersebut sehari-harinya bertugas secara mobile mendampingi kelompok-kelompok tersebut di wilayah kerjanya masing-masing dalam meningkatkan usaha mereka dan melaporkannya secara berkala. Pengembangan SDM melalui penyuluhan saat ini juga dilakukan melalui digitalisasi penyuluhan.

Sebagai informasi, Rakernis BRSDM ini merupakan tindak lanjut dari Rapat Kerja Nasional (Rakernas) KKP Tahun 2021 yang diselenggarakan 5-6 April 2021, di Bandung. Pada Rakernis tersebut, ditandatangani tiga naskah kerja sama BRSDM. Pertama, Nota Kesepakatan Antara BRSDM dan Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat tentang Sinergitas Perencanaan dan Pelaksanaan Pembangunan serta Pengembangan Riset dan SDM KP di kabupaten tersebut. Kedua, Perjanjian Kerja Sama antara Pusat Riset Kelautan BRSDM dengan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung tentang Riset dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan di Bidang Teknologi Kelautan. Ketiga, Rencana Kerja Aksi (Work Plan) Sinergi Perencanaan dan Pelaksanaan Pembangunan antara Pusat Pelatihan Penyuluhan Kementerian Kelautan dan Perikanan BRSDM dan United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) tentang Increasing Trade Capacities of Selected Value Chains Within The Fisheries Sector in Indonesia-Extension Global Quality And Standards Programme (GQSP) Indonesia Smart-Fish 2.


Sumber : KKP