EKONOMI BIRU

Arah Kebijakan Pembangunan Sektor Kelautan dan Perikanan 2021 - 2024 Berbasis EKONOMI BIRU

ZI WBK? Yes, We CAN

LRMPHP siap meneruskan pembangunan Zona Integritas menuju satuan kerja berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) yang telah dimulai sejak tahun 2021. ZI WBK? Yes, We CAN.

LRMPHP ber-ZONA INTEGRITAS

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan siap menerapkan Zona Integritas menuju satuan kerja berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) 2021.

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan

LRMPHP sebagai UPT Badan Riset dan SDM KP melaksanakan riset mekanisasi pengolahan hasil perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 81/2020

Tugas Pokok dan Fungsi

Melakukan tugas penelitian dan pengembangan strategis bidang mekanisasi proses hasil perikanan di bidang uji coba dan peningkatan skala teknologi pengolahan, serta rancang bangun alat dan mesin untuk peningkatan efisiensi penanganan dan pengolahan hasil perikanan

Produk Hasil Rancang Bangun LRMPHP

Lebih dari 30 peralatan hasil rancang bangun LRMPHP telah dihasilkan selama kurun waktu 2012-2021

Kerjasama Riset

Bahu membahu untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan dengan berlandaskan Ekonomi Biru

Sumber Daya Manusia

LRMPHP saat ini didukung oleh Sumber Daya Manusia sebanyak 20 orang dengan latar belakang sains dan engineering.

Kanal Pengelolaan Informasi LRMPHP

Diagram pengelolaan kanal informasi LRMPHP

Jumat, 17 September 2021

KKP Resmi Punya Logo Baru

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono meluncurkan logo baru kementerian sesuai Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 36 Tahun 2021 tentang Logo Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Penggunaannya. Peluncuran logo baru berlangsung di Gedung Mina Bahari III, Jakarta Pusat pada Jumat (17/9/2021).

"Alhamdulillah, setelah melalui proses panjang dan segala macam sensitivitasnya semua sudah dilalui dan akhirnya hari ini diresmikan logo baru. KKP harus bangkit, KKP harus hebat. Mari bekerja dengan semangat baru dengan logo baru untuk NKRI maju," ujar Menteri Trenggono dalam sambutannya.

Logo baru terdiri dari enam elemen, terdiri dari lambang Garuda Pancasila, matahari terbit, jangkar, trisula, ombak laut, dan infiniti. Filosofi logo baru tersebut sejalan dengan tiga program terobosan KKP periode 2021 - 2024 yang bermuara pada keseimbangan ekologi dan ekonomi.

Meliputi peningkatan PNBP dari sumber daya alam perikanan tangkap untuk peningkatan kesejahteraan neyalan melalui kebijakan penangkapan terukur di setiap Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia. Kemudian pengembangan perikanan budidaya untuk peningkatan ekspor yang didukung riset kelautan dan perikanan. Serta pembangunan kempung-kampung perikanan budidaya tawar, payau dan laut berbasis kearifan lokal.

Proses perubahan logo menurut Menteri Trenggono mencerminkan inklusivitas sebab melibatkan seluruh tingkatan, dari jajaran pimpinan hingga petugas lapangan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Sebelum pergantian logo, Menteri Trenggono lebih dulu menggagas tagline KKP Rebound yang berarti menciptakan semangat kebangkitan, pembenahan tata kelola, dan peningkatan kinerja secara berkesinambungan.

"Logo baru KKP dibuat dengan semangat mewujudkan masyarakat kelautan dan perikanan yang sejahtera dan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan yang berdaulat, mandiri, berkepribadian, serta berlandaskan gotong royong sesuai dengan prinsip ekonomi biru," terangnya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal KKP Antam Novambar memaparkan penetapan logo baru melalui berbagai tahapan sejak beberapa bulan lalu. Mulai dari beauty contest yang diikuti seluruh perwakilan eselon I lingkup KKP yang berhasil memperoleh 39 usulan logo.

Selanjutnya dilakukan seleksi oleh tim ahli dan survei yang melibatkan seluruh pegawai KKP baik ASN maupun Non ASN. Sampai akhirnya terpilih satu logo untuk mewakili perubahan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.

"Kita telah melewati sejumlah proses dalam mempersiapkan perubahan logo KKP. Puncaknya adalah pengundangan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 36 Tahun 2021 tentang Logo Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Penggunaannya," terang Antam.

Logo KKP tidak pernah mengalami perubahan besar sejak kementerian ini berdiri pada tahun 1999. Sehingga dengan adanya logo baru, Antam, berharap memberikan identitas baru yang menjadikan KKP sebagai kementerian yang terus bergerak ke arah lebih baik.

"Harapannya juga KKP terus berkembang, mampu mendorong sektor kelautan dan perikanan sebagai prime mover ekonomi bangsa, serta menjadi salah satu pilar dalam mewujudkan kedaulatan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan demi Indonesia yang kuat dan berwibawa," pungkasnya.

Peluncuran logo baru KKP diselenggarakan secara luring dan daring. Diikuti oleh jajaran KKP di kantor Pusat dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang tersebar di penjuru Indonesia. Dengan resminya peluncuran logo baru, sejumlah logo yang ada di kantor pusat KKP juga sudah berganti. Begitu pun logo-logo yang ada di website maupun aplikasi resmi KKP.


Sumber : kkp


Pengaduan Masyarakat dan Whistleblowing System

 


Senin, 13 September 2021

Minapadi : Teknologi masa lalu untuk masa depan

Minapadi Samberembe, Sleman D.I. Yogyakarta 

Penggabungan metode penanaman padi dan ikan bukanlah suatu hal yang baru. Tahun 1957, menurut Ardiwinata pada Prosiding Indo-Pacific Fish keberadaan teknologi penggabungan budidaya padi dan ikan di Indonesia terjadi diawal pertengahan abad ke-19. Diduga awal mula teknik ini dikembangkan di daerah Jawa Barat, daerah pesantren yang memililki santri-santri dari luar daerah. Setelah lulus dari pesantren, selain menjadi guru mereka menjadi pelopor penyebaran teknologi ini di Indonesia. Secara global teknologi ini disematkan menjadi warisan budaya yang penting oleh organisasi pangan dunia (FAO) dan organisasi pendidikan, budaya dunia (UNESCO) pada tahun 2005, karena menurut studi Cai dkk pada tahun 1995 di buku berjudul Rice-Fish Culture in China teknologi ini sudah ada sejak kerajaan Han di Tiongkok.

Selama hampir lima abad teknologi ini telah tercipta, seharusnya telah banyak digunakan oleh petani. Fakta di lapangan di Indonesia pada tahun 2018, sekitar kurang dari 3% petani di Indonesia menggunakan teknologi ini. Pada tahun 2015, dengan berkembangnya teknologi informasi dan dunia memasuki dunia digital, di jagad maya teknologi ini terekspos di Indonesia. Diawali dengan postingan foto di media sosial Facebook, sampai sekarang telah banyak informasi mengenai teknologi minapadi di Youtube.

Hal ini menarik karena ketidaktahuan informasi, keterbatasan penyebaran data mengakibatkan sebuah teknologi yang telah berumur ribuan tahun dapat menjadi viral. Tidak hanya viral karena foto yang bagus dan indah, teknologi ini menjadi sebuah harapan untuk pemenuhan kebutuhan pangan di dunia. Produksi pangan dianggap akan meningkat dengan penggunaan lahan yang efisien karena menggabungkan kegiatan produksi karbohidrat dan produksi protein. Ini menjadi penting karena terjadinya penurunan lahan produksi untuk pangan. Teknologi minapadi juga dianggap ramah lingkungan karena saat budidaya padi penggunaan pupuk dan pestisida dapat berkurang, dan untuk budidaya ikan penggunaan pakan ikan akan hemat. Motivasi terbesar bagi para petani adalah adanya penambahan pendapatan, selain mendapat penghasilan dari penjualan padi juga dari penjualan ikan.


Penulis : Zaenal Arifin Siregar - LRMPHP


Jumat, 10 September 2021

Rabu, 08 September 2021

Sharing Session : Peningkatan Imunitas Tubuh dengan Fukoidan dari Sargassum

Pemaparan materi sharing session oleh Iwan Malhani Al Wazzan, S.Pi, M.Sc

Peneliti LRMPHP Bantul, Iwan Malhani Al Wazzan, S.Pi, M.Sc menjadi narasumber pada kegiatan Sharing Session BRSDMTV yang ditayangkan secara live streaming dari studio LRMPHP melalui link https://www.youtube.com/c/BRSDMTV, 8 September 2021. Sharing session ini merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh Badan Riset dan Sumber Daya Manusia, Kelautan dan Perikanan (BRSDM KP) sebagai salah satu ajang berbagi ilmu pengetahuan dan pengalaman.  Pada sharing session ini, Iwan Malhani Al Wazzan, S.Pi, M.Sc menyampaikan materi “Peningkatan Imunitas Tubuh dengan Fukoidan dari Sargassum”. 

Dalam paparannya, narasumber menjelaskan salah satu upaya untuk meningkatkan imunitas tubuh dimasa pandemi selain rajin berolahraga, makan makanan bergizi seimbang dan istirahat yang cukup juga diperlukan suplemen tambahan. Salah satu suplemen yang berfungsi sebagai immunomodulator, yaitu zat yang mempunyai kemampuan dalam mengatur sistem imun tubuh, baik yang berefek meningkatkan maupun menekan sistem imun, adalah fukoidan.

Fukoidan merupakan polisakarida yang sebagian besar tersusun oleh rantai fukosa dan gugus sulfat, oleh sebab itu sering disebut juga dengan polisakarida sulfat. Polisakarida ini adalah salah satu penyusun dinding sel pada alga coklat. Salah satu spesies alga coklat yang kelimpahannya cukup banyak di Indonesia dan pemanfaatannya sejauh ini belum optimal yaitu Sargassum sp. Fukoidan Sargassum sp. ini diperoleh dengan cara mengekstraknya. 

Hasil studi menyatakan bahwa fukoidan Sargassum sp. memiliki beberapa aktifitas biologis dan salah satunya adalah immunomodulator. Fukoidan Sargassum sp. mampu meningkatkan respon imun dengan cara mengaktivasi neutrofil, sel NK, mengupregulate produksi sitokin pro-inflamasi (IL-6, IL-8, dan TNF-α) dan menunda apoptosis spontan pada sel-sel tersebut. Fukoidan berinteraksi dengan toll-like receptors(TLRs), yaitu TLR-2 dan TLR-4, yang akan mengaktifasi signaling pathway NF-kB yang menyebabkan peningkatanproduksi sitokin, kemokin, dan ekspresi molekul MHC. NF-kB adalah faktor transkripsi utama yang mengatur gen yang bertanggung jawab untuk respon imun bawaan dan adaptif. 

Secara umum, fukoidan mempercepat proses penyingkiran patogen dengan mengaktivasi sel natural killer (NK), menstimulasi faktor-faktor antiviral inang, dan membantu produksi sel dendritik. Fukoidan juga mampu menunda apoptosis spontan pada sel-sel pertahanan tubuh sehingga mampu “memperpanjang umur” sel-sel tersebut sehingga tubuh selalu dalam keadaan siap ketika terjadi infeksi. Seperti inilah mekanisme immunomodulator yang dilakukan oleh fukoidan.  

Kemampuan fukoidan dalam mediasi sel yang kuat dan kemampuan meningkatkan respons imun yang baik sebenarnya sangat menjanjikan menjadikan fukoidan memiliki potensi digunakan sebagai adjuvan dalam pengembangan vaksin. Adjuvan merupakan sebuah substansi bioaktif, yang dapat membantu meningkatkan respons imun bersamaan dengan antigen yang terkandung dalam vaksin. Polisakarida sulfat memiliki efek yang menjanjikan dalam meningkatkan respons imun antigen-specific dan meningkatkan imunitas inang dengan sifatnya yang non-toksik, non-mutagenik, biodegradable, dan biocompatible. Fukoidan juga dapat dimanfaatkan untuk membantu terapi tukak lambung, ulcerative colitis dan infeksi H. pylori. Bioaktifitas fukoidan yang lain yaitu anti oksidan, antiinflamasi, antiviral, antitumor dan antikoagulan. 

Fukoidan telah tersedia di pasaran sebagai suplemen yang dijual bebas, akan tetapi bukan dari jenis Sargassum sp. melainkan dari spesies Laminaria japonica. Proses ekstraksi yang rumit lama dan mahal menyebabkan harga jual suplemen ini juga relatif mahal sehingga hanya digunakan oleh kelas masyarakat tertentu saja. Potensi fukoidan yang demikian besar, hanya bisa termanfaatkan secara luas jika didorong dengan studi mengenai ekstraksi yang mudah dan murah serta pemanfaatan bahan baku yang melimpah di Indonesia seperti Sargassum sp.


Minggu, 05 September 2021

Neptune TV KKP Kini Hadir di IndiHome TV

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memperluas jangkauan penonton Neptune TV yang berisi video-video literasi dan sosialisasi kebijakan di bidang kelautan dan perikanan. Bila sebelumnya hadir di aplikasi video MAXStream, Neptune TV kini dapat disaksikan pada layanan IndiHome TV.

"Setelah beberapa bulan lalu hadir di aplikasi MAXStream, kami siap membawa konten yang ada di Neptune TV ke level berikutnya yakni layar kaca dengan jangkauan audiens lebih luas dan besar," ujar Asisten Khusus Menteri Kelautan dan Perikanan Bidang Media dan Komunikasi Publik, Doni Ismanto di Jakarta, Sabtu (4/9/2021).

Konten-konten Neptune TV dapat disaksikan dalam dua layanan, yaitu di channel in-house IndiHome (channel utama penayangan di Ruang Trampil dan terdapat pula di UseePhoto dan UseePrime), dan Video on Demand (VOD). Keduanya dapat disaksikan di IPTV IndiHome TV ataupun melalui Over The Top (OTT) IndiHome TV yaitu Website useetv.com dan aplikasi UseeTVGo. 

Konten Neptune TV tayang perdana di Channel Ruang Trampil pada Sabtu 4 September 2021 pukul 19.30 WIB. Webseries Intuisi episode 1 dan dokumenter Recirculating Aquaculture System (RAS) Menuju Perikanan Budidaya Berkelanjutan menjadi pembuka konten-konten Neptune TV selanjutnya. Sesuai jadwal, konten Neptune TV akan tayang setiap Senin - Jumat pukul 12.30 WIB dan setiap Sabtu - Minggu pukul 19.30 WIB. 

Doni menambahkan, kehadiran Neptune TV di kanal layanan IndiHome tentunya sangat dinantikan sebab penyebaran informasi mengenai sektor kelautan dan perikanan dapat lebih masif tersampaikan ke masyarakat. Dengan demikian, dia berharap literasi dan kecintaan masyarakat pada sektor kelautan dan perikanan semakin tinggi. 

Selain itu, hadirnya Neptune TV di layanan IndiHome akan memudahkan masyarakat dalam mengawasi program dan kebijakan yang dijalankan kementerian yang dinakhodai oleh Sakti Wahyu Trenggono tersebut. 

"IndiHome memiliki 8,3 juta pengguna dengan dominasi rumah tangga yang akses konten melalui TV atau tablet dan smartphone tentu merupakan audiens yang layak menikmati Neptune TV dengan materi seputar kelautan dan perikanan," pungkas Doni. 

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal KKP Antam Novambar pada saat merilis kolaborasi tayangan konten edukasi sektor kelautan dan perikanan di MAXStream pada akhir April 2021 silam mengatakan bahwa upaya kehumasan KKP berkolaborasi memperluas jangkauan audiens adalah bentuk konkret stratejik dalam rangka menyosialisasikan kebijakan, menyebarluaskan pesan atau informasi serta mengedukasi masyarakat mengenai kebijakan hingga program-program kerja KKP kepada masyarakat. 

Sebagai informasi, konten video literasi dan sosialisasi kebijakan Neptune TV juga dapat dinikmati di layanan streaming video OTT MAXStream. Sejak April 2021 hingga saat ini, sudah ada 56 video tentang kelautan dan perikanan yang dapat disaksikan di layanan tersebut.


Sumber : kkp


Kamis, 02 September 2021

Isu Lingkungan dan Keamanan Amonia sebagai Refrigerasi Produk Kelautan dan Perikanan

Refrigeran ramah lingkungan (Sumber: https://www.green-cooling-initiative.org/green-cooling/technology)
Beberapa bulan terakhir kita dibanjiri berita kebakaran hutan, banjir bandang, pelelehan es di kutub dan masih banyak lagi kejadian yang jarang atau bahkan belum pernah terjadi sebelumnya. Apakah ini kebetulan ataukah ini sudah diprediksi? Iya, hal ini sudah diprediksi, kejadian-kejadian tersebut adalah akibat perubahan iklim global. Banyak platform berita Internasional diantaranya Science BBC News (19/08/2021) menurunkan berita “CFC ban bought us time to fight climate change, say scientists”. Theguardian.com/environment/ (19/08/2021) dengan judul “Saving Ozone layer has given humans a chance in climate crisis study”, yang secara jelas mengungkapkan salah satu penyebab perubahan iklim global ialah penggunaan bahan refrigeran salah satunya CFC. Chlorofluorocarbons (CFC) meski sudah dilarang penggunaannya, namun bahan penggantinya berupa Hydrochlorofluorocarbons (HCFC) dan Hydrofluorocarbons (HFC) tetap memberikan dampak buruk pada lingkungan karena nilai ODP (Ozone Depletion Potential) maupun GWP (Global Warming Potential) yang tinggi. Material-material tersebut secara umum digunakan sebagai bahan utama refrigeran dalam sistem pendinginan. 

Di bidang perikanan terutama teknologi pasca-panen, penggunaan refrigeran menjadi bagian tidak terpisahkan dari teknologi pendinginan. Refrigeran adalah fluida yang digunakan dalam sistem refrigerasi kompresi uap dan berfungsi membawa panas dari suatu bahan atau ruang agar menjadi dingin lalu dilepaskan ke atmosfir. Selama proses perpindahan panas, refrigeran berulang kali diubah menjadi uap ketika menyerap panas dan menjadi cair ketika melepaskan panas ke atmosfir.    

Semua bahan refrigeran sintesis berkontribusi terhadap perubahan iklim, sebagian dengan GWP ribuan kali lebih tinggi dibandingkan CO2. Para ilmuwan menawarkan solusi yang bisa digunakan diantaranya mengganti refrigeran sintesis dengan bahan yang lebih alami (natural refrigerant) yaitu bahan-bahan yang secara alami baik siklus kimia maupun biologis terproses di alam. Saat ini, menurut Abas et al. dalam reviewnya berjudul “Natural and synthetic refrigerants, global warming: A review” yang dimuat pada Jurnal Renewable and Sustainable Energy Reviews tahun 2018, natural refrigerant yang secara luas sudah diaplikasikan pada sistem pendingin kompresi uap saat ini antara lain adalah amonia. 

Amonia (simbol kimia NH3, nama komersial R717) adalah material berbentuk gas pada tekanan atmosfir dan merupakan bahan yang ideal sebagai refrigeran dengan sifat ramah lingkungan karena memiliki nilai 0 untuk ozone depletion potential (ODP) dan global warming potential (GWP). Amonia cukup terkenal dimasyarakat sebagai bahan pembersih rumah tangga, pupuk dan produk lain. Amonia juga dikenal memiliki karakter khas yaitu bau yang menyengat. Dalam klasifikasi keamanan, amonia termsuk golongan B2 yang diartikan memiliki toksisitas yang tinggi dan resiko kebakaran tingkat sedang. Amonia kompatibel dengan beberapa zat pelumas lain dalam sistem pendingin, tetapi tidak semua. Terutama, amonia tidak cocok untuk digunakan bersama dengan pelumas polyolester (POE) dan polyvinyl ether (PVE), dan hanya memiliki aplikasi terbatas dengan pelumas polyalkylene glycol (PAG). Hal ini diungkap oleh Lommers, tahun 2003 pada artikel “Air Conditioning and Refrigeration Industry Refrigerant Selection Guide; AIRAH”.

Menurut Lindborg dalam paparan presentasi berjudul “Evaluating progress towards developing safe, cost-effective ammonia cooling systems” pada seminar Alternative Cooling Technologies conference presentation, London, 1 February, 2005, menjelaskan amonia adalah satu-satunya refrigeran yang memiliki bau khas yang kuat. Ketika disebutkan amonia, seringkali ada reaksi negatif dengan pendapat yang menyatakan bahwa itu berbahaya, beracun dan mudah meledak serta memiliki bau yang tidak sedap, padahal bau dari amonia justru bisa menjadi sebuah keunggulan karena kebocoran kecilpun akan segera ditemukan dan kemudian bisa diperbaiki. Sedangkan sifat lain amonia sebagai refrigeran dibandingkan bahan lainnya terangkum pada Tabel 1. Dimana secara termodinamika dan lingkungan amonia lebih unggul. 

Lebih lanjut Linborg, mengatakan bahwa disebutkan amonia merupakan senyawa toksik, sebenarnya dalam jumlah kecil amonia juga akan ditemui pada hal-hal umum sehari hari. Segelas air minum mengandung 1 mg amonia, 200 g daging sapi panggang mengandung 13 mg amonia dan beberapa bahan tambahan makanan yang mengadung kurang lebih 18 mg amonia. Bahkan asap rokok dan uadara yang kita hirup pun terdapat kandungan amonia. Hal ini menggambarkan, sesungguhnya tubuh manusia bisa mengatasi paparan amonia dalam jumlah kecil. Pada data sheet keamanan amonia-anhydrous terbitan A-Gas Australia, tahun 2005, secara umum kandungan 20 ppm dalam atmosphere dan tidak membahayakan, lebih dari 50 ppm akan menghasilkan bau yang tajam, terpapar amonia 700 ppm menyebabkan kulit terbakar dan kerusakan mata, bila terkena dalam jumlah 5000 ppm atau lebih menyebabkan kematian hanya dalam waktu 5 menit. Jadi amonia hanya akan sangat membahayakan bisa terkena ke tubuh dalam jumlah yang sangat besar. 

Selama bertahun-tahun amonia menjadi pilihan utama oleh industri besar sebagai refrigeran baik proses pendinginan maupun penyimpanan beku. Dalam beberapa tahun terakhir, fokus penggunaan amonia semakin luas yaitu aplikasi untuk sistem pendingin skala kecil. Alasan utama dari hambatan penerapaan amonia untuk sistem pendingin skala kecil adalah biaya awal instalasi yang diperkirakan hampir mencapai 250% dibandingkan refrigeran fluorocarbon umumnya. Namun demikian, sistem pendingin berbasis amonia lebih efisien yang menghasilkan penghematan dalam biaya operasional. Hal ini diungkapkan oleh Mundie dalam presentasi di Alternative Cooling Technologies conference presentation, London, February 1, 2005. Dengan judul “Exploring the extent to which ammonia is viable as a widespread commercial alternative to HFCs”. 

Amonia merupakan alternative yang sangat efisien dibandingkan dengan refrigeran jenis fluorocarbon terutama untuk bidang aplikasi industri pendinginan. Selain itu sifat lingkungannya juga sangat menguntungkan. Kekhawatiran memang ada, terkait penggunaan amonia yang aman karena sifat toksisitas dan sifat mudah terbakarnya. Namun, menurut Claire, H et al. Department of Environment and Water Resources. Dalam artikelnya berjudul “Natural Refrigerant Case Studies. Australian Institute of Refrigeration, Air Conditioning and Heating” tahun 2005, banyak kemajuan telah dibuat dalam beberapa tahun terakhir untuk meminimalkan risiko tersebut, termasuk menggunakan amonia bersama dengan pendingin lain untuk mengurangi dan mengisolasi muatan amonia, dan penggunaan peralatan yang semakin canggih untuk mengatasi sisi negatif dari amonia.

Teknologi pasca-panen perikanan yang berkelanjutan harus memperhatikan aspek lingkungan disamping aspek ekonomi. Kedepan saat regulasi pemerintah terhadap HFC akan semakin ketat dan ini akan memacu teknologi-teknologi baru dalam penggunaan amonia sebagai refrigeran alami. Jika digunakan dengan benar, amonia tidak hanya memiliki tingkat keamanan yang baik tetapi juga memberikan keuntungan yang tinggi. Oleh karena itu bidang perikanan juga harus berkontribusi dalam menghambat laju perubahan iklim dan itu bisa dimulai dengan menggunakan refrigeran amonia dalam sistem pendinginan pada semua skala.


Penulis : Arif Rahman Hakim - LRMPHP