EKONOMI BIRU

Arah Kebijakan Pembangunan Sektor Kelautan dan Perikanan 2021 - 2024 Berbasis EKONOMI BIRU

ZI WBK? Yes, We CAN

LRMPHP siap meneruskan pembangunan Zona Integritas menuju satuan kerja berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) yang telah dimulai sejak tahun 2021. ZI WBK? Yes, We CAN.

LRMPHP ber-ZONA INTEGRITAS

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan siap menerapkan Zona Integritas menuju satuan kerja berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) 2021.

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan

LRMPHP sebagai UPT Badan Riset dan SDM KP melaksanakan riset mekanisasi pengolahan hasil perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 81/2020

Tugas Pokok dan Fungsi

Melakukan tugas penelitian dan pengembangan strategis bidang mekanisasi proses hasil perikanan di bidang uji coba dan peningkatan skala teknologi pengolahan, serta rancang bangun alat dan mesin untuk peningkatan efisiensi penanganan dan pengolahan hasil perikanan

Produk Hasil Rancang Bangun LRMPHP

Lebih dari 30 peralatan hasil rancang bangun LRMPHP telah dihasilkan selama kurun waktu 2012-2021

Kerjasama Riset

Bahu membahu untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan dengan berlandaskan Ekonomi Biru

Sumber Daya Manusia

LRMPHP saat ini didukung oleh Sumber Daya Manusia sebanyak 20 orang dengan latar belakang sains dan engineering.

Kanal Pengelolaan Informasi LRMPHP

Diagram pengelolaan kanal informasi LRMPHP

Selasa, 28 Desember 2021

Cara Mudah Membuat Pupuk Cair Rumput Laut

Bagi masyarakat pesisir rumput laut sudah sejak lama dimanfaatkan, yaitu biasanya dijadikan sebagai kudapan. Meski terlihat seperti tumbuhan, sebenarnya rumput laut merupakan jenis alga karena tidak memiliki struktur tubuh yang lengkap seperti tanaman pada umumnya. Saat ini, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil dan pengekspor rumput laut terbesar di dunia.

Selain dapat dimanfaatkan sebagai makanan, sebenarnya rumput laut dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman. Karena talus rumput laut kaya akan unsur hara yang diserap dari lingkungan hidupnya, serta memiliki kandungan hormon pemacu pertumbuhan yang sangat tinggi. Hal ini seperti dilaporkan oleh Sedayu dkk. (2013) yang mendapati kandungan tinggi hormon auksin, giberelin, dan sitokinin dalam cairan rumput laut (SAP). Namun sayangnya, penggunaan pupuk rumput laut masih belum banyak dilakukan atau dikomersialkan di Indonesia.

Pembuatan pupuk rumput laut sebenarnya cukup mudah, dan dapat dilakukan oleh rumah tangga. Beberapa cara pembuatan pupuk rumput laut, antara lain:

Cara pertama, rumput laut segar dipotong-potong kemudian direbus menggunakan air destilata, setelah itu air rebusannya disaring seperti yang dilakukan oleh Bhosle dkk. (1975). Air hasil saringan mengandung seluruhnya ekstrak rumput laut yang dapat diaplikasikan langsung ke tanaman.

Cara kedua dilaporkan oleh Challen dan Hemingway (1966), yaitu seperti halnya cara pertama namun berasal dari rumput laut yang telah dikeringkan. Rumput laut kering digiling menjadi tepung kemudian dimasukan kedalam air destilata dan didiamkan selama beberapa waktu. Campuran rumput laut tersebut kemudian dipanaskan hingga mendidih kemudian didiamkan lagi untuk beberapa waktu. Setelah itu campuran disaring menggunakan kain saring untuk menghilangkan ampas/padatan. Sedangkan cairan hasil saringan disentrifugasi untuk memisahkan padatan yang masih terikut. Untuk aplikasi ke tanaman, cairan ekstrak rumput laut yang didapatkan biasanya diencerkan menggunakan air terlebih dahulu.

Sedangkan cara ketiga seperti yang dilakukan oleh Sedayu dkk (2014). Rumput laut segar dicuci bersih menggunakan air keran kemudian digiling menggunakan grinder hingga lumat. Rumput laut yang telah digiling tersebut kemudian ditambahkan air dan juga ditambahkan daging ikan rucah yang telah dihaluskan untuk meningkatkan unsur nitrogennya. Selanjutnya campuran rumput laut di fermentasi atau dikompos dalam wadah tertutup selama beberapa hari. Cairan ekstrak rumput laut hasil pengomposan rumput laut dapat diambil melalui pipa yang dipasang pada blong pengomposan, dan untuk aplikasi penyemprotan ke tanaman perlu diencerkan dengan air terlebih dahulu.

Pupuk cair rumput laut dari jenis Eucheuma cottonii

 

Berbagai hasil penelitian telah membuktikan bahwa pupuk cair rumput laut dapat mempercepat pertumbuhan tanaman, mempercepat tumbuhnya buah, bahkan membuat hasil panen holtikultura meningkat. Pupuk cair rumput laut juga memiliki khasiat tinggi untuk digunakan pada tanaman bunga. Dengan mudahnya cara membuat pupuk rumput laut seperti yang telah diterangkan di atas, maka kita bisa membuat sendiri pupuk cair rumput laut untuk tanaman atau kebun kita di rumah.

Perbandingan tanaman yang tidak diberi cairan ekstrak rumput laut (A) dan yang diberi (B)


Penulis: Bakti Berlyanto Sedayu - LRMPHP


Deep Neural Networks Untuk Analisis Video Pengawasan Perikanan Dan Otomatisasi Monitoring Kasus Pembuangan Ikan Di Tengah Laut

Proses segmentasi citra dari kapal riset, citra ikan dengan outline biru muncul secara otomatis pada sistem yang dikembangkan dalam riset. Sumber gambar: French et al (2020)

Upaya pemantauan dan penghitungan jumlah tangkapan ikan yang dibuang selama operasi kapal penangkap ikan dengan jaring trawl terus dikaji memanfaatkan  sistem visi komputer berbasis analisis video dari kamera CCTV yang terpasang pada sejumlah kapal trawl. Sekelompok peneliti dari University of East Anglia, Norwich Research Park, Norwich, berupaya mengembangkan sebuah sistem monitoring pembuangan hasil tangkapan kapal trawl yang diaplikasikan  secara real time saat kapal-kapal tersebut beroperasi.  Sistem yang dikembangkan diharapkan mampu mengatasi kelangkaan jumlah dan biaya pengamat untuk melakukan sampling dan mengestimasi jumlah ikan tangkapan yang dibuang. Selain itu keberaadaan undang-undang di Uni Eropa secara tegas mengatur kuota tangkapan individual dari kapal trawler mendorong pengembangan pengukuran presisi berdasarkan total berat ikan yang didaratkan di pelabuhan pendaratan ikan.  

Eksperimen yang dilakukan untuk menggunakan computer vision dalam menghitung ikan tak terpakai dalam penangkapan tersebut telah dipublikasikan oleh French et al  dalam Jurnal  ICES Journal of Marine Science (2020), 77(4), 1340–1353. doi:10.1093/icesjms/fsz149. Metode yang dikembangkan mencakup data latih yang terdiri dari sejumlah citra hasil ekstrasi rekaman video dilengkapi  dengan proses anotasi ground truth secara presisi. Rekaman video berasal dari 5 kamera yang ditempatkan pada 5 kapal trawl komersial dengan resolusi 800 piksel High Definiton  yang disimpan dalam format MPEG-4. Penempatan kamera pada kapal trawl commersial memiliki sejumlah tantangan teknis karena adanya noise selama perekaman mencakup operator yang bekerja di sekitar konveyor berjalan dan percikan air di seputar pelindung kamera. 

Secara umum proses sampling ikan secara otomatis meliputi: (1) Deteksi ikan; (2) Klasifikasi spesies ikan; (3) Pengukuran biomassa ikan menggunakan metode regresi hubungan antara panjang dan biomassa ikan. Tantangan utama yang dijumpai  selama pengembangan sistem meliputi pendugaan panjang ikan, penjejakan ikan antar frame video, dan pengenalan ulang spesies ketika ikan lepas dari tampilan akibat suatu objek penghalang. 

Proses pengembangan sistem meliputi akuisisi data dan set data, segmentasi, identifikasi spesies, dan evaluasi performa. Pada tahap akuisisi data dan set data dikembangkan proses untuk mengekstrak citra penting dari video rekaman CCTV yang dapat dianotasi (oberian label) sehingga memungkinkan untuk melatih dan mengevaluasi komponen pembelajaran mesin dari sistem yang dikembangkan. Untuk tahap segmentasi citra dikembangkan sejumlah metode, antara lain segmentasi semantik untuk mengenali region dari suatu citra yang memiliki gambar ikan didalamnya dilanjutkan dengan pemisahan citra ikan menggunakan deteksi tepi. Teknik segmentasi ini sangat efektif untuk rekaman video resolusi VGA namun kurang berhasil untuk video beresolusi HD. Algoritma yang efektif untuk video resolusi HD adalah Mask RCNN. Pada tahap identifikasi spesies dikembangkan menggunakan citra yang disegmentasi mask RCNN dengan sebuah pengklasifikasi multi kelas. Evaluasi  performa dilakukan menggunakan Conffusion Matrix, hasilnya menunjukkan tingkat akurasi tertinggi 93,4% untuk spesies ikan Plaice (Pleuronectes platessa),dan akurasi terendah sebesar 18,4% untuk spesies Common Dab (Hippoglosoides sp.). 


Penulis : I Made Susi Erawan - LRMPHP


Minggu, 26 Desember 2021

Penerapan Supercooling untuk Penyimpanan Ikan Segar

Pembekuan adalah teknologi paling popular yang digunakan untuk mengawetkan ikan. Dalam proses pembekuan, suhu ikan diturunkan hingga jauh dibawah titik bekunya sehingga ikan bisa awet hingga berbulan-bulan. Namun, teknologi pembekuan bukan tanpa kekurangan. Adanya pembentukan Kristal es dalam jaringan daging menyebabkan drip loss saat thawing yang menyebabkan nutrisi dan rasa ikan beku menurun. Selain itu, dibandingkan pendinginan, pembekuan membutuhkan lebih banyak energi yang digunakan untuk membuang panas latent dari ikan.

Supercooling merupakan salah satu pendekatan untuk mengatasi hal tersebut. Supercooling adalah proses penurunan suhu suatu bahan pangan di bawah titik bekunya tanpa ada pembentukan Kristal es, seperti yang dikemukana oleh Stonehouse & Evans tahun 2014 di Journal of Food Engineering dengan judul the use of supercooling for fresh foods: A review. Secara umum proses pembekuan dibagi menjadi 3 fase (Gambar 1); pertama precooling yaitu penurunan suhu hingga mendekati titik beku (idealnya 0 oC) dan cairan dalam produk tetap berbentuk liquid dengan tingkat pendinginan tertentu dan begitu nukleasi es terjadi, kristal es mulai terbentuk. Kedua fase transisi yaitu fase dimana panas latent produk dibuang dan suhu masih pada titik beku hingga semua cairan dalam produk menjadi es. Terakhir solidifikasi yaitu saat semua cairan berubah menjadi padat (es) dan suhu turun dengan cepat karena  terjadi pembuangan panas sensible. Derajat / tingkat supercooling sendiri adalah perbedaan suhu nukleasi es dengan suhu kesetimbangan titik beku.

Gambar 1. Profil umum suhu-waktu pembekuan air dan proses supercooling (Sumber : Kang dkk, Food Sci Biotechnol.2020; 29(3):303–321)

Untuk mendapatkan supercooling adalah dengan menjaga agar tidak terjadi nukleasi es, dan tidak masuk ke fase transisi terlebih solidifikasi. Novel dan inovasi teknologi untuk mengontrol fase tersebut telah secara luas diteliti diantaranya aplikasi tekanan tinggi, ultrasound irradiation, dan electromagnetic field (EMF) dalam proses pembekuan.

Berdasarkan uraian diatas supercooling bisa diterapkan untuk memperpanjang masa simpan produk perikanan, serta menghindarkan pembentukan Kristal es sehingga ikan yang disimpan tidak mengalami kerusakan fisik. Selain itu, supercooling berpotensi menjadi teknologi hemat energi karena energi yang dibutuhkan untuk proses pembuangan panas laten dan sensible tidak lagi diperlukan. Supercooling juga akan memudahkan proses lanjutan pengolahan ikan karena tidak dibutuhkan proses thawing.    


Penulis : Arif Rahman Hakim - LRMPHP 

 

 

 

 

 

 


Jumat, 24 Desember 2021

Kamera Cerdas untuk Inspeksi dan Grading Mutu Produk Perikanan

Perangkat kamera cerdas yang dikembangkan dalam riset (Sumber : Guo et al 2020)

Meningkatnya konsumsi produk pangan serta tuntutan akan mutu dan keamanan produk tersebut membuat sejumlah fasilitas pengolahan pangan di Ameriaka Serikat menggunakan mesin pembersih, inspeksi dan grading, pengemasan, penyimpanan dan pengiriman untuk membantu proses produksi. Salah satu teknologi inspekdi dan grading yang telah dikembangkan pada akhir tahun 1980 an adalah mesin visi. Namun perkembangan mesin visi masih menyisakan sejumlah tantangan untuk aplikasi di industri kecil dan menengah yaitu kebutuhan biaya pembuatan sistem dan pengoperasiannya, perlu pekerja dengan skill tunggi untuk mengatur konfigurasi dan mengoperasikan sistem, dan masih dijumpainya hasil yang tidak sesuasi harapan pada sejumlah kasus pengaplikasian mesin visi. 

Penelitian terkait sistem tersisip dengan kemampuan pembelajaran telah dikembangkan oleh Guo et al dari Nanfang College of Sun Yat-sen University dan dipublikasikan pada Jurnal Electronics tahun 2020 dengan doi:10.3390/electronics9030505, untuk mengatasi sejumlah permasalahan tersebut. Sistem ini telah diujicobakan untuk dua produk pangan yaitu untuk deteksi tingkat delaminasi kulit pada Kurma varietas Medjool sebagai contoh inspeksi grading permukaan. Untuk produk perikanan sistem ini diujicoba untuk inspeksi bentuk kerang sebagai contoh untuk aplikasi evaluasi mutu berbasis bentuk. Tulisan ini berfokus pada pengembangan dan aplikasi sistem pada evaluasi bentuk kerang. Berbeda dengan produk buatan manusia dengan bentuk teratur dan sederhana, kerang sebagai salah satu produk organik yang tumbuh alami dengan bentuk tubuh atau lengkungan permukaan tak teratur dan tak konsisten. Secara umum meskipun kerang hidup dan tumbuh di lingkungan dan perairan yang sama belum tentu memiliki bentuk dan ukuran yang identik. Pada penelitian in digunakan inspeksi grading kerang dalam 3 kategori. Algoritma inspeksi visual yang dkembangkan para peneliti berdasarkan metode Fitur yang dikonstruksi secara evolusuiner (ECO-Feature). 

Pada Algoritma ECO Feature tahap pertama adalah transformasi citra yang melibatkan 6 algoritma transformasi citra yaitu Gabor, Gausian, Laplacian, Median Blur, Sobel, dan Gradient yang masing-masing berbasis panjang Gelombang dan orientasi (Gabor), ukuran kernel (Gaussian, Laplacian, Median Blur, dan Gradient),  Sobel (kedalaman, ukuran kernel, susunan x dan susunan y). Seluruh citra hasil transformasi akan digunakan pada proses ekstraksi fitur dan dapat mempercepat proses pembelajaran secara evolusioner. 

Pembelajaran Evolusioner

Fitur untuk klasifikasi tersusun atas sejumlah citra hasil 6 transformasi dasar. Transformasi ini bekerja secara berurutan. Jumlah, tipe, dan susunan transformasi serta parameter yang terkait ditentukan melalui pembelajaran evolusionr. Karena hasil transformasi maka pada fitur yang terkontruksi akan sangat mungkin terjadi proses transformasi lebih dari 1 kali namun dengan parameter berbeda. Dari hasil kajian menunjukkan bahwa 2 hingga 8 transformasi tiap fitur untuk mencapai akurasi tinggi dan komputasi yang efisien. Proses evaluasi dimulai dengan membuat fenotop dari fitur. Seumlah bagian populasi terpilih akan diseleksi melalaui metode turnamen seleksi untuk menhasilkan generasi. Pasangan fitur induk akan. Proses crossover dan mutasi akan belangsung selama 10 hingga 15 generasi sampai tercapai hasil grading terbaik berdasarkan skor fitness (kesesuaian) tertinggi atau stabil selama beberapa iterasi. 

Evaluasi Fitur

Dipilih secara acak untuk menghasilkan fitur baru mlalui crossover dan mutasi. Crossover dilakukan dengan mengambil sejumlah bagian hasil transformasi dari fitru induk lalu digabungkan dengan hasil transformasi pada bagian hasil transformasi dari fitur induk lain yang berkesesuain. Sementara mutasi dilakukan dengan mengmabil sejumlah fitur dari fitru induk untuk diperbaiki atau diganti pada fitur induk yang lain. Fitur anakan yang dihasilkan akan membentuk generasi fitur baru yang menyerupai fitur induk. 

Pengujian sistem pada sampel kerang menunjukkan sejumlah keunggulan dibanding dengan operasi manual yaitu akurasi mencapai 98,6% serta mampu mengatasi masalah inspeksi akibat kelelahan dan berbagai gangguan lainnya. 


Penulis : I Made Susi Erawan - LRMPHP


Kamis, 23 Desember 2021

LRMPHP Kembangkan Mesin Penggiling Bertingkat untuk Pembuatan Tepung Ikan

Tepung ikan memiliki potensi pasar yang cukup luas di Indonesia dengan permintaan mencapai 0,25 - 0,75 juta ton per tahunnya. Tetapi menurut Anam & Indarto (2018) yang dimuat dalam Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat menyampaikan bahwa sekitar 70% kebutuhan tersebut dipenuhi dari impor, yang artinya hanya sekitar 30% dipenuhi dari dalam negeri. Kondisi tersebut salah satunya disebabkan karena kurangnya volume produksi tepung ikan lokal dan juga kualitasnya masih rendah. 

Telah banyak dilakukan usaha untuk meningkatkan produksi tepung ikan lokal supaya dapat mengurangi ketergantungan dari impor. Salah satu usaha yang dilakukan adalah memanfaatkan ikan dari hasil tangkap samping yang tidak memilki nilai ekonomis tinggi dan belum termanfaatkan. Selain itu, pengembangan peralatan produksi yang memadai perlu dilakukan sehingga dapat meningkatkan volume dan kualitas tepung ikan lokal. Pengolah tepung ikan lokal sebagian besar masih menggunakan peralatan yang sederhana dan tradisional. Selain itu proses yang dilakukan juga bervariasi. Seperti disampaikan oleh Erlania (2012) dalam Media Akuakultur, bahwa proses pembuatan tepung ikan di kota Tegal, proses pemasakan bahan baku masih dilakukan dalam wadah perebusan diatas tungku dengan bahan bakar kayu bakar. Kemudian setelah selesai direbus dilakukan penjemuran dibawah sinar matahari. Setelah kering maka dilakukan penggilingan untuk membuat menjadi butiran halus yang siap dipasarkan.

Proses penggilingan merupakan tahapan yang penting dalam pembuatan tepung ikan. Penggilingan yang dilakukan oleh pengolah lokal biasanya menggunakan alat penggiling daging yang beredar di pasaran. Sebelum dilakukan proses penggilingan, bahan baku dipanaskan melalui proses perebusan atau pemasakan. Kendala yang sering dihadapi biasanya adalah kapasitas wadah / drum perebusan bahan baku yang terbatas, dan sering terjadi macet saat proses penggilingan.

Pada peralatan pengolah tepung ikan hasil rancangbangun Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (LRMPHP) seperti disajikan pada gambar 1,  proses pemasakan dan penggilingan dilakukan dalam satu alat yaitu menggunakan alat penggiling tepung ikan sistem bertingkat. Fungsi kerja alat ini adalah menggabungkan proses pemasakan dan penggilingan dalam satu alat. Alat terdiri dari dua ekstruder, ekstruder pertama untuk pemasakan, dan ekstruder kedua untuk penggilingan. Pada tahap pertama dilakukan pemanasan bahan baku di dalam ekstruder pertama. Sumber panas diperoleh dari uap boiler yang disalurkan ke barrel ekstruder tersebut. Pada tahap kedua adalah proses penggilingan bahan baku yang masih dalam kondisi panas. Di dalam ekstruder kedua dilengkapi dengan ulir yang berfungsi untuk mendorong ikan ke bagian ujung ekstruder. Bagian ujung ekstruder terdapat pisau yang berfungsi untuk memotong ikan yang akan dikeluarkan dari ekstruder dan die.

Gambar 1. Mesin Penggiling Bertingkat

Hasil uji kinerja alat menunjukkan bahwa nilai rendemen penggilingan sudah cukup baik yaitu diperoleh rendemen optimum 83%. Tetapi nilai kapasitas yang diperoleh masih belum optimal yaitu sebesar 25.68 kg/jam. Kondisi tersebut diduga disebabkan karena terjadi penumpukan bahan pada ujung ekstruder. Penumpukan tersebut disebabkan karena proses pengangkutan tidak seimbang dengan proses penggilingan atau pemotongan di ujung ekstruder. Selain itu diduga juga disebabkan karena proses pemasakan yang kurang optimal dan ketidakseragaman karakteristik bahan baku ikan yang digiling.

Penulis : Wahyu Tri H. - LRMPHP

Rabu, 22 Desember 2021

Membuat Cendol Dawet dari Rumput Laut

Dawet, ya…dawet atau cendol, siapa yang tidak mengenal minuman yang satu ini. Disaat panas terik menyengat, segelas es cendol dawet sangat mneyegarkan untuk sekedar pengusir rasa haus dan dahaga. Bahkan minuman ini juga dikenal lewat lagu mendiang Didi Kempot yang sempat hits beberapa waktu yang lalu. 

Ilustrasi minuman dawet 

Dawet biasanya terbuat dari tepung beras, tepung Hun Kwe dan agar-agar jeli. Beberapa bahan seperti pewarna kadang ditambahkan untuk menambah variasi rasa atau sekedar penggugah selera ataupun pembeda, seperti dawet ireng yang khas dari Purworejo menggunakan merang yang dibakar sebagai pewana alaminya. 

Ternyata, rumput laut jenis E. cottoni juga dapat digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan cendol dawet lho. Rumput laut diketahui banyak mengandung PUFA (Polyunsaturated Fatty Acid – asam lemak tak jenuh), serat dan diketahui memiliki efek sebagai antioksidan, antimutagenik, anti tumor dan dapat membantu metabolisme lipid dalam tubuh. Lalu bagaimana cara membuatnya? 

Pertama-tama yang harus dilakukan adalah menyiapkan bahan dan alatnya terlebih dahulu yaitu : rumput laut Eucheuma cottoni kering, tepung beras, Nutrijell, tepung Hun Kwe, air, kelapa, gula merah, gula pasir, garam, daun pandan. Sedangkan alat yang digunakan antara lain panci, spatula, kompor, timbangan, gelas ukur, cetakan dawet, baskom, pisau, telenan, mangkok, dan pengaduk kayu. Untuk adonan dibuat 2 macam, adonan pertama adalah bubur rumput laut dan yang kedua yaitu adonan dawet pada umumnya. Bubur rumput laut dibuat dengan cara rumput laut kering dicuci dibawah air mengalir sampai bersih lalu dipotong dengan ukuran panjang 0,5 cm sampai 1 cm. Rumput laut yang telah dipotong dimasukkan ke dalam panci, ditambah air sampai terendam, lalu direbus dengan api sedang sambil terus diaduk hingga mendidih. Setelah mendidih, api segera dimatikan dan dibiarkan hingga dingin. Adonan dawet dibuat dengan cara tepung Hun Kwe dicampur dengan tepung beras dan bubuk agar-agar jeli terlebih dahulu di dalam mangkok. Setelah tepung tercampur rata, dilarutkan dengan air sambil diaduk hingga terlarut sempurna. Selanjutnya larutan tepung tersebut dimasukkan ke dalam panci dan dimasak dengan api kecil sambil terus diaduk hingga menjadi adonan dawet setengah matang. 

Berdasarkan tulisan Illiyatus Sholiha berjudula Pengolahan Rumput Laut (Eucheuma cottonii) Menjadi Dawet Rumput Laut dalam Jurnal Biologi dan Pembelajarannya yang terbit pada April 2019 lalu, menyatakan bahwa campuran yang memberikan rasa, aroma dan tekstur dawet rumput laut terbaik adalah 500 gr adonan dawet dan 250 gr adonan bubur rumput laut. Selanjutnya campuran kedua adonan dimasak hingga matang dan menjadi adonan dawet rumput laut yang siap untuk dicetak. Adonan dicetak dalam keadaan panas menggunakan cetakan dawet di atas air matang yang sudah diberi es. Sebagai minuman, dawet rumput laut disajikan dengan santan dan larutan gula merah. Cukup mudah bukan pembuatan dawet rumput laut ini.

Dawet rumput laut di marketplace

Nah, untuk yang tidak ada waktu membuat sendiri, dawet ini sudah mulai banyak tersedia di supermarket kesayangan anda bahkan beberapa sudah ada yang menjual di lapak marketplace secara online. 


Penulis : Iwan Malhani Al Wazzan - LRMPHP

PENGERINGAN PAKAN IKAN DENGAN PENGERING ROTARY DRIER

Ketersediaan pakan dalam jumlah dan kualitas yang memadai mutlak dibutuhkan untuk keberhasilan suatu usaha ataupun penelitian budidaya perikanan. Pemberian pakan berbentuk pellet adalah pilihan yang baik, karena pada pakan pellet didalamnya telah terkandung bemacam-macam bahan pakan dalam kondisi homogen. Namun karena bersifat porous dan bila kadar airnya tinggi teksturnya menjadi tidak padat sehingga mudah rusak, hancur ataupun mudah berjamur. Agar tidak mudah hancur atau berjamur serta memperpanjang umur simpan maka kadar air pellet harus kurang dari 15%. Untuk menurunkan kadar air dapat dilakukan dengan cara pengeringan. Pengeringan yang paling murah menggunakan sinar matahari (dijemur), tetapi bila tidak memungkinkan (cuaca hujan) bisa juga menggunakan alat mesin pengering. Kadar air yang diperlukan dalam pakan ikan adalah antara 10-12 % (SNI 7674:2013) dan SNI 7768:2103 yaitu kurang dari 12%. 

Alternatif pengeringan antara lain diujicobakan oleh LRMPHP tahun 2020 yang dimuat dalam Prosiding Seminar Nasional Perikanan UGM Tahun 2020. Ujicoba mesin pengering rotary drier dilakukan untuk mengeringkan pakan ikan terapung setelah pencetakan ekstruder. Bahan yang digunakan adalah pakan ikan terapung setelah proses pencetakan ekstruder sejumlah 1485 gram seperti pada Gambar 1. Mesin rotary drier yang digunakan (Gambar 1) memiliki panjang 210 mm, diameter 305 mm, pemanas spesifikasi 900 watt dan dilengkapi dengan kipas 0,5 A dengan flow 244 CMM atau kecepatan 14,7 km/jam. Mesin dilengkapi juga hopper input, hopper output dan motor listrik 1 HP yang diatur pada putaran 29 rpm.

Gambar 1. Bahan pakan ikan yang dikeringkan dan rotary drier

Hasil pengujian pengeringan pakan ikan terapung dengan mesin rotary drier terutama berupa parameter waktu pengeringan, rendemen, kadar air pakan ikan dan daya listrik yang dibutuhkan. Rendemen yang dihasilkan total 5,3%. Rendemen ini terdiri dari pakan yang tersisa di rotary drier dan sebagian jatuh. Angka rendemen masih cukup tinggi sehingga dapat dilakukan perbaikan antara lain dengan mengatur kemiringan silinder sehingga pakan ikan dapat keluar dengan lebih mudah dari silinder rotary drier. Hasil lain yaitu suhu ruang pengering juga cukup rendah antara 35,9 - 38,3 °C sehingga relatif aman. Kadar air berkurang dari 13,582% menjadi 11,383 % setelah 6 siklus seperti pada Gambar 2. Mesin rotary drier LRMPHP ini dapat mengurangi kadar air pakan yang cukup baik yaitu sebesar 2,469%. 

Adapun kebutuhan arus dan daya listrik masing-masing 6,3 A dan 1421,03 watt. Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa waktu yang diperlukan untuk total 6 siklus adalah 19 menit 21 detik yang mana relatif cukup cepat. Dengan hasil-hasil tersebut dan bila dibandingkan dengan penelitian-penelitian lainnya, pengeringan dengan rotary drier ini masih dapat dipertimbangkan sebagai alternatif/tambahan pengeringan pakan ikan terapung.

Gambar 2. Kadar air pakan ikan pada pengujian pengeringan dengan rotary drier


 Penulis : Ahmat Fauzi - LRMPHP