EKONOMI BIRU

Arah Kebijakan Pembangunan Sektor Kelautan dan Perikanan 2021 - 2024 Berbasis EKONOMI BIRU

ZI WBK? Yes, We CAN

LRMPHP siap meneruskan pembangunan Zona Integritas menuju satuan kerja berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) yang telah dimulai sejak tahun 2021. ZI WBK? Yes, We CAN.

LRMPHP ber-ZONA INTEGRITAS

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan siap menerapkan Zona Integritas menuju satuan kerja berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) 2021.

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan

LRMPHP sebagai UPT Badan Riset dan SDM KP melaksanakan riset mekanisasi pengolahan hasil perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 81/2020

Tugas Pokok dan Fungsi

Melakukan tugas penelitian dan pengembangan strategis bidang mekanisasi proses hasil perikanan di bidang uji coba dan peningkatan skala teknologi pengolahan, serta rancang bangun alat dan mesin untuk peningkatan efisiensi penanganan dan pengolahan hasil perikanan

Produk Hasil Rancang Bangun LRMPHP

Lebih dari 30 peralatan hasil rancang bangun LRMPHP telah dihasilkan selama kurun waktu 2012-2021

Kerjasama Riset

Bahu membahu untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan dengan berlandaskan Ekonomi Biru

Sumber Daya Manusia

LRMPHP saat ini didukung oleh Sumber Daya Manusia sebanyak 20 orang dengan latar belakang sains dan engineering.

Kanal Pengelolaan Informasi LRMPHP

Diagram pengelolaan kanal informasi LRMPHP

Tampilkan postingan dengan label Publikasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Publikasi. Tampilkan semua postingan

Rabu, 19 Juli 2017

Potensi Pemanfaatan Udang Dan Rajungan Rucah Sebagai Bahan Baku Alternatif Pakan Ikan

Tepung ikan merupakan produk penting untuk menunjang usaha peternakan dan budidaya perikanan karena menjadi komponen utama sumber protein dalam formulasi pakan. Hal ini mengingat kandungan protein pada ikan yang cukup besar dan mencapai lebih dari 20%. Sejalan dengan berkembangnya industri peternakan dan budidaya perikanan, kebutuhan tepung ikanpun semakin meningkat. Permintaan tepung ikan berkisar antara 150.000 - 200.000 ton per tahun, dan diprediksi setiap tahunnya mengalami kenaikan 10 -15%. Dengan produksi lokal sekitar 45.000 ton, kebutuhan tepung ikan di dalam negeri harus dipenuhi dari impor. Sampai saat ini impor bahan baku pakan ikan, terutama tepung ikan setiap tahunnya mencapai 35% dari total impor perikanan Indonesia, padahal Indonesia memiliki banyak potensi perikanan yang dapat dimanfaatkan menjadi tepung ikan, misalnya udang dan rajungan rucah.

Udang dan rajungan merupakan komoditas penting perikanan di tingkat internasional. Namun demikian, terdapat udang maupun rajungan dalam jumlah besar yang tidak laku terjual oleh pemasar ikan lokal, baik karena kualitas yang tidak memenuhi standar maupun penurunan daya beli konsumen. Udang dan rajungan yang tidak laku terjual ini nilai ekonomisnya menjadi turun, tidak layak dikonsumsi manusia dan dapat dikategorikan sebagai udang dan rajungan rucah.

Melihat besarnya potensi udang dan rajungan rucah, serta kebutuhan akan bahan alternatif sebagai bahan baku pakan ikan, maka LRMPHP telah melakukan penelitian potensi pemanfaatan udang dan rajungan rucah sebagai bahan baku alternatif pakan ikan. Bahan untuk pembuatan tepung berupa udang dan rajungan yang diperoleh dari pasar ikan di pantai Depok, Bantul, DIY. Udang dan rajungan dicuci menggunakan air, lalu dikukus dengan menggunakan alat pengukus selama 30 menit, selanjutnya dilakukan proses penirisan dan penggilingan dengan menggunakan grinder. Material dalam kondisi lumat kemudian dijemur di bawah sinar matahari selama 2-3 hari hingga kering (estimasi kadar air w/w = 10%). 

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap tepung udang dan rajungan rucah yang diperoleh, keduanya mempunyai kenampakan warna khas tepung ikan sebagaimana terlihat pada Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Tepung udang dan rajungan rucah

Rendemen tepung udang dan rajungan yang diperolah masing-masing sebesar 15,87% dan 23,20%, penurunan bobot tersebut terjadi karena proses pengolahan dan pada saat pengeringan. Hasil pengujian kadar nutrisi, kimia, organoleptik dan mikrobiologi (Salmonella) tepung udang dan rajungan selengkapnya disajikan pada Tabel berikut.

Tabel. Hasil pengujian nutrisi, kimia, organoleptik dan Salmonella tepung udang dan tepung rajungan
Produk
Kadar Nutrisi dan Kimia (%)
Organo-leptik
Salmo-nella
Kalsi-um
Fos-for
NaCl
Air
Abu
Protein
Lemak
Serat
Tepung udang rucah
7,36
4,88
1,07
7,01
48,39
45,61
3,78
5,32
3,53
negatif
Tepung rajungan rucah
15,75
5,04
1,11
6,46
47,84
35,91
1,00
11,52
4,38
negatif
SNI Tepung Ikan 2016 (Mutu III)
2,5-7,0
1,6-4,0
≤4
≤12
≤30
≥45
≤12
≤3
≥6
negatif










Berdasarkan hasil pengujian tersebut terlihat bahwa kadar air, lemak, protein (tepung udang) dan NaCl masih memenuhi standar SNI, sedangkan kalsium, fosfor belum memenuhi standar SNI sehingga perlu dilakukan modifikasi/penambahan nutrien tertentu agar dapat memenuhi standar SNI. Hasil pengujian secara organoleptik juga menunjukkan bahwa tepung udang dan rajungan rucah yang dihasilkan dari percobaan ini belum memenuhi persyaratan yang ditetapkan SNI. Selain pengujian secara kimia dan organoleptik, pengujian secara mikrobiologi (Salmonella) kedua jenis tepung juga dilakukan dan hasilnya negatif sehingga memenuhi persyaratan SNI.

Sumber : Prosiding Semnaskan UGM 2015

Jumat, 14 Juli 2017

Desain Bilah Pisau Bowl Cutter dan Lama Pengadonan pada Pembuatan Nugget Ikan

Upaya untuk meningkatkan nilai tambah dan mengoptimalkan pemanfaatan produksi perikanan adalah pengembangan produk bernilai tambah. Beberapa produk yang telah dikembangkan menggunakan bahan baku ikan di antaranya bakso, otak-otak, sosis dan nugget ikan. Selain meningkatkan nilai tambah, produk olahan ikan tersebut sejalan dengan kebutuhan masyarakat yang menuntut makanan cepat saji serta mengandung cukup gizi. Jadwal yang padat dan gaya hidup masyarakat yang sibuk menuntut seseorang untuk dapat makan dengan cepat. Selain cepat, kebutuhan makanan cepat saji juga harus memenuhi standar gizi dan kesehatan. Salah satu makanan cepat saji dari pengolahan produk perikanan adalah nugget ikan. Produk olahan hasil perikanan tersebut menggunakan lumatan daging ikan dan atau surimi minimum 30 % dicampur tepung dan bahan lainnya, dibaluri dengan tepung pengikat, dimasukkan ke dalam adonan butter mix kemudian dilapisi dengan tepung roti dan dipanaskan.

Proses pembuatan nugget ikan dilakukan dengan menggiling daging ikan kemudian mencampur dengan bahan lainnya seperti tepung dan bumbu sampai dihasilkan adonan yang homogen. Setelah homogen adonan dicetak kemudian dikukus selama kurang lebih 10 menit, dilapisi dengan larutan buttermix dan breadcrumbs selanjutnya digoreng. Proses pembuatan nugget ikan skala UKM dilakukan secara manual dan menggunakan peralatan sederhana. Peralatan yang diperlukan dalam proses pembuatan nugget ikan di antaranya mesin pengiling daging, mesin pengadon dan alat pengukus. Mesin pengadon untuk pembuatan nugget yang biasa digunakan adalah bowl cutter. Fungsi utama dari bowl cutter adalah melumatkan daging ikan serta mengaduk campuran adonan untuk menghasilkan adonan nugget ikan yang homogen.

Bowl cutter yang ada di pasaran dapat digunakan untuk mencincang daging dan sayuran serta dapat pula digunakan untuk membuat adonan bakso, sosis maupun nugget. Komponen utama bowl cutter adalah bilah pisau dan motor penggerak. Bilah pisau berfungsi untuk mencacah daging sedangkan motor penggerak berfungsi untuk menggerakkan mangkuk dan bilah pisau secara bersamaan. Bentuk dan jumlah bilah pisau bowl cutter tersebut didesain umumnya untuk berbagai olahan dan berbagai jenis adonan. Bentuk dan jumlah bilah pisau yang bervariasi tentunya akan menghasilkan mutu adonan dan konsumsi energi yang beragam. 

Penggunaan bowl cutter dalam pengolahan nugget ikan di beberapa UKM di Gunungkidul menunjukkan beberapa kendala diantaranya pencampuran adonan membutuhkan waktu yang relatif lama dan kualitas adonan kurang homogen. Jumlah dan bentuk bilah pisau serta lamanya proses pengadonan yang dilakukan dalam pengolahan nugget ikan di beberapa UKM sangat bervariasi. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas adonan nugget serta biaya operasional dan waktu pengadonan menjadi hal penting untuk diketahui. Bowl cutter yang biasa digunakan UKM menggunakan motor listrik dengan daya berkisar antara 1100 sampai 1900 Watt. Kebutuhan listrik tersebut cukup besar untuk skala UKM, sehingga pengadonan yang dilakukan sesingkat mungkin dengan mempertimbangkan kualitas nugget dan dapat menghemat biaya operasional.

LRMPHP telah mengembangkan beberapa bentuk dan susunan bilah pisau Bowl cutter salah satunya dengan 3 buah bilah pisau melengkung (Gambar 1.).

Gambar 1. Desain bowl cutter dengan 3 buah bilah pisau melengkung

Bahan yang digunakan untuk membuat bilah pisau bowl cutter adalah plat SS 304 tebal 2 mm dan batang teflon berdiameter 11 cm. Desain bilah pisau melengkung mempunyai bentuk ± 3/8 lingkaran dengan panjang 80 mm dari sisi luar dudukan. Lebar bilah pisau sebesar 22 mm dengan tebal 3 mm. Radius putar bilah pisau dari pusat poros sebesar 130 mm. Kelengkungan bilah pisau mempunyai radius 50 mm dengan sisi tajamnya terletak pada lengkung bagian luar. Sudut ketajaman sekitar 120 pada salah satu sisi bilah pisau. 

Uji kinerja alat dilakukan menggunakan volume bowl sebesar 10 L dengan pesifikasi mesin 1700 W dengan komponen utama adalah motor listrik, pupy, belt, poros dan bowl. Kecepatan putar bilah pisau dan bowl masing-masing sebesar 1535 dan 29 rpm. Selama proses pengadonan kebutuhan rata-rata arus listrik sebesar 4,2 A pada tegangan 220 Volt dengan kebutuhan daya berkisar 895 - 928 Watt.

Gambar 2. Uji kinerja bowl cutter

Hasil uji kinerja terhadap bowl cutter menunjukkan bahwa dengan desain 3 bilah pisau melengkung dengan lama pengadonan 8 menit kebutuhan biaya operasional listrik sebesar Rp. 2.700/100 kg adonan, dengan mutu nugget sesuai standar SNI. Nugget yang dihasilkan pada kondisi tersebut mempunyai kadar air 54,2 %, tektur sebesar 12,6 N, susut masak 16,7 %, WHC 32,9 % dan nilai organoleptik lebih dari 7. 

Sumber : Jurnal Pasca Panen dan Bioteknologi KP, Vol 11 No. 1 (2016)

Rabu, 12 Juli 2017

Peti Ikan Segar Berpendingin Roda Tiga untuk Pedagang Ikan Keliling

Ikan merupakan produk pangan yang mudah rusak, karena proses pembusukan terjadi segera setelah ikan mati. Pembusukan ikan adalah faktor utama penyebab terjadinya penurunan mutu ikan segar. Aktivitas pembusukan secara kimiawi dan enzimatis dapat diperlambat dengan menerapkan sistem rantai dingin. Penanganan ikan segar selama transportasi dan penyimpanan sebaiknya dilakukan pada suhu di bawah 5 0C. 

Tempat penyimpanan ikan yang digunakan oleh pedagang ikan keliling umumnya menggunakan kotak stirofom yang ditambahkan es sebagai pendingin kemudian diletakkan di atas sepeda motor. Penggunaan bongkahan es yang besar dan kasar serta tajam dapat menyebabkan kerusakan fisik ikan akibat gesekan yang terjadi antara es dengan permukaan ikan selama kegiatan transportasi. Selain itu penambahan es dapat mengurangi kapasitas peti serta menambah bobot sehingga dapat mengganggu keseimbangan berkendaraan karena kapasitas angkut sepeda motor terbatas. 

Untuk mengatasi hal itu, LRMPHP telah mengembangkan sespan berpendingin untuk pedagang ikan keliling yang mampu mempertahankan suhu dan mutu kesegaran ikan selama proses penjualan ikan eceran oleh pedagang ikan keliling. Peti berpendingin tersebut terbuat dari bahan Polyurethane berukuran 81 x 53 x 83 cm (PxLxT) yang dikonstruksikan dengan menambahkan sebuah roda pada peti pada bagian samping sebelah kiri sepeda motor (Gambar 1). Sistem pendingin mengadopsi sistem pendingin chest freezer merk Modena tipe MD 15 dengan spesifikasi kompresor Panasonic 123 Watt.


Gambar 1. Peti insulasi berpendingin roda tiga yang didesain LRMPHP
Peti insulasi berpendingin roda tiga dengan kapasitas hingga 90 kg di atas telah diuji coba oleh pedagang ikan keliling di daerah Gunung Kidul, Yogyakarta. Hasilnya menunjukkan bahwa peti ikan berpendingin tersebut dapat mempertahankan suhu ikan di bawah 3 0C pada saat dilakukan penjualan ikan secara eceran selama 3,8 jam. Suhu peti pada uji coba dalam kondisi kosong selama 120 menit mencapai 11,1 0C - 15,5 0C. Nilai organoleptik ikan setelah kegiatan transportasi adalah 7,1 - 7,3, sedangkan nilai TPC adalah 23 x 103 - 24 x103 koloni/g. Nilai TPC dan organoleptik ikan setelah transportasi memenuhi standar mutu ikan segar (SNI), hal ini menunjukkan bahwa peti ikan segar berpendingin dapat mempertahankan mutu ikan segar selama proses penjualan ikan secara eceran. 

Sumber : Jurnal Pasca Panen dan Bioteknologi KP, Vol 10 No. 1 (2015)

Jumat, 02 September 2016

Jumat, 26 Agustus 2016

Usulan Rekomtek 2016 dari LPPMPHP


Berdasarkan undangan No 2382/BALITBANGKP.0/TU.330/VIII/2016 tanggal 19 Agustus 2016 dari Sekretaris BalitbangKP, dua orang pegawai LPPMPHP mengikuti dan mempresentasikan usulan rekomendasi teknologi (rekomtek) lingkup KKP tahun 2016 yang dilaksanakan di Gedung BalitbangKP Ancol, Jakarta pada tanggal 26 Agustus 2016.

Berdasarkan undangan, terdapat 36 usulan rekomtek yang dinyatakan lulus seleksi awal dan mengikuti seleksi / penilaian berupa pemaparan usulan rekomtek. 36 usulan rekomtek ini diklasifikasikan menjadi 4 bidang / kategori, yaitu bidang perikanan tangkap (2 judul), bidang perikanan budidaya (27 judul), bidang pascapanen dan pemasaran (6 judul) dan bidang kelautan (1 judul).

Rangkaian pelaksanaan acara meliputi Pembukaan oleh Ketua Komisi Litbang (Bapak Fathuri Sukadi). Beliau menyampaikan data-data peserta yang akan melakukan presentasi usulan rekomtek, serta menjelaskan teknis pembagian ruangan untuk presentasi. Usai pembukaan, peserta menuju ke masing-masing ruangan yang sudah ditentukan. Acara dilanjutkan dengan pemaparan usulan rekomtek dari masing-masing peserta. Tim dari LPPMPHP menjadi satu ruang dengan tim dari P3DSPBKP (bidang pascapanen). Bertindak selaku evaluator dan tim penilai yaitu :
  • Prof. Dr. Endang Sri Heruwati
  • Dr. Farid Widodo (UNDIP)
  • Dr. Wini Trilaksani (IPB)
  • Bapak Thomas Darmawan
  • Ir. Nugroho Aji, M.Si (Kapuslitbang Daya Saing Produk dan Bioteknologi KP)
Adapun usulan rekomtek dari LPPMPHP yang dipaparkan pada kesempatan ini yaitu :
  • Alat Transportasi Ikan Berpendingin untuk Pedagang Ikan keliling Menggunakan Sepeda Motor (ALTIS-2)
  • Alat pencacah tulang dan kepala ikan - Shredder untuk Pengolahan Tepung Ikan

Selasa, 08 Desember 2015

Uji Kinerja Alat Steam Boiler Sebagai Sumber Energi dalam Ekstraksi Alginat

Arif R. Hakim dan Caesar Mahendra

Loka Penelitian dan Pengembangan Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan

Abstrak

Telah dilakukan uji kinerja alat steam boiler sebagai sumber energi pada ekstraksi rumput laut Sargassum menjadi alginat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan perlakuan terbaik performansi steam boiler sebagai sumber uap panas. Steam boiler yang digunakan merupakan steam boiler jenis pipa air (water tube). Perlakukan yang digunakan dalam uji ini ialah variasi volume air umpan (water feed) yaitu 20, 30 dan 40 liter, serta besar tekanan uap 1 dan 2 atm. Selanjutnya parameter yang di amati meliputi waktu pemanasan, konsumsi bahan bakar, suhu output, kapasitas boiler, jumlah uap panas dan rendemen ekstrak rumput laut yang dihasilkan. Dari hasil pengujian di peroleh bahwa perlakukan terbaik yang diuji cobakan adalah dengan air umpan sebanyak 30 liter pada tekanan 1 atm. Dengan nilai rata-rata lama pemasakan selama 72.67 menit, kebutuhan bahan bakar 0.87 kg, suhu output 86 0C, volume uap panas yang dihasilkan 6034.13 kJ/jam dan rendemen ekstrak rumput laut yang dihasilkan sebanyak 70.3 %.

Kata kunci : ekstrak rumput laut, steam boiler, uap panas

Analisa Kekuatan Struktur Selongsong Adonan Pada Desain Alat Pengisi Adonan Tahu Tuna Sistem Pedal Listrik

I Made Susi Erawan dan Arif Rahman Hakim

Loka Penelitian dan Pengembangan Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan

Abstrak

Hasil Perancangan Alat Pengisi Adonan Sistem Pedal Listik Ke Dalam Tahu telah dilaksanakan. Salah satu komponen utama dari alat yang dirancang adalah selongsong adonan. Rancangan digambar dan khususnya analisis komponen selongsong menggunakan Software Solidworks Release 2013. Hasil analisis selongsong adonan menunjukkan traslational displacement terbesar pada bagian holder selongsong sebesar 0,000168375 mm , Nilai von misses terbesar adalah 5,79638107 N/m2 yang lebih kecil dibandingkan nilai elastic modulus stainless steel sebesar 1,9x1011 N/m2 . Berdasarkan nilai tersebut rancangan selongsong adonan dapat diterima dan dipabrikasi pada tahap selanjutnya.

Kata Kunci: pengisi adonan, tahu tuna, sistem pedal

Uji Coba Pembuatan Pupuk Granul Berbahan Rumput Laut Dengan VariasiKecepatan Dan Kemiringan Granulator

Zaenal A. Siregar,dan Bakti B.Sedayu

Loka Penelitian dan Pengembangan Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan

Abstrak

Uji coba peralatan pembuatan pupuk granul rumput laut telah dilakukan. Granul merupakan salah satu jenis pupuk yang sering digunakan. Proses pembuatan pupuk dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kecepatan dan kemiringan granulator merupakan faktor yang dapat mempengaruhi hasil produksi pupuk granul. Uji coba dilakukan berdasarkan beragam kecepatan antara lain 40 RPM, 50 RPM dan 60 RPM pada bagian piringan granulator dengan kemiringan 150°, selain itu dilakukan uji coba dengan keberagaman kemiringan granulator antara lain 90°, 120°, dan 150° dengan kecepatan 60 RPM pada motor selama 1200 detik. Bahan baku yang digunakan berupa rumput laut jenis sargassum sp. dikombinasi dengan bahan organik. Hasil uji coba kecepatan 60 RPM pada motor dengan kemiringan 90° memperoleh hasil produksi terbaik diantara yang lain dengan tingkat penerimaan produk sebanyak 36%.

Kata kunci: granul, granulator, pupuk rumput laut, kecepatan, kemiringan, hasil produksi

Mutu Tepung Ikan Rucah Pada Berbagai Proses Pengolahan

Luthfi Assadad, Arif R. Hakim, dan Tri N. Widianto
Loka Penelitian dan Pengembangan Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan

Abstrak

Telah dilakukan sebuah penelitian untuk memanfaatkan ikan rucah dalam rangka pemanfaatan hasil samping, penerapan konsep zero waste dan peningkatan nilai tambah menjadi produk tepung ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mutu tepung ikan rucah (kimia, mikrobiologi dan sensori) pada berbagai proses pengolahan. Ikan rucah diproses menjadi tepung ikan dengan tiga perlakuan pengolahan yang berbeda, yaitu perebusan, pengukusan dan presto. Suhu selama proses dicatat setiap lima menit dan bobot produk pada setiap akhir tahapan pengolahan ditimbang. Tepung ikan yang diperoleh dianalisis dengan parameter pengujian kimia, mikrobiologi dan organoleptik sesuai Standar Nasional Indonesia SNI 01-2715-1996. Hasil percobaan menunjukkan bahwa kestabilan suhu selama proses dapat tercapai pada perlakuan perebusan, dan rendemen akhir tertinggi pada perlakuan pengukusan, yaitu sebesar 23.04% dari bobot awal. Seluruh perlakuan memberikan nilai kadar protein di atas 50% dan kadar lemak di bawah 14% (memenuhi persyaratan SNI). Hasil pengujian mikrobiologi terhadap tepung ikan rucah untuk semua perlakuan negatif Salmonella dan memenuhi persyaratan SNI. Perlakuan perebusan mempunyai nilai tertinggi untuk parameter kenampakan dan tekstur pada pengujian organoleptik. Secara umum, perlakuan perebusan memberikan mutu tepung ikan rucah terbaik, dengan kadar air, protein, serat, abu, lemak, kalsium, fosfor dan NaCl berturut-turut sebesar 5,62%, 58,02%, 1,46%, 15,79%, 13,39%, 4,36%, 4,13%, dan 0,36%.

Kata kunci: ikan rucah, metode pengolahan, SNI 01-2715-1996, tepung ikan

Preparasi Ikan Kuniran (Upeneus sulphureus) Pada Proses Pemisahan Daging Menggunakan Meat Bone Separator

Bakti Berlyanto Sedayu, I Made Susi Erawan, dan Putri Wullandari
Loka Penelitian dan Pengembangan Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan

Abstrak
Untuk mendapatkan cara pemisahan daging ikan yang efektif menggunakan meat-bone separator, dilakukan perlakuan preparasi terhadap ikan sebelum dimasukan ke dalam mesin, yaitu: utuh, disayat, dan dibelah. Selain itu, dilakukan juga simulasi pengepresan terhadap ikan menggunakan Texture Analyser, meniru proses pemisahan daging ikan diantara sabuk penekan dan permukaan silinder berpori pada mesin. Hasil uji menunjukkan bahwa kekerasan ikan dipengaruhi oleh jenis preparasi, dengan nilai tertinggi ikan utuh, kemudian diikuti dengan ikan yang disayat dan dibelah. Jenis preparasi dan kekerasan ikan juga turut mempengaruhi lamanya waktu proses pemisahan, rendemen, serta kualitas daging lumat yang dihasilkan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa secara umum, teknik preparasi terbaik yaitu dengan cara disayat, dengan waktu proses pemisahan tercepat (11,35 kg/jam), jumlah rendemen yang tinggi (67,5%), serta memiliki kadar abu yang merepresentasikan kandungan tulang yang terikut dalam daging paling rendah (0,82% W B). Selain itu, pada preparasi ikan yang disayat juga memberikan karakteristik fish-gel yang terbaik untuk nilai kekerasan 1295 g, chewiness 684, dan gumminess 576.

KATA KUNCI: Meat bone separator, kekerasan, preparasi, kualitas daging lumat


Rabu, 04 Februari 2015

Pembuatan Biodiesel dari Limbah Industri Fillet Ikan Patin (Pangasius sp)

Tri Nugroho Widianto dan Luthfi Assadad
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Abstrak

Telah dilakukan penelitian pembuatan biodiesel dari minyak hasil ekstraksi limbah industri fillet ikan patin. Pembuatan biodiesel dilakukan melalui beberapa tahap proses yaitu esterifikasi dua tahap, transesterifikasi, pencucian biodiesel dan pemanasan. Pengujian biodiesel yang dilakukan mengacu pada SNI 04-7182-2006 dengan parameter pengujian meliputi densitas, viskositas kinematik, kadar gliserol, bilangan asam, bilangan iod, kadar abu sulfat, kadar air dan sedimen, residu karbon, kandungan sulfur dan titik nyala. Hasil pengujian menunjukkan bahwa biodiesel yang diperoleh mempunyai densitas 0.8615 g/mL, viskositas kinematik 3.5548 cSt, kadar gliserol 0.0757%w, bilangan asam 0.1169 mg KOH/g, bilangan iod 72.72 g I2/100g, kadar abu sulfat 0,00%w, kadar air dan sedimen <0.05%w, residu karbon 0.007%w, kandungan sulfur 298 ppm, dan titik nyala 177oC. Dari keseluruhan parameter pengujian, hanya parameter kandungan sulfur yang nilainya tidak memenuhi standar, yaitu di atas 100 ppm.

Kata kunci : biodiesel, limbah, patin, fillet, SNI 04-7182-2006



Uji Kinerja Alat Pengering Mekanis Tipe V Untuk Pengeringan Rumput Laut

Luthfi Assadad dan Diini Fithriani. 2011 Uji Kinerja Alat Pengering Mekanis Tipe V untuk Pengeringan Rumput Laut. Prosiding Seminar Nasional Tahunan VIII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan Jilid III. Hlm (PP 08) 1 - 5. ISBN 978-602-9221-07-7

Pengaruh Teknik Preparasi Terhadap Daging Lumat Ikan Putihan (Gerespunctatus)

Pengaruh Teknik Preparasi Terhadap Daging Lumat Ikan Putihan (Geres punctatus)
Oleh I Made Susi Erawan dan Bakti B. Sedayu
Prosiding Semnas Tahunan XI UGM Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan Jilid III Tahun 2014

Abstrak Paper

Prototipe Peti Insulasi Berpendingin Menggunakan Termoelektrik Untuk Transportasi Ikan Segar

Prototipe Peti Insulasi Berpendingin Menggunakan Termoelektrik Untuk Transportasi Ikan Segar
Oleh Tri Nugroho W
Prosiding Semnas Tahunan XI UGM Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan Jilid III Tahun 2014

AbstrakPaper 

Rancang Bangun Alat Pengaduk Mekanis Untuk Pembuatan Dodol Rumput Laut

Rancang Bangun Alat Pengaduk Mekanis Untuk Pembuatan Dodol Rumput Laut
Oleh Arif Rahman Hakim dan Luthfi Assadad
Prosiding Semnas Tahunan XI UGM Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan Jilid III Tahun 2014

Abstrak Paper

Uji Coba Peti Ikan Segar Berpendingin Untuk Pedagang Ikan Keliling

Uji Coba Peti Ikan Segar Berpendingin Untuk Pedagang Ikan Keliling
Oleh Tri Nugroho W, Wawan Hermawan, dan Bagus Setiadi Bandol Utomo
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 9 No 2, 2014

Abstrak Paper

Pupuk Cair dari Rumput Laut Euchema cottonii, Sargassus sp, danGracillaria sp Menggunakan Proses Pengimposan

Pupuk Cair dari Rumput Laut Euchema cottonii, Sargassus sp, dan Gracillaria sp Menggunakan Proses Pengimposan
Bakti Berlyanto Sedayu, I Made Susi Erawan, dan Luthfi Assadad
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 9 No 1, Juni 2014

Abstrak Paper

Rancang Bangun Alat Impregnasi Vakum dan Uji Performansinya pada Filet Ikan

Rancang Bangun Alat Impregnasi Vakum dan Uji Performansinya pada Filet Ikan
Arif Rahman Hakim, Gunawan, dan Rodiah Nurbaya Sari
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 9 No 1, Juni 2014

Abstrak Paper

Jumat, 30 Januari 2015

Pengaruh Ukuran Partikel Limbah Padat Pengolahan Agar-agar danKonsentrasi Polipropilen Terhadap Kualitas Papan Partikel

Jamal Basmal, Novita Ujiani, dan Ruddy Suwandi.

Prosiding Seminar Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, 2009.

Effect of KCL Concentration on The Precipitation of Carrageenan fromE.cottonii Extract

Effect of KCL Concentration on The Precipitation of Carrageenan from E.cottonii Extract
Jamal Basmal, Bakti Berlyanto Sedayu and Bagus Sediadi Bandol Utomo.

Jurnal Pasca Panen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan SPECIAL EDITION IN CONJUNCTION WITH WORLD OCEAN CONFERENCE 2009