EKONOMI BIRU

Arah Kebijakan Pembangunan Sektor Kelautan dan Perikanan 2021 - 2024 Berbasis EKONOMI BIRU

ZI WBK? Yes, We CAN

LRMPHP siap meneruskan pembangunan Zona Integritas menuju satuan kerja berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) yang telah dimulai sejak tahun 2021. ZI WBK? Yes, We CAN.

LRMPHP ber-ZONA INTEGRITAS

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan siap menerapkan Zona Integritas menuju satuan kerja berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) 2021.

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan

LRMPHP sebagai UPT Badan Riset dan SDM KP melaksanakan riset mekanisasi pengolahan hasil perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 81/2020

Tugas Pokok dan Fungsi

Melakukan tugas penelitian dan pengembangan strategis bidang mekanisasi proses hasil perikanan di bidang uji coba dan peningkatan skala teknologi pengolahan, serta rancang bangun alat dan mesin untuk peningkatan efisiensi penanganan dan pengolahan hasil perikanan

Produk Hasil Rancang Bangun LRMPHP

Lebih dari 30 peralatan hasil rancang bangun LRMPHP telah dihasilkan selama kurun waktu 2012-2021

Kerjasama Riset

Bahu membahu untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan dengan berlandaskan Ekonomi Biru

Sumber Daya Manusia

LRMPHP saat ini didukung oleh Sumber Daya Manusia sebanyak 20 orang dengan latar belakang sains dan engineering.

Kanal Pengelolaan Informasi LRMPHP

Diagram pengelolaan kanal informasi LRMPHP

Tampilkan postingan dengan label Berita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Berita. Tampilkan semua postingan

Kamis, 18 Juni 2020

Monitoring Kesegaran Ikan Mas Non destruktif dan Riil Time Berbasis Mesin Visi dan Pemodelan Cerdas

Penelitian yang dipublikasikan pada Jurnal Computers and Electronics in Agriculture 159 (2019) 16–27 telah mengkaji  pengembangan metode baru berbasis jaringan syaraf tiruan untuk menguji kesegaran ikan mas (Cyprinus carpio) selama penyimpanan dengan es. Masyarakat mengkonsumsi ikan sebagai bahan makanan bernilai tinggi dan aman dalam diet hariannya. Kebiasaan konsumsi masyarakat tersebut  didukung oleh fakta tingginya unsur gizi sekaligus kandungan lemak yang rendah pada ikan hasil budidaya perikanan. Karena ikan dapat mengalami kerusakan secara cepat maka penelitian untuk menguji kesegaran ikan menjadi hal yang layak dilakukan untuk menjawab isu-isu utama di sektor industri budidaya perikanan.

 

Sistem yang dikembangkan terdiri dari dua tahap utama yaitu menangkap citra sampel ikan dilanjutkan dengan proses pengolahan citra. Proses komputasi piksel dilakukan pada sembilan channel atau ruang warna yaitu : R, G, B, L, a, b, H, S,dan I. Pada masing-masing ruang warna tersebut dilakukan ekstraksi 6 tipe fitur tekstur citra. Selanjutnya, hibridasi algoritma machine learning Artificial Bee Colony dan Artificial Neural Network (ABC-ANN) diterapkan untuk memilih fitur tekstur citra terbaik. Sebagai langkah akhir digunakan sejumlah pengklasifikasi meliputi Support Vector Machine (SVM), k-Nearest Neighbor (kNN), dan Artificial Neural Network (ANN) untuk mengklasifikasikan citra sampel ikan mas.

 

Performa terbaik pengklasifikasi kNN ditunjukkan dengan tingkat akurasi mencapai 90,48% pada ukuran neighborhood (piksel bertetangga) sebanyak 8. Sementara untuk pengklasifikasi SVM melalui pengaturan parameter fungsi kernel polinomial dengan parameter C dan sigma masing-masing bernilai 1 dan 2 mampu menghasilkan performa akurasi sebesar 91,52%. Pada pengklasifikasi ANN digunakan algoritma Multi Layer Perceptron (MLP) dengan konfigurasi lapisan input (input layer) sebanyak 22 fitur tekstur citra, hidden layer (lapisan tersembunyi), dan sebagai lapisan output digunakan 4 jenis klasifikasi kesegaran ikan yang meliputi: Sangat Segar, Segar, Agak Busuk, dan Busuk. Dengan konfigurasi tersebut MLP mampu mencapai tingkat akurasi 93,01%. Hasil yang dicapai tersebut menunjukkan tingginya performa pengklasifikasi ANN sebagai salah satu metode pengujian kesegaran ikan mas yang non destruktif,  riil time, cepat, akurat, dan otomatis.

 

Hal tersebut juga menegaskan potensi metode mesin visi yang digabungkan dengan syaraf tiruan (ANN) sebagai teknik cerdas untuk menilai kesegaran ikan. Adapun tahap penangkapan citra, pengolahan citra, seleksi fitur dan  proses klasifikasi ditampilkan pada gambar berikut:

Sumber A. Taheri-Garavand, et al. (2019)

Penulis : I Made Susi Erawan

Selasa, 16 Juni 2020

Lantik 2 Pejabat Baru, Menteri Edhy Ingatkan Pentingnya Kekompakan

Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo melantik dua pejabat baru di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Keduanya ialah Komjen Pol Antam Novambar yang diangkat menjadi Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Dr. Pamuji Lestari sebagai Staf Ahli Menteri Bidang Ekologi dan Sumber Daya Kelautan.

Pengangkatan kedua pejabat tersebut sesuai dengan surat Kepres Nomor 94/TPA Tahun 2020 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan dari, dan, dalam Jabatan Pimpinan Tinggi Madya di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

"Pejabat baru akan memberikan warna yang lebih baru lagi bagi sektor kelautan dan perikanan," kata Menteri Edhy usai pelantikan di Gedung Mina Bahari III, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta, Senin (15/6/2020).

Menteri Edhy mengingatkan tugas memajukan sektor kelautan dan perikanan tidaklah ringan. Karenanya, dia meminta jajarannya untuk terus menjaga kekompakan untuk mengatasi segala persoalan dan menjaga komunikasi yang baik dengan berbagai pihak.

"Selamat bertugas, apa yang menjadi kendala bisa kita atasi bersama," sambungnya.

Selain itu, di hadapan para pejabat yang hadir pada pelantikan tersebut, Menteri Edhy menegaskan pembangunan sektor kelautan dan perikanan sebagai kunci keberhasilan. Sebagaimana pesan Presiden Joko Widodo agar sektor ini menjadi salah satu penguat ekonomi bangsa.

"Pembangunan kunci untuk berhasil. Sektor ini harus bisa menjadi sektor untuk menegakkan ekonomi," tegasnya.

Sementara Antam Novambar memastikan kesiapannya untuk mengabdikan diri dalam memajukan sektor kelautan dan perikanan. Menurutnya, jabatan adalah amanah yang harus diemban dengan penuh tanggung jawab.

"Saya sudah siap mengabdikan diri untuk bangsa ini, terutama di sektor kelautan dan perikanan," kata Antam.

Sebagai informasi, pelantikan dilakukan dengan mengikuti protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid-19 seperti jaga jarak (physical distancing), penggunaan masker serta penyediaan hand sanitizer dan tanpa berjabat tangan. Turut hadir dalam pelantikan tersebut Ketua MPR, Bambang Soesatyo, Ketua Komisi IV, Sudin serta sejumlah pejabat KKP.

Sebelumnya, sejak 27 Februari 2020, Antam Novambar ditugaskan di KKP sebagai pelaksana tugas (Plt) Sekjen. Dia menggantikan Nilanto Prabowo yang kini didapuk sebagai Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan.

Sejak Rabu 8 April 2020, Antam juga telah diangkat sebagai jenderal bintang tiga Polri. Pengangkatan ini sesuai dengan Surat Telegram NOMOR.-STR/ IbM /1V/KEP./2020.

 

 

Sumber : KKP

 


Senin, 08 Juni 2020

Teknik Non Destruktif Handal Untuk Menentukan Tingkat Kesegaran Ikan Mullet Merah

Penilaian kesegaran ikan dapat dilakukan menggunakan metode kimia, sensori, dan fisik. Selain metode sensori, sejumlah teknik instrumental telah dikembangkan untuk melengkapi penilaian secara sensori  tersebut. Sebuah penelitian terkait teknik instrumental yang telah dipublikasikan di Eur Food ResTechnol DOIi10.1007/s00217-017-2924-0 bertujuan untuk membangun dan menguji penilaian kesegaran mullet merah selama penyimpanan pada suhu 0oC dan 4oC melalui penerapan metode uji fisik berbasis sistem komputer visi.

 

Untuk menguji efektivitas sistem pengujian secara fisik yang dibangun, 3 fitur terkait pengolahan citra yaitu penurunan kecerahan pigmen kulit, indeks kecekungan mata, indeks perluasan lendir serta 1 fitur terkait tekstur daging ikan yaitu tingkat firmness digunakan sebagai pembanding dengan hasil pengujian secara sensori berbasis skor (Quality Index Method – QIM) dan hasil uji senyawa trimetilamin secara kimia.

 

Sesuai estimasi bahwa ikan lebih cepat mengalami penurunan mutu pada suhu lebih tinggi. Pengujian tekstur ikan secara instrumental memungkinkan deteksi terhadap perubahan firmness yang spesifik karena dimulainya tahap rigor mortis dan proses pelunakan daging secara kontinyu. Hasil uji tiga parameter komputer visi mencakup penurunan kecerahan pigmen kulit dan indeks kecekungan mata menunjukkan kemampuan yang tinggi untuk memprediksi penurunan kualitas mullet merah yang berhubungan dengan dua kondisi temperatur penyimpanan berbeda. Hasil uji kedua parameter tersebut juga sejalan dengan hasil uji trimetilamin secara kimia dan hasil uji sensori berbasis skor QIM.  Proses pengujian parameter penurunan kecerahan pigmen kulit ikan dan perubahan indeks kecekungan mata ikan ditunjukkan pada gambar berikut :

Sumbert : Tappi et al. (2017)

 Penulis : I Made Susi Erawan


Jumat, 05 Juni 2020

Normal Baru di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan

“New Normal” atau normal baru merupakan istilah yang akhir-akhir ini selalu kita dengar, entah di media cetak, media sosial apalagi media elektronik. Istilah “New Normal“ pertama kali digunakan oleh Roger McNamee, yaitu seorang investor teknologi, dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Polly LaBarre bertajuk “The New Normal” di majalah Fast Company pada tanggal 30 April 2003. Menurut Roger McNamee, “New Normal” atau Normal Baru adalah suatu waktu dimana kemungkinan besar anda bersedia bermain dengan aturan baru untuk jangka panjang. Dalam kaitannya dengan pandemi Covid-19 yang sedang melanda berbagai negara, istilah normal baru mengacu pada perubahan perilaku manusia setelah pandemi ini, mengantisipasi bahwa pandemi virus ini akan mengubah tatanan kehidupan sehari-hari bagi sebagian besar orang, utamanya interaksi sesama manusia di tempat-tempat umum seperti pusat perbelanjaan, pasar, rumah sakit, apotik, tempat wisata dan tempat-tempat keramaian lainnya termasuk perkantoran.Pada 26 Mei 2020, Presiden Joko Widodo telah menyampaikan bahwa pada bulan Juni 2020, merupakan awal dimulainya normal baru di 4 Provinsi di Indonesia yaitu DKI Jakarta, Gorontalo, Jawa Barat dan Sumatera Barat serta 25 kabupaten/kota lainnya. Surat Edaran Kementerian PAN dan RB Nomor 58 Tahun 2020 yang diterbitkan pada tanggal 29 Mei 2020 menyebutkan bahwa kebijakan work from home (WFH) untuk ASN akan berakhir pada 4 Juni 2020 dan selanjutnya seluruh ASN harus bersiap untuk bekerja kembali seperti biasa dalam tatanan normal baru mulai tanggal 5 Juni 2020.

Menindaklanjuti Surat Edaran tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan menerbitkan Surat Edaran Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor B-308/MEN-KP/VI/2020 mengenai Penyesuaian Sistem Kerja Dalam Tatanan Normal Baru Bagi Pegawai Di Lingkungan Kementerian Kelautan Dan Perikanan. Hanya diri kita sendirilah yang dapat menjaga diri kita. Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Jenderal KKP, Antam Novambar, dalam pembukaan TalkShow Tatanan Normal Baru di Lingkungan Kementeriamn Kelautan dan Perikanan pada 5 Juni 2020. Lebih lanjut disampaikan bahwa pandemi Covid-19 ini merupakan ancaman serius yang tidak boleh menyurutkan produktifitas kerja dan berkarya dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Menjaga jarak, menjaga kebersihan dan selalu mematuhi setiap ketentuan yang telah ditetapkan merupakan suatu kewajiban seluruh pegawai KKP. Pelayanan publik tidak kepada masyarakat boleh berhenti, demikian pula pelaksanaan program dan anggaran. Khusus untuk pegawai yang hamil/memiliki bayi (anak <3 tahun) tidak diperkenankan melaksanakan WFO dan harus tetap WFH.

Pada acara yang sama, Kepala Biro Hukum dan Organisasi, Tini Martini, menyampaikan akan ada penyesuaian sistem kerja di lingkungan KKP yaitu untuk unit kerja dengan tugas dan fungsi  pelayanan publik, jumlah maksimal pegawai yang melaksanakan work from office (WFO) adalah 30% dari jumlah total pegawai sedangkan untuk unit kerja dengan tugas dan fungsi administratif, jumlah maksimal pegawai yang melaksanakan work from office (WFO) adalah 20% dari jumlah pegawai total. Pegawai yang melaksanakan WFO diatur secara bergilir dan ditetapkan melalui suatu keputusan oleh kepala unit/satker masing-masing. Penyelenggaraan pertemuan/rapat harus mengutamakan penggunaan media daring (online) dan jika sangat terpaksa melakukan secara luring (offline) maka harus dilaksanakn dengan memperhatikan protokol kesehatan yaitu jaga jarak, menggunakan masker, tidak berjabat tangan dan hanya mempergunakan 50% kapasitas ruangan. Pada masa normal baru, presensi wajib dilakukan, baik untuk pegawai WFO maupun WFH, secara non fingerprint dengan aplikasi yang telah ditentukan dan dengan membagikan lokasi (share location) via WhatsApp pada pagi hari (07.00-08.00) dan sore hari (15.00-16.00). bagi pegawai yang melaksanakan WFH dilarang bepergian dari kota/lokasi tempat dimana dia bekerja kecuali utnuk alasan kesehatan.

Menegaskan apa yang telah disampaikan diatas, Kepala Biro Sumber Daya Manusia dan Aparatur, Umi Windriani, menyampaikan bahwa pegawai yang belum berada di lokasi tempat kerja (masik pulang kampung dan tidak terkena peraturan PSBB) untuk segera kembali ke tempat. Selanjutnya disampaikan juga bahwa aturan prosentase pegawai WFO dapat disesuaikan sesuai dengan tugas dan fungsi unit kerja, seperti misal Stasiun Karantina yang merupakan unit kerja BKIPM, memiliki tugas dan fungsi administratif dan pelayanan publik sehingga jumlah pegawai yang dapat melaksanakan WFO adalah 50% dan bagi pegawai yang melaksanakan WFH harus menghindari waktu kerja yang terlalu lama/lembur terkait dengan aspek kesehatan. Selain itu, karantina mandiri wajib dilakukan bagi pegawai yang pulang melakukan perjalanan dinas baik dalam negeri maupun luar negeri.

Pada akhirnya, seperti yang disampaikan Sekretaris Jenderal  KKP pada saat pembukaan, yang dapat menjaga diri kita hanyalah diri kita sendiri. Menjaga kesehatan dengan makan makanan bergizi, yang sehat dengan pola seimbang, batasi asupan lemak jenuh dari daging dan minyak-minyakan termasuk fastfood dan junkfood, batasi konsumsi gula (<12 gram/hari), garam (< 5 gram/hari atau 1 sdt/hari) dan berolahraga 30-60 menit setiap harinya serta selalu melaksanakn protokol kesehatan dimanapun berada merupakan upaya kita untuk menjaga kesehatan diri kita sendiri.  Hal ini disampaikan oleh dr. Cipuk Muhaswitri, dokter klinik pratama KKP, sebagai narasumber terakhir dalam Talkshow ini.

Sumber : Talkshow dengan tema Penyesuaian Sistem Kerja Dalam Tatanan Normal Baru Bagi Pegawai di Lingkungan Kementerian Kelautan Dan Perikanan.


Rabu, 03 Juni 2020

Cara Praktis Mengetahui Keaslian Fillet Ikan

Teknik image processing (Sumber : S. Grassi et al. 2018)

Sejumlah peneliti di Universitas degli Studi di Milano, Italia melakukan penelitian untuk mengembangkan suatu teknik pengujian berbasis analisis citra yang berguna untuk membedakan fillet dari ikan berekonomi tinggi Cod Atlantik (Gadus morhua) dengan fillet dari ikan haddock (Melanogrammus aeglefinus). Metode yang digunakan dimulai dengan mengumpulkan 90 citra fillet Gadus morhua dan 91 citra fillet Melanogrammus aeglefinus menggunakan scanner flatbed dan diproses pada berbagai level. Citra asli dan citra yang telah disegmentasi dengan algoritma Canny selanjutnya dilakukan ekstraksi fitur untuk tekstur citra pemukaan dengan analisis Gray Level Coocurence Matrix (GLCM). 12 fitur tekstur citra yang terpilih dengan teknik Principle Componen Analysis (PCA) maupun algoritma SELECT selanjutnya digunakan untuk membangun model Linier Discriminat Analysis (LDA). 

Hasil riset menunjukkan rerata tingkat akurasi model klasifikasi berkisar antara 86,05% hingga 92, 31% baik menggunakan citra asli maupun citra segmentasi. Hasil kajian diharapkan akan menjadi jalan pembuka untuk penerapan metode mesin visi yang simpel pada rantai pasar ikan, sehingga para stakeholder memiliki sistem yang efektif secara biaya, simpel, dan cepat untuk memerangi tindak penipuan perdagangan ikan. Hasil penelitian tersebut pernah disampaikan pada Journal of Food Engineering 234 (2018) 16-23


Penulis : I Made Susi Erawan



Selasa, 02 Juni 2020

Lidah Buatan Untuk Menilai Kesegaran Ikan


Instrumen Lidah elektronik ASTREE (Sumber: alpha-mos.com/astree-taste-analysis#applications)

Pada kenyataannya hingga saat ini sejumlah teknologi sensor masif telah dikembangkan untk mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh metode konvensional. Sebut saja beberapa teknologi tersebut diantaranya spektrofotometer, analisa citra, colorimeter, perangkat uji sifat elektrik permukaan, dan hidung elektronik. Seluruh metode tersebut masih dalam tahap pengujian laboratorium dan memerlukan eksplorasi dan penelitian lebih lanjut agar aplikatif untuk dunia nyata.Peningkatan konsumsi ikan terus terjadi selama beberapa dekade terakhir. Isu utama yang menjadi fokus seluruh dunia adalah jaminan menyeluruh terhadap konsumen terkait aspek keamanan dan mutu ikan. Metode konvensional untuk uji kesegaran ikan biasanya sangat tergantung pada prinsip fisik, kimia, mikrobiologi, dan sensori. Meskipun teknik konvensional tersebut terbukti akurat dan dapat diandalkan, namun masih terdapat keterbatasan yaitu bersifat destruktif, berulang, melibatkan penggunaan bahan kimia, dan masalah paling krusial adalah membutuhkan personel yang sangat ahli.

Salah satu teknik nondestruktif yang cukup menjanjikan untuk dikembangkan adalah lidah elektronik yang dikombinasikan dengan teknik machine learning. Kolaborasi peneliti di Jiangsu University dan University of Cape Coast dan dipublikasikan dalam Czech J. Food Sci. Vol. 32, 2014, No. 6: 532–537 telah berhasil mengembangkan teknik lidah elektronik yang digabungkan dengan algoritma multivariat linier dan persamaan linier sebagai salah satu metode alternatif uji kesegaran ikan non destruktif. Teknologi yang dikembangkan telah digunakan untuk menguji kesegaran ikan jenis Parabramis pekinensis melalui akuisisi data dengan α-Astree TM E-tongue (Alpha M.O.S., Toulouse, France). Sebagai validasi teknik yang dikembangkan dilakukan pengujian konvensional destruktif yaitu Total Volatil Base Nitrogen (TVBN) dan Total Viable Count (TVC). Untuk mengklasifikasikan kesegaran ikan berbasis hari penyimpanan digunakan algoritma Fisher Linear Discriminant Analysis (FLDA) dan Support Vector Machine (SVM). 

Hasil klasifikasi menunjukkan bahwa metode SVM memiliki performa lebih baik dibandingkan dengan metode FLDA karena mampu mencapai akurasi hingga 97,22%. Selain klasifikasi untuk memprediksi nilai TVBN dan TVC diterapkan metode Partial Least Square (PLS) dan Support Vector Regression (SVR). Hasil uji menunjukkan untuk prediksi nilai TVBN dan TVC, SVR jauh lebih baik dibandingkan PLS yang diindikasikan dengan tingkat error yang lebih kecil namun dengan koefisien korelasi lebih tinggi. Secara kuantitatif untuk metode SVR pada prediksi TVBN memiliki RMSEP 5,65 mg/100g dan koefisien korelasi 0,9491 sementara untuk prediksi TVC memiliki RMSEP 0,73 log CFU/g dan koefisien korelasi 0,904. Berdasarkan kajian tersebut menunjukkan bahwa lidah elektronik dikombinasikan dengan SVM dan SVR memiliki potensi yang menjanjikan dan bersifat nondestruktif sebagai metode non konvesional dalam penilaian kesegaran ikan.


Penulis : I Made Susi Erawan

 

 

 


Jumat, 29 Mei 2020

YANG BERBAU MENYENGAT BELUM TENTU TIDAK BERKHASIAT "BAWANG PUTIH

Bawang putih (Foto : mediaindonesia.com)

Salah satu alternatif bahan alami yang aman namun terbukti ampuh untuk penanggulangan penyakit pada ikan adalah penggunaan bawang putih. Bawang putih dapat digunakan untuk meningkatkan imun ikan. Pengujian bawang putih secara in vivo melalui pakan dapat digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan ketahanan tubuh ikan mas Cyprinus carpio terhadap infeksi penyakit KHV yang ditinjau dari gambaran darah ikan. Hal ini merupakan hasil penelitian Pernama Giri di IPB pada tahun 2008. 

Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak bawang putih efektif untuk meningkatkan ketahanan tubuh ikan mas Cyprinus carpio yang diinfeksi oleh Koi Herpes Virus (KHV). Pengamatan gambaran darah ikan yang terinfeksi KHV setelah pemberian ekstrak bawang putih selama 30 hari dapat meningkatkan jumlah leukosit lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan kontrol positif. Peningkatan jumlah limfosit dalam darah mampu meningkatkan pertahanan tubuh. Peningkatan jumlah leukosit ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah limfosit dan penurunan jumlah monosit. Penurunan jumlah leukosit menunjukkan masa inkubasi KHV telah terlewati. Pada tataran praktek penggunaan bawang putih dapat dicampurkan pada pakan ikan. Bawang putih diektrak menggunakan air kemudian dicampurkan pada pakan yang kemudian dapat digunakan secara langsung sebagai pakan harian maupun secara periodik tiap minggu. 

Penelitian lain terkait kasiat bawang putih juga dilakukan oleh Prasonto, dkk. di Universitas Padjajaran pada tahun 2017. Penelitian tersebut bertujuan untuk uji aktivitas antioksidan bawang putih dengan terlebih dahulu melakukan ekstrak bawang putih menggunakan metode maserasi dan pelarut yang digunakan yaitu etanol. Hasil analisis fitokimia dari ekstraksi dengan pelarut etanol didapatkan kandungan senyawa kimia alkaloid, tanin, fenolik, flavonoid dan triterpenoid dibandingkan ekstraksi dengan pelarut air hanya didapatkan kandungan senyawa kimia alkaloid, fenolik, dan triterpenoid. Semua jenis senyawa tersebut diketahui memiliki aktivitas antioksidan. Senyawa flavonoid, fenolik dan tanin merupakan senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas antioksidan.

 

Penulis : Tri Nugroho W.


Kamis, 28 Mei 2020

Peluang dan Tantangan Budidaya Lobster

Perikanan budidaya harus mampu mengambil peran dalam membangkitkan ekonomi ditengah pandemi ini.  Hal ini disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo, SE., MM., MBA. saat membuka Webinar Nasional SFH Budidaya Lobster di Indonesia yang diselenggarakan oleh Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada 28 Mei 2020. Lebih lanjut disampaikan bahwa komoditas perikanan budidaya  berfokus pada budidaya udang vannamei dan lobster. Benih lobster yang diambil dari alam, harga minimalnya ditetapkan Rp. 5.000,-/ekor melalui peraturan khusus di level petani/nelayan penangkap. Dari sisi riset, selain lembaga litbang internal KKP, perguruan tinggi diharapkan mampiu mengambil bagian didalamnya.

Potensi keberlanjutan ekonomi lobster dan alam di Indonesia masih menjadi perdebatan, sedangkan Vietnam telah lebih dulu berhasil membudidayakan lobster meskipun dalam prakteknya masih menggunakan berbagai macam obat-obatan termasuk antibiotik untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Cepat atau lambat, produk lobster Vietnam akan dibanned oleh pasar internasional karena hal tersebut. Pengembangan budidaya lobster di Indonesia, harus diawali dengan cara budidaya yang baik tanpa bergantung pada obat-obatan tersebut. Di Indonesia budidaya lobster sebenarnya sudah mulai dirintis sejak 1999 di Awang, Gerupuk Lombok, Nusa Tenggara Barat dengan mengadalkan benih dari alam. Penangkapan benih di alam menggunakan alat bantu berupa kertas semen yang dibentuk menjadi seperti kipas dan diletakkan diatas jaring. Permasalahan yang hingga kini masih dihadapi dalam budidaya lobster adalah : kematian yang tinggi, rendahnya mutu ikan rucah, penyakit, kebersihan karamba jaring apung, kanibalisme yang tinggi pada fase peurulus dan aturan dari maskapai yang mewajibkan lobster masuk kargo 5 jam sebelum keberangkatan pesawat pengangkut yang menyebabkan  lobster sampai tujuan dalam kondisi tidak segar/mengalami kematian. Hal tersebut disampaikan oleh Bayu Priyambodo,Ph.D., Wakil Ketua Bidang Riset dan Pengembangan KP2 KKP.

Sedangkan Suadi, Ph.D., salah satu dosen Departemen Perikanan Universitas Gadjah Mada menyampaikan bahwa dengan terbitnya Permen KP no 12 Tahun 2020, maka pembatasan ruang gerak perikanan lobster berakhir disertai dengan regulasi-regulasi baru mengenai pengelolaan yang berkelanjutan. Hal ini cukup menggembirakan, akan tetapi memonitor pelaksanaan kebijakan ini juga merupakan suatu hal yang cukup berat dan tidak dapat dilakukan oleh satu pihak saja.

Apalagi penangkapan udang karang termasuk lobster di beberapa daerah seperti Kepualauan Pangkep, Sulawesi Selatan, sudah overfishing atau melebihi kuota penangkapan yang diperbolehkan. Hal ini disebabkan pengawasan yang lemah karena minimnya armada pengawas serta kondisi kepulauan yang cukup menyulitkan armada pengawas yang ada. Selain itu, kesadaran masyarakat mengenai alat tangkap yang ramah lingkungan sangat rendah dengan masih digunakannya bom ikan dan racun. Demikian ditambahkan oleh Dr. Hasrun dari FPIK Universitas Muslim Indonesia pada webinar yang sama.

Sumber : webinar dengan tema SFH Budidaya Lobster di Indonesia

 


Larik Sensor Virtual untuk Analisis Kesegaran Ikan

Sebuah konsep baru instrumen kontrol afinitas sensor secara elektrik telah ditetapkan untuk membentuk larik sensor virtual berdasarkan elemen penginderaan tunggal. Salah satu hasil penelitian tersebut diantaranya disampaikan dalam Jurnal Sensors and Actuators B 241 (2017) halaman 652–657 oleh Yulia Efremenko dan Vladimir M. Mirsky. Karakteristik afinitas elemen ini dimodulasi melalui pengendalian tegangan listrik pada proses konversi material kemosensitif.  Proses konversi tersebut berlangsung karena adanya perbedaan kondisi redoks film polimer dengan afinitas berlainan. Sensor bekerja  berdasarkan prinsip kemotransistor elektrokimia dengan cara menghubungkan material kemosensitif pada elektroda referen Ag/AgCl melalui cairan ionik yang mengandung klorida pada suhu rendah. 

Konsep larik virtual diterapkan untuk mengukur perubahan konduktansi pada headspace wadah kaca inkubasi ikan. Menggunakan tiga karakteristik respon sensor yang diukur pada tiga keadaan redoks berbeda berhasil didapatkan sinyal dari larik sensor virtual yang memiliki sembilan elemen kemosensitif. Sensor menampilkan perubahan sistematis dari sembilan sinyalnya selama tahap degradasi mutu ikan sehingga memungkinkan dilakukan analisis kuantitatif terhadap kesegaran ikan sejak ikan ditangkap. Tingkat deteksi menunjukkan perbedaan nilai yang jauh dibawah tingkat penilaian organoleptik.

Sumber Gambar: Efremenko dan  Mirsky (2017)

Gambar di atas menunjukkan desain dan pengabelan sensor kemotransistor elektrokimia dengan kontrol afinitas sensor secara elektrik. Empat elektroda kerja pada bagian dalam sensor terhubung dengan potensiostat (probe) berfungsi sebagai elektroda pengukuran dua atau empat nilai hambatan listrik. Sementara elektroda luar yang dilapisi dengan Ag/AgCl berfungsi sebagai elektroda referensi. Lapisan kemosensitif dan elektroda referen dihubungkan dengan cairan ionik yang mengandung klorida.


Penulis : I Made Susi Erawan


Halal Bihalal KKP, Menteri Edhy Ingatkan Disiplin Hadapi Normal Baru

Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggelar halal bihalal internal melalui video confrence yang dipimpin langsung Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo, Selasa (26/5/2020). Dalam acara tersebut, Menteri Edhy menyinggung soal langkah KKP menghadapi kondisi normal baru. 

"Mari kita songsong hari esok dengan semangat dan gembira. Tentunya dengan cara yang agak sedikit kita modifikasi dalam menghadapi Covid-19. Di kondisi normal baru," jelasnya. 

Dalam menghadapi tatanan normal baru, Edhy lebih menekankan pentingnya disiplin mengikuti anjuran pemerintah agar terhindar dari penularan Covid-19. Sedangkan untuk aktivitas perkantoran yang akan dibuka lagi, Edhy mengaku selama ini sebagian besar lingkup kerja KKP sebenarnya berjalan normal. Seperti layanan tetap buka baik secara offline maupun online, begitu juga dengan produktivitas di sektor perikanan budidaya maupun tangkap. 

"Sebetulnya normal baru sudah diterapkan di KKP sejak awal Covid masuk Indonesia. Saat itu, kami para pimpinan KKP langsung mengadakan rapat. Langkah yang diambil tetap melaksanakan fungsi tugas masing-masing. Itu yang akan terus kita lakukan, tentunya dengan tidak mengabaikan aturan dari pemerintah tentang Covid-19. Disiplin yang terpenting untuk ditingkatkan," tegasnya. 

Menteri Edhy menambahkan, sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu ujung tombak pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa maupun sesudah pandemi Covid-19. Sehingga aktivitas produksi harus terus berjalan dengan tetap menaati protokol kesehatan dari pemerintah.

"KKP tidak akan menyerah karena menurut pandangan kami, sektor ini punya peluang besar. Kami tidak menghentikan produksi, tidak menghentikan pelayanan, dan terbukti hasilnya menggembirakan (ekspor perikanan naik di tengah pandemi)," terang Edhy.

Dalam halal bihalal virtual tersebut, Menter Edhy yang didampingi sang istri, meminta jajarannya tidak mengendorkan semangat. Dia mengajak para pegawai KKP untuk terdepan dalam melaksanakan reformasi birokrasi dan menerapkan budaya kerja yang profesional, berintegritas, disiplin, dan bersih dari dari korupsi kolusi dan nepotisme (KKN).

"Yang harus kita ingat, kita bukan bos dan bukan orang yang harus dihormati. Justru kita adalah orang yang harus melayani. Ingat, sumpah kita bukan untuk dilayani tapi untuk melayani. Dengan melayani, maka kita menjadi orang yang punya nilai tinggi," imbaunya.

Halal bihalal virtual KKP diikuti oleh para pejabat dan 600an perwakilan pegawai KKP dari seluruh Indonesia.

 

Sumber : KKP

 


Rabu, 27 Mei 2020

"BLOCKCHAIN" TEKNOLOGI DIGITAL UNTUK MENGETAHUI KETERTELUSURAN PRODUK PRODUK PERIKANAN

Skema Blockchain technology (Sumber : https://www.provenance.org/news/technology/tracking-tuna-catch-customer)

Penjelasan sederhana, menurut Tsalis Annisa dalam Ekrut Media, Blockchain adalah sistem penyimpanan data digital berisikan catatan yang terhubung melalui kriptografi. Komponen utama penyusun Blockchain ialah kelompok (block) dan rantai (chain). Segala informasi yang terdapat dalam komputer dibagi menjadi beberapa block dan saling terhubung oleh rantai. Setiap block ini memiliki komponen yang disebut hash. Hash adalah suatu set karakter yang menyusun berbagai informasi pada block. Contohnya, block [Laboratorium] memiliki informasi berupa ‘Kimia’, ‘Sensori’, dan ‘Simulasi’. Komponen hash-nya adalah karakter yang terdapat pada ketiga informasi tersebut, misalnya KISESI.  Setiap block berturut-turut akan berisikan hash block sebelumnya. Jika block berikutnya berisikan informasi baru, misalnya ‘Mikrobiologi’, maka hash-nya berubah menjadi KISESIMI. Namun, block-block sebelumnya tetap memiliki hash lama berupa KISESI. Jaringan Blockchain, semua data maupun program tereplikasi ke seluruh jaringan. Komputer yang terhubung dalam jaringan ini kemudian mengeksekusi program tersebut bersama-sama. Jika salah satu komputer dalam Blockchain dimatikan, maka semua pengguna yang terhubung juga terkena dampaknya. Dengan kata lain, Blockchain adalah komputer skala besar yang dibentuk dari komunikasi antara beberapa komputer.

Teknologi Blockchain akan sangat berguna untuk ketelusuran suatu produk perikanan. Ketelusuran dan keterbukaan informasi produk perikanan saat ini menjadi salah hal yang diinginkan konsumen, meliputi asal, cara tangkap, jenis pengolahan, pihak penjual dan pengecer dari ikan yang dibeli. Secara umum ini juga bertujuan untuk menangkal praktek penangkapan ikan secara illegal dan tidak berkelanjutan terutama jenis ikan tuna.

Proyek pengembangan Blockchain untuk industri tuna tengah dilakukan oleh Word Wild Fund (WWF). Dalam salah satu tajuknya The Conversation melaporkan, bahwa WWF, dalam risetnya, mengkombinasikan teknologi penanda radio-frequency identification (RFID), dan quick response (QR) serta peralatan scanning untuk mengumpulkan informasi tentang “perjalanan” tuna di berbagai titik selama proses rantai pasok. Data informasi dari teknologi penanda tersebut selanjutnya dikumpulkan, dicatat dan disimpan menggunakan teknologi Blockchain.

Penelusuran dimulai segera saat ikan tuna ditangkap. Saat didaratkan ikan tuna sudah dilengkapi data yang tersimpan dalam RFID yang terpasang diatas kapal. Sistem di pelabuhan dan di pabrik pengolahan akan mendeteksi ikan tersebut kemudian informasi diunggah ke Blockchain. Demikian seterusnya, saat ikan masuk tahapan berikutnya data informasi akan dimasukkan block dengan menambahkan kode hash dan dianalisa kesesuaiannya. Sehingga teknologi Blockchain dapat menelusuri perjalanan tiap ikan, dimana ikan ditangkap dan bagaimana ikan diproses dari laut ke piring, From shore to plate.


Penulis : Arif Rahman Hakim


Selasa, 26 Mei 2020

Bioplastik Masa Depan Kemasan Dunia (Teknologi Ekstrusi)

Ekstrudat 

(Sumber : Humaira, 2012. Pengembangan Material Bioplastik dari Blending Tepung Konjac Glukomannan (KGM) dan Kitosan Menggunakan Single Screw Extruder)

Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk produksi bioplastik adalah ekstrusi, karena memiliki efisiensi pencampuran dan pencetakan yang tinggi untuk bahan termoplastik. Menurut Jansen, Leon dan Leszek (ed.) pada buku Thermoplastic Starch : a Green Material for Various Industries tahun 2009, ekstrusi terdiri dari beberapa tahapan proses yaitu pencampuran (mixing), pengadukan (shearing), pemasakan (cooking) dan pencetakan (shearing). Teknologi ekstrusi memiliki beberapa kelebihan yaitu dapat menghasilkan ragam bentuk material (tergantung pada bentuk die), prosesnya yang otomatis dan produktivitasnya tinggi.

Terdapat beberapa parameter kunci perlu diperhatikan untuk menciptakan kondisi produksi yang optimal, seperti kandungan plasticizer, input energi mekanikal, applied shear, waktu produksi, suhu, dan tekanan. Tingkat agregasi, perubahan molekular dan chemical crosslinking yang muncul selama proses ekstrusi dapat ditentukan melalui parameter – parameter tersebut. Parameter lainnya yang perlu diperhatikan saat akan menggantikan plastik konvensional dengan bioplastik yaitu karakteristik final yang diinginkan, seperti karakteristik mekanikal dan kapasitas penyerapan airnya. Perubahan pH juga dapat meningkatkan karakteristik bioplastik tertentu, seperti modulus Young atau kapasitas penyerapan, karena pH sangat mempengaruhi sifat interaksi antar molekul.

Gunning, Geever, Killion, Lyons dan Higginbotham mengemukakan hasil penelitiannya dalam Polymer – Plastics Technology and Engineering no.53 tahun 2014, hasil mikroskop optik menunjukkan bahwa peningkatan kecepatan ulir (screw) meningkatkan dispersi serat (fiber) dalam komposit polimer. Pada kecepatan ulir (screw) yang tinggi ini menyebabkan reaksi eksotermik terjadi di dalam barrel yang menghasilkan serat-serat yang mengalami degradasi termal.

Humaira dalam skripsinya pada Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga tahun 2012, menggunakan blending tepung konjac glukomannan dan kitosan dengan rasio 50 : 10, 40 : 20, dan 30 : 30 (w/v) dengan plasticizer gliserol 20% dan stabilizer trisnonylphenylphospite (TNPP) sebesar 0,315% wt dan menggunakan single screw extruder. Bagian – bagian dari single screw extruder disajikan pada Gambar 1. Bioplastik yang dihasilkan bersifat elastomer (elastic polymer), berstruktur semi kristalin, dan berpola matriks dengan nilai elongasi tertinggi mencapai 35%.

Gambar 1. Bagian – bagian dari single screw extruder

(Sumber : Humaira, 2012. Pengembangan Material Bioplastik dari Blending Tepung Konjac Glukomannan (KGM) dan Kitosan Menggunakan Single Screw Extruder)

 

Penulis : Putri Wullandari


Sabtu, 23 Mei 2020

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1 SYAWAL 1441 H

Segenap pimpinan dan pegawai Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan - BRSDM KKP mengucapkan

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1441 H

Taqabbalallahu minna wa minkum

Jumat, 22 Mei 2020

Menteri Edhy Ajak Masyarakat Budayakan “Lebaran Ikan”

Menteri Edhy menenteng dua ekor Bawal Bintang
Dua hari menjelang Idul Fitri, Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo kembali mengeluarkan gebrakan. Kali ini, dia mengenalkan kegiatan sosial bertajuk “Lebaran Ikan” dengan melibatkan unit pelaksana teknis (UPT) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di seluruh Indonesia.

Melalui kegiatan tersebut, dia mengajak masyarakat untuk merayakan momen lebaran dengan menu makanan yang berbeda, yakni produk perikanan.

“Merayakan lebaran tidak harus memasak opor ayam atau rendang daging, tapi juga bisa produk perikanan yang memiliki manfaat dan kandungan gizi yang tinggi,” jelas Menteri Edhy dalam keterangan tertulisnya, Jumat (22/5).

Rencananya, dalam kegiatan tersebut KKP akan membagikan ikan segar seberat 5 kilogram untuk masyarakat kurang mampu. Adapun sasaran penerima paket lebaran ikan ialah 15.000 kepala keluarga yang tersebar di Indonesia.

“Kegiatan ini menjadi wujud bakti kita kepada masyarakat di hari raya Idul Fitri,” sambungnya.

Produk ikan segar dalam “Lebaran Ikan” berasal dari para nelayan dan pembudidaya. Selain bertujuan untuk menyerap produksi mereka, Menteri Edhy berharap kegiatan ini bisa meningkatkan minat masyarakat dalam mengonsumsi ikan.

“Jadi gerakan ayo konsumsi ikan akan kita terus suarakan, dan lebaran ikan ini menjadi salah satu bentuknya,” urainya.

Sebelumnya, Menteri Edhy menginisiasi pembagian 15.000 nasi ikan perhari selama bulan suci ramadan. Kegiatan tersebut tidak menggunakan dana APBN, melainkan berasal dari donasi seluruh pegawai, baik pusat maupun UPT KKP. Gerakan nasi ikan juga mendapat apresiasi dari sejumlah kalangan seperti anggota DPR, organisasi nelayan serta praktisi pangan.

Bahkan Guru Besar Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB), Profesor Nurjanah menyarankan pemerintah untuk menjadikan nasi ikan sebagai program nasional. Tujuannya agar jangkauan manfaat gerakan ini bisa lebih lebih luas, mulai dari sektor hulu hingga hilir.

Selain nasi ikan, KKP juga memiliki sejumlah kegiatan lain selama pandemi seperti pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Penanggulangan Covid-19, Bulan Mutu Karantina 2020, Siaga Nelayan, serta bantuan pakan untuk pembudidaya dalam rangka penanganan dampak covid-19.

 

Sumber : KKPNews

 


Perikanan Pasca COVID-19 : Peluang dan Tantangan

Pandemi COVID-19 belum usai, penambahan kasus positif masih terus terjadi setiap hari. Bahkan menurut beberapa ahli epidemiologi, masih menuju puncaknya. Namun, sudah hampir dapat dipastikan bahwa akan ada peta baru setelah pandemi usai, terutama setelah kondisi berangsur normal. Perubahan peta politik, ekonomi, bisnis maupun keuangan akan mempengaruhi pergerakan arus barang dan jasa serta arus modal. Demikian yang disampaikan Dody Budi Waluyo, Deputi Gubernur Bank Indonesia pada pembukaan ISPIKANI Talk #2 pada 20 Mei 2020 lalu. Lebih lanjut disampaikan terkait tantangan industri perikanan pasca pandemi yaitu perbaikan faktor produksi harus berfokus pada upgrading industri perikanan domestik serta peningkatan infrastruktur dan teknologi. Fokus perbaikan yang kedua adalah dari sisi pengaturan dan kelembagaan termasuk didalamnya dari sisi kesehatan dan quality control yang baik. Dan faktor ketiga adalah perbaikan dari sisi penguatan kerjasama perdagangan dan promosi.  selain itu, transformasi digital menjadi keharusan yang menciptakan nilai bagi konsumen untuk menggunakan layanan tanpa batasan waktu dan ruang. Sebagai contoh adalah usaha yang mengambil model bisnis “resiliensi melalui diversifikasi” yang tetap dapat menciptakan customer value dalam kondisi apapun melalui transformasi digital, yaitu GoFood, GrabFood dan Uber Food. Disaat kinerja taksi/ojek online mengalami kesulitan karena kebijakan lockdown, layanan tersebut masih tetap eksis dan berjalan sebagaimana biasanya dengan beberapa protokol tertentu. Pedagang makanan UMKM dan fast food yang menggunakan layanan tersebut masih survive karena memang sudah lama fokus pada delivery dan segmen pasar yang lebih luas, berbeda dengan restoran atau rumah makan karena model bisnis dan basis pelanggan yang lebih restriktif. Hal ini merupakan salah satu peluang yang harus dapat digarap oleh industri perikanan di kala pandemi ini, karena pasca pandemi kita akan menemui “dunia baru” yang lebih minimalis, minim interaksi fisik dan dunia yang lebih spartan.

Sedangkan menurut Jamaluddin Jompa, Dekan Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar sekaligus Ketua ISPIKANI Sulawesi Selatan, terkait peluang industri perikanan pasca pandemi beberapa diantaranya yaitu pengembangan budidaya lobster dari puerulus alam, pengembangan bisnis kepiting bakau, pengembangan tatakelola ekspor karang hias, dapat dioptimalkan secara berkelanjutan (pasar cukup besar), perbaikan pengelolaan/penangkapan dan ekspor ikan kerapu hidup, perbaikan dan pengembangan ekspor ikan hias, dan berbagai komoditas lainnya. Kaitannya dengan transformasi digital seperti yang disampaikan diatas, perlu penguatan sistem logistik dan rantai pemasaran serta penguatan kualitas pasca panen dan teknologi pengolahan ikan dengan berbagai skala.

Senada dengan apa yang telah disampaikan diatas, dalam menghadapi tantangan pandemi COVID-19 KKP akan memperkuat kerjasama regional terutama negara-negara ASEAN, mendorong tumbuhnya startup di bidang perikanan untuk memacu tranformasi digital pada sistem rantai pemasaran dan logistik, meningkatkan ekspor produk perikanan serta memberi jaring pengaman sosial terutama bagi nelayan dan pekerja perikanan yang rentan terkena dampak pandemi ini. Hal ini disampaikan oleh Kepala Biro Humas dan Kerjasama Luar Negeri KKP pada kesempatan yang sama. Langkah-langkah kebijakan yang telah dan akan ditempuh dalam memitigasi COVID-19 ini harus didukung oleh segenap pihak, dan hal terpenting dalam menghadapi pandemi ini adalah tetap optimis dan saling bekerja sama untuk mendukung pemulihan negeri ini.

Sumber : webinar dengan tema ISPIKANI Talk #2 “Perikanan Pasca COVID-19 : Peluang dan Tantangan”

Penggunaan Xanthine Sebagai Indikator Kesegaran Ikan Dalam Pengembangan Biosensor Portabel dengan Teknologi Nanokomposit-Polimer

Pengembangan dan pengujian biosenor xanthine untuk indikator kesegaran ikan dalam pengembangan biosensor portabel dengan teknologi nanokomposit-polimer telah dipubliaksikan dalam Food Chemistry 181 (2015) 277–283. Kesegaran daging ikan menjadi salah satu syarat penting bahan baku untuk digunakan pada industri makanan sehingga dapat dihasilkan produk olahan yang aman dan bermutu. Segera setelah ikan mati, proses respirasi dan biosintesis Adenosin Tryposfat (ATP) akan terhenti sehingga nukleotida pada otot akan terurai menjadi produk hasil degradasi dengan urutan sebagai berikut: ADP, AMP, IMP, inosine, hipoxanthine, xanthine, dan asam urat.

Dari sejumlah produk degradasi terebut, IMP berkontribusi paking besar terhadap perubahan aroma kesegaran ikan sementara hipoxanthine turut berperan pada munculnya rasa pahit pada daging ikan. Di sisi lain, keberadaan xanthine pada sampel darah manusia dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan penyakit gout, hyperuricemia, xanthinuria, kegagalan renal. Selain itu xanthin juga seringkali ditemukan pada kopi dan teh sebagai stimulus ringan. Hal ini menandakan pentingnya peran xanthine dari aspek kesehatan maupun industri. Konsentrasi xanthine dan hipoxanthine yang dapat diukur secara kontinyu oleh biosensor akan sangat bermanfaat pada proses kendali mutu yang lebih baik terhadap kesegaran daging maupun ikan.

Sejumlah metode yang saat ini seringkali digunakan untuk menganalis konsentrasi xanthine meliputi HPLC, fluorometric enzimatis, spektrometer massa fluorometric fragmentography., serta Kromatografi Gas kolom kapiler, serta kolorimeter enzimatis. Namun metode-metode tersebut memiliki sejumlah keterbatasan yaitu perlu waktu ekstra untuk preparasi sampel, perangkat yang mahal menuntut operator dengan keahlian tinggi, kurangnya tingkat spesifitas dan sensitifitas, serta perkembangannya cukup berbeda dengan tren teknologi saat ini yang cenderung menggunakan perangkat atau device dengan ukuran kecil dan portable.

Proses pembuatan biosensor (Sumber : M. Dervisevic et al. (2015))

Proses pembuatan biosensor dimulai dengan pembuatan kopolimer nanokomposit untuk dituangkan pada elektroda berbahan grafit pensil (PGE) yang telah dicuci dengan aseton dan air destilasi. Proses penuangan kopolimer pada PGE harus dilakukan secara merata. Selanjutnya gabungan kopolimer dan PGE dikeringkan dengan cepat menggunakan oven pada suhu 60oC hingga kopolimer terserap sepenuhnya ke dalam PGE. Setelah tahap netralisasi pH, casting PGE kopolimer direndam dalam xanthine oksidase lalu disimpan pada suhu 4oC. Proses pembuatan biosensor diuji dengan SEM, untuk respon elektrokimia dikuur menggunakan cyclic voltameter dan spektrometer impedansi elektrokima.

Hasil uji menunjukan biosensor xanthine mampu mencapai respon maksimum pada pH 7, suhu 45oC, +0,35 volt serta mampu mencapai kondisi steady state 95% setelah 4 detik. Uji kinerja biosensor menunjukkan hasil yang reliable dengan batas deteksi minimum 0,12 uM. Hasil pengujian keseluruhan menunjukkan bahwa biosensor yang dikembangkan menunjukkan respon positif terhadap keberadaan xanthine. Penggunaan kopolimer nanokomposit sangat menunjang kinerja tersebut. Pada pengujian daya simpan dan ketahanan terhadap gangguan operasional juga menunjukkan hasil yang memuaskan.

 

Penulis:  I Made Susi Erawan

 

 


Rabu, 20 Mei 2020

Membangun Kembali Industri dan Masyarakat Perikanan Yang Lebih Tangguh Pasca Pandemi

Rantai pasok perikanan yang terganggu oleh penerapan PSBB dan penurunan permintaan pasar akibat banyaknya pasar dan restoran yang terpaksa tutup menyebabkan hasil perikanan tidak terserap, bahkan di beberapa daerah hasil perikanan hanya dikubur begitu saja karena tidak laku sehingga harga di pasaran anjlok yang pada akhirnya menyebabkan daya beli pelaku usaha perikanan mengalami penurunan. Disisi lain harga kebutuhan pokok mengalami kenaikan karena masyarakat membeli dalam jumlah yang lebih banyak dari biasanya karena kekhawatiran akan kelangkaan barang pokok di masa pandemi ini. Hal-hal tersebut adalah beberapa diantara banyak dampak pandemi COVID-19 yang dirasakan oleh masyarakat perikanan. Hal ini disampaikan oleh Dr. Ir. Sri Yanti JS, MPM, Direktur Kelautan dan Perikanan Bappenas, selaku Narasumber dalam webinar “Membangun Kembali Industri dan Masyarakat Perikanan Yang Lebih Tangguh Pasca Pandemi” yang diselenggarakan oleh Bappenas pada 15 Mei 2020 lalu.

Menurutnya, pandemi COVID-19 ini adalah kesempatan untuk me-reset paradigma pembangunan perikanan yang ada, mulai dari perijinan yang berdasar daya dukung lingkungan pada masing-masing WPP maupun pengelolaan lingkungan hidup berbasis pada perikanan yang berkelanjutan untuk meningkatkan ketahanan terhadap bencana dan perubahan iklim serta penggunaan teknologi digital dalam perikanan, baik untuk membantu distribusi produksi maupun meningkatkan logistik perikanan secara umum guna memperkuat ketahanan ekonomi perikanan di masa yang akan datang.

Hal senada juga disampaikan Arif Wijaya dari WRI Indonesia, bahwa inovasi-inovasi di bidang perikanan harus selalu mengedepankan ekosistem dan sumberdaya pesisir yang sehat dan harus menyasar masyarakat yang paling rentan yaitu nelayan kecil dan masyaraskat pembudidaya sebagai pilar ketangguhan masyarakat perikanan.

Penggunaan teknologi digital dalam dunia perikanan air tawar sudah mulai diterapkan. Gibran Huzaifah, CEO eFishery Technology dalam webinar yang sama menyampaikan bahwa saat ini di 24 provinsi di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi sudah diterapkan alat pemberi pakan otomatis yang dilengkapi dengan sensor-sensor yang selalu terhubung dengan smartphone melalui suatu aplikasi khusus. Dengan aplikasi ini pembudidaya dapat memonitor jumlah kematian ikan, jumlah dan jenis pakan yang diberikan tanpa harus turun langsung ke kolam.

Sementara dari sisi perlindungan bagi nelayan, Kurnia Yuniakhir dari PT. Asuransi Jasa Indonesia menyampaikan bahwa berdasarkan surat No 4120/PL.420/d5/IX/2016 tanggal 15 September 2016, KKP telah menunjuk PT. Asuransi Jasa Indonesia (Persero) sebagai pelaksana asuransi bagi nelayan. Program ini ditargetkan bagi 600.000 nelayan kecil dengan jumlah premi pada tahun 2019 sebesar Rp. 140.000,- yang sepenuhnya ditanggung olah negara.

Jaminan pertanggungan asuransi nelayan tahun 2019

Selain untuk nelayan, pembudidaya skala kecil juga bisa mendaftarkan asuransi perikanan untuk memberikan perlindungan terhadap resiko-resiko budidaya seperti penyakit ataupun bencana alam yang dapat menyebabkan terjaninya kegagalan panen.  

Skema Asuransi Perikanan untuk Pembudidaya Ikan Kecil

Proses recovery sektor kelautan dan perikanan dapat dilakukan dalam jangka pendek maupun jangka menengah dan panjang. Dalam proses recovery jangka pendek yang harus dilakukan antara lain adalah recovery stakeholder yang terdampak langsung dengan membatasi kerusakan/kerugian yang terjadi melalui BLT, relaksasi kredit nelayan, aspek keamanan diri (kesehatan) pelaku perikanan dan memberikan stimulus pemulihan di sektor perikanan. Dalam proses recovery jangka menengah dan panjang yang harus dilakukan adalah meningkatkan daya tahan supply chain exsisting dan membuat supply chain baru, memperbaiki praktek penangkapan, membuat skema baru ketenagakerjaan sektor perikanan serta menciptakan metode pemasaran non-tradisional berbasis teknologi informasi seperti penggunaan e-market.

Pada akhirnya, recovery sektor kelautan dan perikanan pasca pandemi harus dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif dan terintegrasi, melibatkan semua pihak termasuk kementerian lain yang terencana secara harmonis, efisien, rasional dan cepat sehingga dampak intervensi harus bisa dilihat dalam jangka waktu pendek dan manfaat dapat secara cepat dirasakan oleh stakeholder perikanan. Selain itu, pelaksanaannya harus inklusif, partisipatif dan transparan untuk menghindari penyalahgunaan dan harus terbuka bagi siapa saja untuk melakukan monitoring. Demikian yang disampaikan oleh Dr. Ir. Arifin Rudiyanto, M.Sc., Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Bappenas sebagai keynote speaker dalam webinar ini.

Sumber : Webinar dengan tema "Membangun Kembali Industri dan Masyarakat Perikanan Yang Lebih Tangguh Pasca Pandemi"