PELATIHAN

LRMPHP telah banyak melakukan pelatihan mekanisasi perikanan di stakeholder diantaranya yaitu Kelompok Pengolah dan Pemasar (POKLAHSAR), Kelompok Pembudidaya Ikan, Pemerintah Daerah/Dinas Terkait, Sekolah Tinggi/ Universitas Terkait, Swasta yang memerlukan kegiatan CSR, Masyarakat umum, dan Sekolah Menengah/SMK

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan

LRMPHP sebagai UPT Badan Riset dan SDM KP melaksanakan riset mekanisasi pengolahan hasil perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 81/2020

Tugas Pokok dan Fungsi

Melakukan tugas penelitian dan pengembangan strategis bidang mekanisasi proses hasil perikanan di bidang uji coba dan peningkatan skala teknologi pengolahan, serta rancang bangun alat dan mesin untuk peningkatan efisiensi penanganan dan pengolahan hasil perikanan

Kerjasama

Bahu membahu untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan dengan berlandaskan Ekonomi Biru

Sumber Daya Manusia

LRMPHP saat ini didukung oleh Sumber Daya Manusia sebanyak 20 orang dengan latar belakang sains dan engineering.

Senin, 30 Agustus 2021

Wisata MINAPADI, Destinasi Wisata Baru Indonesia

 Apa itu minapadi ?

Minapadi terdiri dari dua kata yaitu mina dan padi. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa mina diambil dari arti kata ikan dan padi merupakan tumbuhan yang menghasilkan beras. Secara sederhana minapadi merupakan teknologi penggabungan budidaya padi dan ikan. Di Indonesia teknologi ini berawal ketika sawah para petani telah dipanen, waktu menunggu penanaman padi berikutnya digunakan untuk memelihara ikan di lahan sawah mereka. Seiring dengan perkembangan ilmu pentgetahuan para petani, proses pemeliharaan ikan dari yang pertama terpisah dengan penanaman padi, mulai berkembang menjadi proses pemeliharaan ikan seiring dengan penanaman padi.

Dalam buku Dari Lereng Merapi Menyentuh Dunia tahun 2020, Frans Hero Making menyebutkan bahwa teknologi minapadi yang sering digunakan petani pada saat ini adalah teknologi minapadi kolam dalam (MinKoDal), dan minapadi jajar lego dowo (minapadi jajar legowo). Kedua teknologi ini melakukan kegiatan budidaya ikan dan padi secara bersamaan. Keduanya memiliki kolam di lahan sawah yang digunakan sebagai tempat budidaya ikan. Hal yang membedakan adalah posisi dan jarak penanaman padi di lahan seperti terlihat pada Gambar 1. Pada MinKoDal padi ditanam dengan jarak yang biasanya dilakukan, sedangkan pada jajar legowo tanaman padi dirapatkan untuk menambah kuantitas padi yang ditanam dan jalan untuk ikan bergerak. 

Gambar 1. Perbandingan jarak padi MinKodal (a) dengan Jajar Legowo(b) 

Apa minapadi sustainability ?

Pada tahun 2020 Siregar dkk dalam tulisan yang diterbitkan di E3S Web of Conferences menuturkan terdapat sebuah kontradiksi mengenai minapadi. Hal tersebut ialah teknologi yang menguntungkan petani secara ekonomi, lingkungan yang akan terjaga dari pencemaran pupuk dan pestisida tetapi penggunaan teknologi ini masih rendah khususnya di Indonesia. Selain kurangnya informasi yang didapatkan mengenai teknologi minapadi ini terdapat kendala yang menyebabkan petani belum mengadopsi teknologi ini. Adapula studi yang membahas petani yang berhenti menggunakan teknologi ini karena kendala yang dihadapi seperti faktor alam, dan faktor ekonomi. Faktor alam yang dihadapi berupa rubuhnya kolam yang dibuat, dan juga hama. Faktor ekonomi yang dihadapi lebih pada modal yang diperlukan untuk membeli bibit dan pangan ikan.

Pada pertemuan dunia tahun 1980-an, telah disepakati keberlanjutan merupakan merupakan kesinambungan antara sektor ekonomi, sosial dan lingkungan. Terlihat pada kasus minapadi di atas terdapat ketidaksinambungan pada faktor ekonomi dan faktor lingkungan. Selain itu juga terdapat potensi ketidaksinambungan pada faktor sosial, hal ini dapat terpicu dari pembagian air di sawah. Dari pelbagai permasalahan minapadi tersebut, minapadi tetap memiliki potensi untuk menghasilkan pangan disaat lahan pertanian berkurang. Untuk itu diperlukan inovasi yang terus dilakukan agar teknologi ini menjadi teknologi keberlanjutan. Inovasi yang telah dilakukan antara lain memperluas core bisnis yang dilakukan oleh petani. Seperti yang dilakukan pengelola minapadi yang ada di Sawah Lega, Sukabumi, Jawa Barat dan Samberembe, Sleman, Yogyakarta. Bila pada minapadi petani menambah budidaya ikan sebagai core bisnis-nya, kedua tempat tersebut menambah wisata sebagai salah satu core bisnis. Wisata dianggap menjadi core bisnis yang ideal, karena penggunaan modal dan tenaga yang efisien sedangkan revenue yang didapat tinggi.


Penulis : Zaenal Arifin Siregar - LRMPHP


Kamis, 26 Agustus 2021

KKP Luncurkan Aplikasi PILAR, Menteri Trenggono: Transformasi Digital untuk Tingkatkan Kualitas Layanan

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono meluncurkan aplikasi Pintu Layanan Terpadu atau PILAR sebagai wujud transformasi digital dalam rangka meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat. Peluncuran berlangsung secara luring dan daring di Gedung Mina Bahari IV, Jakarta Pusat, pada Rabu (25/8/2021) sore. 

"Digitalisasi untuk meningkatkan layanan publik adalah langkah yang harus dipilih setiap kementerian dalam meningkatkan kinerja dan kualitas layanan kepada masyarakat," ujar Menteri Trenggono dalam sambutannya. 

Transformasi digital yang dilakukan Kementerian Kelautan dan Perikanan menerapkan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik dan mendukung Satu Data Indonesia. 

Menteri Trenggono menjelaskan, pelayanan publik yang prima harus didukung oleh data yang lengkap agar kebijakan yang dirumuskan dan diambil lebih terarah dan tepat sasaran. Data yang dimaksud di antaranya data masyarakat kelautan dan perikanan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, serta sarana dan prasarana yang ada. 

“Pengetahuan sebaran dan profil masyarakat perikanan menjadi penting dalam merumuskan kebijakan. Solusi digital berperan dalam percepatan pendataan dan penguatan kualitas data. Oleh karena itu, salah satu instruksi pertama saya di KKP adalah segera mendata para pelaku usaha beserta sarana usaha yang dimiliki,” ujarnya. 

Peluncuran aplikasi berbasis mobile tersebut menjadi salah satu jawaban kemudahan percepatan dan perluasan jangkauan pendataan yang dimaksud. Masyarakat kelautan dan perikanan dapat melakukan registrasi mandiri dan data terkonfirmasi secara online dengan data DUKCAPIL. 

Data dari aplikasi tersebut memudahkan masyarakat kelautan dan perikanan untuk memiliki Kartu Pelaku Usaha Kelautan dan Perikanan (KUSUKA). Kartu ini menjadi acuan KKP dalam proses perizinan, penyaluran program bantuan dan pemberdayaan masyarakat, salah satunya dalam penyaluran BBM bersubsidi untuk nelayan. 

Langkah transformasi digital sekaligus untuk mendukung rencana kebijakan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan secara terukur guna mencapai keseimbangan antara pertumbuhan ekologi dan ekonomi serta keberlanjutan sumber daya perikanan nasional. Kebijakan ini merupakan implementasi model Ekonomi Biru yang ditargetkan menciptakan distribusi pertumbuhan wilayah dan mendongkrak pertumbuhan ekonomi secara nasional, serta menjaga kesehatan lingkungan kelautan dan perikanan.

Menteri Trenggono turut memaparkan bahwa sistem kerja administrasi dalam Kementerian Kelautan dan Perikanan juga harus dilaksanakan dengan baik. Oleh karena itu, tidak hanya aplikasi PILAR, KKP juga meluncurkan aplikasi dokumen digital untuk kinerja internal yang efisien, transparan dan akuntabel.

“Salah satu faktor penting dalam transformasi digital adalah adanya pengelolaan dokumen, proses pengadaan barang dan jasa, sistem barang persediaan yang terencana secara baik dan transparan, serta pemantauan dan pengawasan kegiatan yang dilaksanakan secara terpadu,”pungkasnya. 

Sebagai informasi, aplikasi dokumen digital yang diluncurkan antara lain e-layar untuk persuratan. Kemudian e-report untuk pengelolaan pengadaan barang/jasa , e-gudang untuk dalam pengelolaan barang persediaan, dan e-dalwas untuk mengelola pelaporan kegiatan. 

Turut hadir dalam acara Ketua Komisi Informasi Pusat, jajaran pejabat tinggi Kementerian PANRB, Badan Pemeriksa Keuangan, KSP dan KKP secara daring dan luring.

 


Sumber : KKP


Selasa, 24 Agustus 2021

Peneliti LRMPHP Ikuti Semnas Himpenindo DIY 2021

Peneliti LRMPHP menikuti Semnas Himpenindo DIY 2021 secara virtual

Peneliti LRMPHP mengikuti seminar nasional yang diselenggarakan oleh Himpunan Peneliti Indonesia (Himpenindo) D.I Yogyakarta, 24 Agustus 2021. Keikutsertaan dalam seminar ini untuk berbagi ilmu pengetahuan dan teknologi serta melakukan diskusi dan penyebarluasan  hasil kegiatan penelitian. 

Seminar Nasional Himpenindo dengan tema “Inovasi dan Teknologi pada Masa Pandemi Covid-19” dilaksanakan secara virtual (online) menghadirkan pembicara utama, pembicara undangan dan pemakalah yang berasal dari berbagai institusi di Indonesia. Pembicara utama dalam seminar ini adalah Bapak Prof. Dr. Eng. Kuwat Triyana (Guru Besar FMIPA UGM) sebagai Inventor GeNose Covid-19 dan Bapak Dr. Mego Pinandito, M.Eng: Sekretaris Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Makalah yang dipresentasikan dalam seminar ini meliputi tema yang berkaitan dengan penerapan inovasi dan teknologi untuk meningkatkan jaminan social, budaya dan ekonomi masyarakat dimasa pandemi Covid-19, penerapan inovasi dan teknologi untuk mendorong kemandirian bangsa dimasa pandemic Covid-19, dampak lingkungan dimasa pandemi Covid-19, serta politik dan kebijakan dalam penanganan pandemik Covid-19. 

Peserta seminar Himpenindo ini diharapkan memperoleh manfaat yang besar dari kegiatan ini, sehingga mampu mewujudkan atmosfer riset yang baik dan budaya riset yang kokoh, berkelanjutan dan berkualitas sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam menghadapi masa-masa sulit pandemi Covid-19.


Senin, 23 Agustus 2021

MENGUPAS JANTUNG PENDINGIN TEC PADA ALTIS-2

Alat transportasi ikan segar (ALTIS-2) adalah sarana untuk membawa dan mendistribusikan ikan segar untuk pedagang ikan keliling. Alat ini telah dikembangkan oleh Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan pada beberapa tahun sebelumnya. Alat ini dilengkapi dengan pendingin sehingga mampu mempertahankan mutu ikan segar. Pendingin ALTIS menggunakan sistem pendingin termoelektrik (TEC) dengan komponen utama elemen peltier (Gambar 1.)  dengan sumber arus DC. 

Gambar 1. Elemen peltier (Sumber : lairdthermal.com)

Menurut Mansur yang telah melakukan penelitian skripsi pada tahun 2010, pendingin termoelektrik memiliki beberapa kelebihan antara lain ketahanan alat yang baik, tidak menimbulkan suara, tidak adanya bagian mekanikal yang bergerak sehingga tidak menimbulkan getaran. Selain itu pendingin termoelektrik memiliki ukuran yang kecil, ringan, perawatan yang mudah dan ramah lingkungan karena tidak menggunakan refrigerant yang dapat merusak ozon. Termoelektrik juga dapat digunakan pada lingkungan yang sensitif, tidak adanya ketergantungan terhadap posisi peletakan dan ketelitian temperatur kontrol ± 0.1oC dapat dicapai. Sedangkan kelemahan termoelektrik adalah efisiensi yang rendah dan adanya kondensasi pada suhu tertentu. Sehingga sampai saat ini pendingin termoelektrik hanya efektif pada aplikasi untuk objek pendinginan dengan daya yang kecil. 

Prinsip kerja pendingin termoelektrik salah satunya disampaikan oleh Sugiyanto yang disampaikan dalam tulisan skripsinya pada tahun 2008 di Universitas Indonesia. Disampaikan bahwa prinsip kerja pendingin peltier berdasarkan efek peltier yaitu ketika arus DC dialirkan ke elemen peltier yang terdiri dari beberapa pasang sel semikonduktor tipe p (semikonduktor yang mempunyai tingkat energi lebih rendah) dan tipe n (semikonduktor yang mempunyai tingkat energi lebih tinggi), akan mengakibatkan salah satu sisi elemen peltier menjadi dingin (kalor diserap). Sedangkan sisi yang lain akan menjadi panas (kalor dilepas). Sisi elemen peltier yang menjadi panas dan dingin tergantung dari arah aliran listrik yang melaluinya.  Hal yang menyebabkan sisi elemen peltier menjadi dingin adalah mengalirnya elektron dari tingkat energi yang lebih rendah pada semikonduktor tipe p menuju tingkat energi yang lebih tinggi pada semikonduktor tipe n. Supaya elektron tipe p yang mempunyai tingkat energi yang lebih rendah dapat mengalir, maka elektron tersebut menyerap kalor yang  mengakibatkan sisi tersebut menjadi dingin. Sedangkan pelepasan panas ke lingkungan terjadi pada sambungan sisi panas, dimana elektron mengalir dari tingkat energi yang lebih tinggi (semikonduktor tipe n) ke tingkat energi yang lebih rendah (semikonduktor tipe p). Untuk dapat mengalir ke semikonduktor tipe p, kelebihan energi pada tipe n dibuang ke lingkungan sehingga sisi tersebut menjadi panas. Skema aliran panas pada elemen peltier disajikan dalam Gambar 2. 

Gambar 2. Skema aliran panas elemen peltier (Sumber : melcore.com)

Serangkaian pengujian jumlah peltier dan cara penyusunan dalam ALTIS-2 telah dilakukan LRMPHP. Susunan jumlah dan cara penyusunan sangat tergantung dari luasan kabin pembawa ikan, lama transportasi maupun ketersedian sumber energy pada sepeda motor. Pada penggunaan jumlah sistem pendingin yang sama, penyusunan elemen peltier tunggal didapatkan capaian suhu yang lebih rendah, namun membutuhkan energi yang lebih besar. Capaian suhu ruang peti insulasi pada penggunaan dua buah elemen ganda, dua buah elemen tunggal dan empat buah elemen tunggal berturut-turut 18,8, 13,5 dan 8,5 oC. Sedangkan kebutuhan energi masing masing perlakuan sebesar 45, 83 dan 166 Watt. 


Penulis : Tri Nugroho Widianto - LRMPHP





Rabu, 18 Agustus 2021

Serahkan Anugerah Satyalancana, Menteri Trenggono: Lakukan Terobosan dan Inovasi

Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono melakukan penyerahan secara simbolis piagam Anugerah Satyalancana dari Presiden Republik Indonesia kepada 1.531 Aparatur Sipil Negara (ASN) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). 

Kegiatan penyematan dilakukan setelah Menteri Trenggono mengikuti Upacara Bendera Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-76 secara virtual dari kantor KKP di Jakarta, Selasa (17/8/2021). 

"Sebagaimana Keputusan Presiden, saya ucapkan selamat kepada Pegawai Kementerian Kelautan dan Perikanan yang hari ini menerima penganugerahan Tanda Kehormatan Satyalancana Pembangunan, Satyalancana Wira Karya dan Satyalancana Karya Satya," ucap Menteri Trenggono. 

Anugerah Satyalancana Pembangunan diberikan kepada Sunarwan Asuhadi, seorang Peneliti Muda pada Loka Perekayasaan Teknologi Kelautan Wakatobi yang berhasil menginisiasi Wahana Perekayasaan Teknologi Konservasi Biota (Wakatobi) Sea Bamboo. 

Sedangkan Satyalancana Wira Karya diberikan kepada lima pegawai yang berhasil berkarya di bidang kelautan dan perikanan, yaitu Jamal Basmal, Peneliti Utama pada Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. 

Kemudian Ellis Mursitorini, PHPI Muda pada Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang; Hariyano, Perekayasa Madya pada Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon; Sal Sal Purba, Perekayasa Muda pada Balai Perikanan Budidaya Laut Batam; serta Mahmud Efendi, Penyuluh Perikanan Pertama pada Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan Tegal. 

Untuk Satyalancana Karya Satya sendiri diberikan kepada perwakilan ASN yang telah mengabdi di KKP dalam kurun waktu 10 tahun, 20 tahun, dan 30 tahun yang terus menerus menunjukkan loyalitas, kecakapan, kedisiplinan, kesetiaan kepada negara. 


"Kepada Bapak Ibu penerima Satyalancana hari ini, anda merupakan ujung tombak terdepan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk hadir di tengah-tengah masyarakat kelautan dan perikanan dalam memberikan pelayanan yang terbaik," tegasnya. 

Menteri Trenggono turut mengingatkan seluruh pegawai KKP untuk bekerja optimal, khususnya dalam melaksanakan program prioritas KKP yang bertujuan menjaga keberlanjutan ekologi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat menuju ekonomi biru. 

Ketiganya yakni peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sumber daya alam perikanan tangkap untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan, pengembangan perikanan budidaya untuk meningkatkan ekspor yang didukung riset kelautan dan perikanan, serta pembangunan kampung-kampung perikanan budidaya air tawar, air payau dan air laut berbasis kearifan lokal. 

"Terobosan-terobosan dan inovasi baru perlu diciptakan untuk mendukung pencapaian tiga hal tersebut," pungkasnya.


Sumber : KKP


Jumat, 13 Agustus 2021

APLIKASI BAHAN ALAM ZEOLIT PADA BIDANG PERIKANAN

Zeolit alam (Sumber : https//simpedal.tasikmalayakab.go.id/)

Zeolit merupakan batuan alam yang sangat melimpah keberadaanya di Indonesia. Zeolit tersusun dari unsur aluminina-silikat berhidrat dan terikat dengan beberapa kation diantaranya natrium, kalium dan barium. Zeolit umumnya memiliki struktur atom silikon dikelilingi oleh 4 atom oksigen dan memiliki bentuk struktur yang teratur. Perpaduan komposisi alumunium dan silicon ini menyebabkan zeolit memiliki muatan negatif. Muatan negatif inilah yang dapat dimanfaatkan untuk mengikat kation sehingga dapat terjadi pertukaran kation. Secara umum zeolit sudah banyak dimanfaatkan sebagai ion exchanger, yaitu penukar ion alami yang berguna untuk menghilangkan kation atau senyawa lain yang dapat mencemari lingkungan. 

Komposisi penyusun zeolite salah satunya disampaikan oleh Zain, dkk., yang dimuat dalam Journal of Engineering and Applied Sciences pada tahun 2018 seperti ditunjukkan pada Tabel 1. Pada penelitian yang dilakukan oleh Zain tersebut bahwa zeolite dapat dipakai untuk mengurangi kandungan amonia selama masa pemeliharaan ikan nila merah. Pada percobaan yang dilakukan selama 60 hari untuk pemeliharaan ikan nila merah menunjukkan bahwa dosis pemberian zeolit terbaik adalah sebesar 15 gram/L air, sedangkan untuk kandungan fosfat terbaik didapatkan pada dosis zeolite sebesar 10 gran/L.

Pada penelitian lainnya, zeolite dapat dimanfaatkan sebagai penyerap amonium pada transportasi ikan hidup, salah satunya disampaikan oleh Singh, dkk yang dimuat di jurnal Aquaculture pada tahun 2004. Penelitian tersebut mengungkapkan zeolite dapat dimanfaatkan pada transportasi sejenis ikan mas sistem tertutup selama 48 jam menggunakan kantong plastik dengan berbagai perlakuan konsentrasi zeolite yang dipergunakan. Hasil penelitian seperti ditunjukkan pada Tabel 2., tampak bahwa dosis zeolite sebesar 7 gram/L terjadi penurunan kandungan amonia terbaik serta menghasilkan sintasan ikan 100%.

Amonia adalah salah satu senyawa yang dihasilkan oleh ikan dari sisa pencernaan dan kotoran ikan. Amonia (NH3) dalam air akan terdisosisasi menjadi ion ammonium (NH4)+ dan ion (OH)- secara kesetimbangan. Dengan adanya zeolite dapat digunakan untuk menyerap ion ammonium (NH4)+, kesetimbangan kimia akan bergeser ke arah kanan (membentuk ammonium (NH4)+ ), sehingga ion ammonia (NH3) yang berbahaya bagi ikan keberadaanya dapat berkurang. 


Penulis : Tri Nugroho Widianto - LRMPHP

Selasa, 10 Agustus 2021

Harteknas, Menteri Trenggono Perkuat Peran IPTEK untuk Wujudkan Ekonomi Biru

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menegaskan peran riset dan inovasi teknologi sangat penting dalam upaya membangun sektor kelautan dan perikanan Indonesia menjadi lebih modern dan produktif. Untuk itu dia meminta jajarannya di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memperkuat peran keduanya. 

"Riset dan inovasi teknologi memegang peranan penting dalam mewujudkan ekonomi biru sebagai agenda prioritas kelautan dan perikanan melalui pengelolaan sumber daya alam Indonesia yang terukur dan seimbang antara ekologi dan ekonomi," ujarnya dalam tayangan video peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional, Selasa (10/8/2021).

Penguatan riset dan penerapan teknologi secara masif, sambung Menteri Trenggono, juga mampu mendongkrak jumlah dan kualitas produksi kelautan dan perikanan dengan tetap menjaga lingkungan lestari. 

Salah satu langkah yang bisa dilakukan untuk memperkuat riset maupun inovasi teknologi di bidang kelautan dan perikanan, menurutnya melalui kolaborasi intensif dengan lembaga maupun instansi lainnya. 

"Saya berharap kolaborasi intensif akan menghasilkan teknologi tepat guna yang tepat sasaran, up to date, dan memberikan manfaat, sesuai dengan potensi dan kebutuhan masyarakat kelautan dan perikanan," pungkasnya. 

Sementara itu, KKP sebagai 'tangan' pemerintah yang mengurusi sektor kelautan dan perikanan sudah menelurkan beragam inovasi, baik di bidang perikanan tangkap, perikanan budidaya, pengawasan hingga menjaga kelestarian ikan-ikan endemik. 

Plt. Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) KKP Kusdiantoro mengatakan, riset dan inovasi tersebut dilakukan untuk mendukung tiga terobosan yang menjadi program prioritas KKP. Pertama, peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sumber daya alam perikanan tangkap untuk peningkatan kesejahteraan nelayan. Kedua, Pengembangan perikanan budidaya untuk peningkatan ekspor didukung riset kelautan dan perikanan. Ketiga, pembangunan kampung-kampung perikanan air tawar, air payau dan air laut berbasis kearifan lokal. 

Dari sekian banyak hasil riset dan inovasi yang dihasilkan oleh KKP, tiga diantaranya adalah Barata, kincir air tambak hemat energi dan ramah lingkungan, dan Speectra. Berikut penjelasan ketiganya:

1. Barata

Barata atau Bali Radar Ground Receiving Station merupakan radar canggih yang dioperasikan oleh Balai Riset dan Observasi Laut (BROL), Jembrana. Dengan teknologi ini, KKP mampu mendeteksi praktik Illegal, Unreported, Unregulated (IUU) Fishing dan tumpahan minyak di wilayah perairan Indonesia, termasuk area Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE). Nantinya kemampuannya akan ditingkatkan sampai pada pemantauan stok ikan, kondisi terumbu karang, kawasan budidaya udang dan rumput laut, hingga area pesisir yang rentan.

Terkait mekanisme monitoring IUU Fishing pada teknologi informasi satelit radar yang beroperasi saat ini, awalnya data radar dari satelit Radarsat-2 dan COSMO-SkyMed diterima secara langsung oleh stasiun bumi di BROL Jembrana. Kemudian data tersebut dikorelasikan dengan data VMS (vessel monitong system) yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan KKP dan data AIS (automatic identification system) di BROL 

2. Kincir Air Tambak Hemat Energi dan Ramah Lingkungan

Kincir air merupakan salah satu sarana budidaya perikanan yang memiliki peran sangat penting dalam menciptakan kondisi agar terjadi keseimbangan ekosistem perairan tambak. Kincir air berperan dalam menyuplai oksigen perairan tambak dan membantu dalam proses pemupukan dan pencampuran karakteristik air tambak lapisan atas dan bawah. Pengoperasian kincir air juga membantu dalam membersihkan kotoran-kotoran yang ada di dasar tambak sehingga menstabilkan kualitas air.

Menyadari perannya yang krusial serta harga di pasaran dan perawatannya yang relatif mahal, Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo, satuan pendidikan di bawah naungan BRSDM, KKP melakukan inovasi dengan membuat teknologi kincir air hemat energi dari bahan lokal yang ada di sekitar, sehingga apabila ada kerusakan maka perawatannya ringan dan suku cadangnya mudah didapat. Melalui berbagai uji coba di perairan tambak ikan dan udang, Politeknik ini mengembangkan mesin kincir air hemat energi bertenaga listrik yang ramah lingkungan tanpa ada gas buang dan tidak menimbulkan kebisingan.

Inovasi teknologi kincir yang dihasilkan memiliki tingkat komponen dalam negeri di atas 50%. Kincir ini memiliki keunggulan dimana DO (dissolved oxygen) yang dihasilkan tinggi, cakupan area maupun tinggi semburan maksimal, biaya operasional lebih murah, sparepart mudah didapatkan, perawatan mudah dikerjakan dan tentu saja dengan harga lebih kompetitif. Dengan adanya kincir ini diharapkan akan menekan biaya operasional budidaya udang, sehingga pendapatan menjadi lebih meningkat dan kesejahteraan petambak terwujud.

3. Speectra

Special Area for Conservation and Fish Refugia atau Speectra merupakan model pengelolaan perikanan dengan memanfaatkan rawa banjiran yang sudah dimodifkasi menjadi ekosistem rehabilitasi.

Perairan rawa banjiran (flood plain area) berfungsi sebagai tempat spawning, nursery dan feeding ground untuk ikan, namun ekosistem ini lebih cepat rusak bahkan hilang saat kemarau datang. Sehingga penerapan model Speectra bertujuan untuk menjadikan rawa banjiran sebagai margasatwa perikanan air tawar dan menjaga ikan-ikan endimik dari kepunahan.

Speectra terletak di salah satu instalasi Balai Riset Perikanan Perairan Umum dan Penyuluhan Perikanan (BRPPUPP) BRSDM yang berada di Patra Tani, Muara Enim, Sumatera Selatan Speectra tahap 1, 2 dan 3 telah dibangun bertahap sejak tahun 2019, dengan luas 3 hektare sebagai percontohan, yang akan dikembangkan hingga mencapai 40 hektare.

Hasil riset menunjukkan Speectra dapat meningkatkan pendapatan nelayan sekitar, dengan perkiraan cadangan produksi ikan yang dapat dihasilkan lebih dari Rp100 juta per model per tahun. Diharapkan inovasi ini dapat diterapkan pada daerah-daerah lainnya.

 

Sumber : KKP 


Senin, 09 Agustus 2021

“FISH JELLY GUNUNG KIDUL” Tayang di Neptune TV KKP

“FISH JELLY GUNUNG KIDUL” video hasil produksi LRMPHP sudah dapat dinikmati melalui Neptune TV KKP di aplikasi MAXstream yang dikelola Telkomsel. Video ini diproduksi sebagai bentuk dukungan LRMPHP kepada BRSDM KP untuk mengisi siaran Neptune TV KKP. “FISH JELLY GUNUNG KIDUL” berisi tentang dukungan riset teknologi tepat guna (TTG) LRMPHP dalam pengembangan UMKM fish jelly di Kabupaten Gunung Kidul. “FISH JELLY GUNUNG KIDUL” dapat disaksikan melalui link  https://maxstream.tv/movies/111405

Jumat, 06 Agustus 2021

KKP Komitmen Pelayanan Informasi Publik Secara Transparan, Cepat dan Mudah


Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berkomitmen memberikan pelayanan secara optimal kepada masyarakat, termasuk dalam hal pengelolaan pelayanan informasi publik. Terbaru, KKP bersama Komisi Kelembagaan Informasi Pusat (KIP) menyepakati Komitmen Bersama Keterbukaan Informasi Publik.

Hadir dalam penandatangan komitmen tersebut Sekretaris Jenderal KKP, Antam Novambar beserta Komisioner Bidang Kelembagaan Komisi Informasi Pusat, Cecep Suryadi di Kantor Pusat KKP, Jakarta, pada Kamis (5/8/2021).

Antam mengatakan dalam mengoptimalkan keterbukaan informasi publik, kementeriannya akan mengedepankan digitalisasi dan otomatisasi. Dengan menggunakan teknologi, penyampaian informasi publik menjadi lebih cepat dan efisien.

“Kementerian dan negara kalau tidak ikut digitalisasi jangan harap bisa mengejar ketertinggalan, jadi kita harus mengikuti,” ujar Antam dalam sambutannya.

Antam berharap keterbukaan informasi publik yang digaungkan pihaknya memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam mengakses berbagai informasi terkait sektor kelautan dan perikanan. Ini juga bagian dari tanggung jawab lembaga pemerintah sebagai badan publik terhadap hak publik.

“Jadi akses mereka ke KKP harus dibuka secara seluas-luasnya. Jangan sampai terjadi lagi banyak keluhan,” tegas Antam.

Sementara itu Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Kerja Sama Luar Negeri KKP Agung Tri Prasetyo menambahkan, terdapat peningkatan Hasil Pemeringkatan K/L oleh KIP terhadap Badan Publik KKP dalam 3 tahun terakhir. Di mana pada tahun 2018 KKP pada kategori Cukup Informatif, 2019 Kategori Informatif dan pada tahun 2020 KKP Kategori Informatif dengan trend peningkatan nilai.

“Selanjutnya dengan adanya Komitmen kita bersama maka di tahun 2021 ini kita berharap untuk mempertahankan KKP Sebagai Badan Publik Kategori Informatif melalui upaya-upaya inovasi-kolaborasi, perbaikan layanan dan aplikasi yang terintegrasi,” ujar Agung.

Untuk layanan keterbukaan informasi publik, KKP memiliki website e-PPID dan Aplikasi Android e-PPID yang dikelola oleh Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID). Layanannya berupa pelayanan informasi publik meliputi permohonan informasi dan pengajuan keberatan. Kemudian layanan penyediaan daftar informasi publik/klasifikasi informasi. Lalu pengujian konsekuensi bagi informasi yang dikecualikan (rahasia), serta penanganan sengketa informasi.

KKP juga terus membenahi pelayanan keterbukaan informasi publik di daerah melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT). Belum lama ini, inovasi dari Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Mataram, Nusa Tenggara Barat, mendapat penghargaan dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB) melalui aplikasi Cukup Mudah dan Gampang (Si Chupang).

Keberadaan Si Chupang berhasil memangkas waktu layanan dari 1 - 4 hari menjadi 30 menit saja. Hasilnya terjadi peningkatan frekuensi ekspor dari yang semula 148 pengiriman menjadi 271 atau naik sebesar 83,11%. Nilai ekspor yang dihasilkan pun meningkat, dari yang mulanya Rp20,6 miliar menjadi Rp66,8 miliar, atau naik sebesar 223,97%. Selain itu pengiriman domestik juga turut meningkat, dari 19.067 menjadi 22.869 frekuensi pengiriman, naik sebesar 19,94%.

Sebagai informasi, penandatanganan komitmen bersama dilakukan serentak secara luring dan daring jajaran KKP di Pusat oleh Karo Humas dan KLN, para Sekretaris Itjen/Ditjen/Badan selaku Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Eselon 1 dan Daerah oleh seluruh Kepala UPT KKP selaku PPID Pelaksana.


Sumber : kkp

Kamis, 05 Agustus 2021

Komitmen LRMPHP pada Keterbukaan Informasi Publik

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (LRMPHP) sebagai satuan kerja di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berkomitmen mendukung penuh pelaksanaan Keterbukaan Informasi Publik di KKP. Hal ini merupakan amanat dari Undang-Undang nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 4 Tahun 2019 tentang Penyelenggaran Layanan Informasi Publik di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Dukungan itu salah satunya dinyatakan dalam bentuk dokumen Komitmen Bersama Keterbukaan Informasi Publik yang ditandatangani secara serentak oleh Sekretaris unit Eselon I, para kepala satuan kerja/unit pelaksana teknis, dan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di lingkungan KKP dengan disaksikan oleh Sekretaris Jenderal KKP Bapak Antam Novambar dan Komisioner Komisi Informasi Publik.

Hal-hal yang tercakup di dalam komitmen ini diantaranya yaitu penyediaan anggaran, sarana dan prasarana pendukung, sumber daya manusia yang kompeten serta pengelolaan pelayanan informasi publik secara transparan, cepat, dan mudah.

Pelaksanaan penandatanganan komitmen bersama ini merupakan rangkaian kegiatan Forum Kehumasan bertema "Keterbukaan Informasi Publik KKP Menuju Terintegrasi" yang diselenggarakan oleh Sekretariat Jenderal KKP pada tanggal 5 Agustus 2021 secara daring.

Kepala LRMPHP, koordinator manajerial dan ketua kelompok peneliti (Kakelti) mengikuti rangkaian kegiatan ini dari lobby lantai 2 gedung LRMPHP, termasuk penandatanganan komitmen bersama dan diskusi dalam forum kehumasan tersebut.


Selasa, 03 Agustus 2021

Peneliti LRMPHP Raih Pemakalah Terbaik Pada Semnaskan-UGM XVIII 2021

Sertifikat pemakalah terbaik yang diraih peneliti LRMPHP

Peneliti Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan Bantul, Ahmat Fauzi meraih Pemakalah Terbaik dalam Seminar Nasional Tahunan XVIII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 2021 yang diselenggarakan oleh Departemen Perikanan, Fakustas Pertanian, Universitas Gadjah Mada secara daring pada 26 - 27 Juli 2021 dengan platform Zoom. Semnaskan-UGM XVIII ini merupakan agenda tahunan sebagai wahana berbagi ilmu pengetahuan dan teknologi hasil penelitian dari para peneliti di Indonesia dalam rangka penyebarluasan informasi untuk dapat diterapkan dan diintegrasikan dalam kegiatan pengembangan sektor perikanan dan kelautan.

Pada Semnaskan-UGM XVIII 2021, pemakalah yang registrasi secara online mencapai 150 peserta, baik kalangan akademisi maupun instansi pemerintah. Ahmat Fauzi merupakan salah satu dari lima peneliti LRMPHP yang mempresentasikan karya tulis ilmiah (KTI) secara oral. Keikutsertaan peneliti LRMPHP ini selain untuk meningkatkan kompetensi dan wawasan, juga untuk mempublikasikan hasil karya tulis ilmiah (KTI). 

Ahmat Fauzi terpilih menjadi pemakalah terbaik atau best presenter pada kelompok panel kategori bidang Penangkapan Ikan-Kelautan-Biologi Perikanan. Pada bidang ini terdapat 15 makalah yang dipresentasikan secara oral. Selain itu masih ada beberapa kategori bidang lain yang dipresentasikan dalam Semnaskan-UGM XVIII 2021 yaitu bidang Genetika dan Pembenihan, Nutrisi - Pakan, Rekayasa Budidaya dan Kesehatan Ikan, Manajemen Sumber Daya Perikanan, Sosial Ekonomi Perikanan, Mutu dan Keamanan Pangan, Pasca Panen dan Bioteknologi, Rekayasa Budidaya Perikanan, Kesehatan Ikan, Manajemen Sumber Daya Perikanan - Penangkapan Ikan, Sosial Ekonomi Perikanan - Biologi Perikanan, dan Mutu Keamanan Pangan - Pasca Panen.

Pada Semnaskan-UGM XVIII, Ahmat Fauzi mempresentasikan KTI berjudul “PENGUJIAN SISTEM ALREF SEBAGAI COLD STORAGE UNTUK PEYIMPANAN IKAN PADA KAPAL NELAYAN 10-15 GT” yang ditulis bersama Tri Nugroho Widianto. Dalam paparannya, penelitian ini merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan mutu ikan setelah penangkapan dan transportasi di atas kapal nelayan dengan metode pendinginan. Penerapan metode pendinginan yang digunakan adalah sistem ALREF (air laut yang direfrigerasi) untuk penyimpanan ikan pada kapal 10-15 GT. Komponen utama sistem ALREF adalah palka, evaporator, kondensor, kompresor, refrigerant dan katup ekspansi. 

Penelitian yang dilakukan Ahmat Fauzi bersama Tri Nugroho Widianto ini bertujuan untuk mendapatkan performansi suhu ruang palka pada sistem ALREF dengan pengujian media dingin berupa udara (sistem cold storage). Perlakuan yang dilakukan yaitu pengujian sistem cold storage pada sistem ALREF sampai suhu udara palka mencapai sekitar -18 °C. Pengujian dilakukan pada kondisi palka tanpa beban dengan parameter pengamatan yaitu suhu udara yang didinginkan di dalam palka pada 5 titik, arus/daya listrik yang dibutuhkan, tekanan dan suhu kondensor dan tekanan dan suhu evaporator. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sistem ALREF dapat mendinginkan ruang palka sampai -18 °C dalam waktu 250 menit. Kecepatan pendinginan udara pada 5 titik berkisar 10,92 - 11,37 °C/jam dengan rata-rata 11,23 °C/jam. Daya listrik aktual 2,42 kW dan daya kompresor 1,83 kW. Berdasarkan hasil pengujian di atas, sistem ALREF dapat digunakan sebagai cold storage hingga suhu -18 °C sebagai alternatif penyimpanan pada ikan yang kurang cocok dengan media pendingin air laut.