Apa itu minapadi ?
Minapadi terdiri dari dua kata yaitu mina dan padi. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa mina diambil dari arti kata ikan dan padi merupakan tumbuhan yang menghasilkan beras. Secara sederhana minapadi merupakan teknologi penggabungan budidaya padi dan ikan. Di Indonesia teknologi ini berawal ketika sawah para petani telah dipanen, waktu menunggu penanaman padi berikutnya digunakan untuk memelihara ikan di lahan sawah mereka. Seiring dengan perkembangan ilmu pentgetahuan para petani, proses pemeliharaan ikan dari yang pertama terpisah dengan penanaman padi, mulai berkembang menjadi proses pemeliharaan ikan seiring dengan penanaman padi.
Dalam buku Dari Lereng Merapi Menyentuh Dunia tahun 2020, Frans Hero Making menyebutkan bahwa teknologi minapadi yang sering digunakan petani pada saat ini adalah teknologi minapadi kolam dalam (MinKoDal), dan minapadi jajar lego dowo (minapadi jajar legowo). Kedua teknologi ini melakukan kegiatan budidaya ikan dan padi secara bersamaan. Keduanya memiliki kolam di lahan sawah yang digunakan sebagai tempat budidaya ikan. Hal yang membedakan adalah posisi dan jarak penanaman padi di lahan seperti terlihat pada Gambar 1. Pada MinKoDal padi ditanam dengan jarak yang biasanya dilakukan, sedangkan pada jajar legowo tanaman padi dirapatkan untuk menambah kuantitas padi yang ditanam dan jalan untuk ikan bergerak.
Gambar 1. Perbandingan jarak padi MinKodal (a) dengan Jajar Legowo(b) |
Apa minapadi sustainability ?
Pada tahun 2020 Siregar dkk dalam tulisan yang diterbitkan di E3S Web of Conferences menuturkan terdapat sebuah kontradiksi mengenai minapadi. Hal tersebut ialah teknologi yang menguntungkan petani secara ekonomi, lingkungan yang akan terjaga dari pencemaran pupuk dan pestisida tetapi penggunaan teknologi ini masih rendah khususnya di Indonesia. Selain kurangnya informasi yang didapatkan mengenai teknologi minapadi ini terdapat kendala yang menyebabkan petani belum mengadopsi teknologi ini. Adapula studi yang membahas petani yang berhenti menggunakan teknologi ini karena kendala yang dihadapi seperti faktor alam, dan faktor ekonomi. Faktor alam yang dihadapi berupa rubuhnya kolam yang dibuat, dan juga hama. Faktor ekonomi yang dihadapi lebih pada modal yang diperlukan untuk membeli bibit dan pangan ikan.
Pada pertemuan dunia tahun 1980-an, telah disepakati keberlanjutan merupakan merupakan kesinambungan antara sektor ekonomi, sosial dan lingkungan. Terlihat pada kasus minapadi di atas terdapat ketidaksinambungan pada faktor ekonomi dan faktor lingkungan. Selain itu juga terdapat potensi ketidaksinambungan pada faktor sosial, hal ini dapat terpicu dari pembagian air di sawah. Dari pelbagai permasalahan minapadi tersebut, minapadi tetap memiliki potensi untuk menghasilkan pangan disaat lahan pertanian berkurang. Untuk itu diperlukan inovasi yang terus dilakukan agar teknologi ini menjadi teknologi keberlanjutan. Inovasi yang telah dilakukan antara lain memperluas core bisnis yang dilakukan oleh petani. Seperti yang dilakukan pengelola minapadi yang ada di Sawah Lega, Sukabumi, Jawa Barat dan Samberembe, Sleman, Yogyakarta. Bila pada minapadi petani menambah budidaya ikan sebagai core bisnis-nya, kedua tempat tersebut menambah wisata sebagai salah satu core bisnis. Wisata dianggap menjadi core bisnis yang ideal, karena penggunaan modal dan tenaga yang efisien sedangkan revenue yang didapat tinggi.
Penulis : Zaenal Arifin Siregar - LRMPHP