PELATIHAN

LRMPHP telah banyak melakukan pelatihan mekanisasi perikanan di stakeholder diantaranya yaitu Kelompok Pengolah dan Pemasar (POKLAHSAR), Kelompok Pembudidaya Ikan, Pemerintah Daerah/Dinas Terkait, Sekolah Tinggi/ Universitas Terkait, Swasta yang memerlukan kegiatan CSR, Masyarakat umum, dan Sekolah Menengah/SMK

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan

LRMPHP sebagai UPT Badan Riset dan SDM KP melaksanakan riset mekanisasi pengolahan hasil perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 81/2020

Tugas Pokok dan Fungsi

Melakukan tugas penelitian dan pengembangan strategis bidang mekanisasi proses hasil perikanan di bidang uji coba dan peningkatan skala teknologi pengolahan, serta rancang bangun alat dan mesin untuk peningkatan efisiensi penanganan dan pengolahan hasil perikanan

Kerjasama

Bahu membahu untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan dengan berlandaskan Ekonomi Biru

Sumber Daya Manusia

LRMPHP saat ini didukung oleh Sumber Daya Manusia sebanyak 20 orang dengan latar belakang sains dan engineering.

Minggu, 14 Desember 2014

Sejahterakan Nelayan, Pemkab Bantul Perbaiki Sistem Lelang Ikan

VIVAnews - Nelayan yang ada di Pantai Selatan Yogyakarta, khususnya di Kabupaten Bantul, selama ini mengeluh keberadaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) hanya sekadar menjadi tempat penimbangan ikan saja, sehingga harga ikan tangkapan laut dimonopoli beberapa pedagang atau tengkulak.
Atas keluhan tersebut, Bupati Bantul, Sri Suryawidati, menegaskan akan melakukan evaluasi dari TPI yang tidak sesuai fungsinya dan merugikan para nelayan.
"Kita akan evaluasi atas keluhan dari masyarakat tersebut, dan di 2015 TPI akan menjadi Tempat Pelelangan Ikan yang sebenarnya," kata Sri Suryawidati Minggu 14 Desember 2014.
Dengan diselesaikannya permasalahan ini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul berharap makin banyak pedagang yang ikut lelang, sehingga membuka peluang harga ikan menjadi lebih tinggi karena tidak lagi ada monopoli harga.
"Segelintir pedagang ini tidak akan lagi bisa memainkan harga jika sudah menggunakan mekanisme lelang terbuka," ucap Ida, panggilan akrab Bupati Bantul tersebut.
Lebih jauh Ida mengatakan, Pemkab akan memfasilitasi pedagang dari luar Bantul jika memang ingin ikut dalam lelang terbuka di TPI.
"Akan ada perlakuan yang sama antara pedagang lokal dengan pedagang dari luar Bantul," kata Ida.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Pemkab Bantul, Edi Mahmudi, mengatakan Surat Keputusan (SK) Bupati tentang mekanisme lelang saat ini tengah dibahas, dan diharapkan akhir Desember bisa selesai sehingga awal Januari bisa mulai diterapkan di seluruh TPI yang ada di wilayah Bantul.
"Harapannya nelayan akan lebih sejahtera dan harga ikan tidak dimainkan sejumlah tengkulak," kata Edi.
SK Bupati nantinya juga akan menghapus setoran dari nelayan untuk TPI, karena dalam peraturan menteri kelautan dan perikanan, nelayan tidak boleh dipotong hasil penjualan ikannya untuk TPI.
"Saat ini kan ada potongan dari pendapatan nelayan ketika melaut, namun ke depannya tidak boleh lagi ada potongan untuk TPI," ujar Edi.

Ref : Vivanews

Kamis, 04 Desember 2014

Musim Hujan Datang, Nelayan Pantai Selatan Yogya Panen Lobster

VIVAnews - Nelayan pantai selatan Yogyakarta bisa sedikit tersenyum lega. Karena sejak dua pekan terakhir ini, mereka panen lobster yang memiliki nilai jual tinggi.
Barangkali ini merupakan masa panen lobster karena hampir semua nelayan yang melaut dipastikan pulang membawa belasan kilogram lobster kelas satu atau kualitas ekspor.
''Sekali melaut kita bisa memperoleh 6-8 kilogram lobster, kalau lagi sepi minimal pulang membawa 2 kilogram udang lobster,'' ujar Tri Juanto, nelayan Pantai Samas, Kabupaten Bantul, DIY, Kamis, 4 November 2014.
Meski hanya membawa sedikit, namun itu sudah cukup bisa mengembalikan modal dari pada tidak dapat sama sekali. ''Walau tangkapannya sedikit, namun harganya cukup mahal,'' tambah dia.
Kondisi yang sama juga dialami Miyarso, nelayan Pantai Siung, Kabupaten Gunungkidul. Bahkan, menurut dia, ia bersama teman-temannya minimal pulang melaut dapat udang sekitar 5 kilogram.
''Kami pikir hasil yang cukup bagus,'' kata Miyarso, nelayan Pantai Siung, Kabupaten Gunungkidul. ''Kebetulan selama dua pekan ini, selama melaut kami pulang selalu membawa lobster,'' kata dia.
Menurut Tri Juwanto dan Miyarso, harga satu kilogram lobster rata-rata laku Rp250.000. Untuk lobster jenis mutiara harga bisa diatas Rp750.000 per kilo. ''Kalau nasib bagus, sekali melaut bisa dapat jutaan rupiah dan lupa BBM naik,'' katanya bergurau.
Sedangkan Mugari, nelayan Pantai Samas, Bantul menambahkan, penjualan lobster cukup mudah. Sebab sudah ada pengepul dan siap menampung berapapun tangkapan nelayan.
''Tapi lobster harus utuh, tidak boleh cacat dan harus hidup kalau cacat kulit terluka apalagi mati harganya jatuh,'' ucap Mugari.
Menurut Mugari, lobster hasil tangkapan nelayan kemudian akan diekspor ke berbagai negara seperti Jepang dan Singapura.
Untuk menangkap lobster dan tangkapan aman, nelayan menggunakan teknik sederhana, yaitu cukup menggunakan rendet. Yakni, jebakan lobster perpaduan jaring dan bambu yang dipasang di seputar batu karang pinggir pantai.
''Hari ini rendet kita pasang, besok baru kita angkat atau kita ambil. Biasanya di dalamnya sudah ada lobster yang jumlahnya bervariasi, kalau pas musim seperti sekarang ini ya dapat lumayan,'' katanya.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Gunungkidul, Agus Priyanto mengungkapkan, habitat lobster di DIY paling banyak berada di perairan Gunungkidul. Sebab semua kawasan pantai di Ginungkidul berupa perbukitan, batu karang sebagai tempat inggal dan habitat lobster.
Berdasarkan pendataan, terdapat enam jenis lobster yang hidup di perairan laut selatan Jawa, yaitu lobster jenis batu, Pakistan, Pasir, Bambu, Batik, dan Mutiara. Walau harga jual tinggi, namun nelayan hanya bisa memanen lobster musiman setiap awal datangnya hujan karena minimnya peralatan.