VIVAnews - Nelayan pantai selatan Yogyakarta bisa sedikit tersenyum lega. Karena sejak dua pekan terakhir ini, mereka panen lobster yang memiliki nilai jual tinggi.
Barangkali ini merupakan masa panen lobster karena hampir semua nelayan yang melaut dipastikan pulang membawa belasan kilogram lobster kelas satu atau kualitas ekspor.
''Sekali melaut kita bisa memperoleh 6-8 kilogram lobster, kalau lagi sepi minimal pulang membawa 2 kilogram udang lobster,'' ujar Tri Juanto, nelayan Pantai Samas, Kabupaten Bantul, DIY, Kamis, 4 November 2014.
Meski hanya membawa sedikit, namun itu sudah cukup bisa mengembalikan modal dari pada tidak dapat sama sekali. ''Walau tangkapannya sedikit, namun harganya cukup mahal,'' tambah dia.
Kondisi yang sama juga dialami Miyarso, nelayan Pantai Siung, Kabupaten Gunungkidul. Bahkan, menurut dia, ia bersama teman-temannya minimal pulang melaut dapat udang sekitar 5 kilogram.
''Kami pikir hasil yang cukup bagus,'' kata Miyarso, nelayan Pantai Siung, Kabupaten Gunungkidul. ''Kebetulan selama dua pekan ini, selama melaut kami pulang selalu membawa lobster,'' kata dia.
Menurut Tri Juwanto dan Miyarso, harga satu kilogram lobster rata-rata laku Rp250.000. Untuk lobster jenis mutiara harga bisa diatas Rp750.000 per kilo. ''Kalau nasib bagus, sekali melaut bisa dapat jutaan rupiah dan lupa BBM naik,'' katanya bergurau.
Sedangkan Mugari, nelayan Pantai Samas, Bantul menambahkan, penjualan lobster cukup mudah. Sebab sudah ada pengepul dan siap menampung berapapun tangkapan nelayan.
''Tapi lobster harus utuh, tidak boleh cacat dan harus hidup kalau cacat kulit terluka apalagi mati harganya jatuh,'' ucap Mugari.
Menurut Mugari, lobster hasil tangkapan nelayan kemudian akan diekspor ke berbagai negara seperti Jepang dan Singapura.
Untuk menangkap lobster dan tangkapan aman, nelayan menggunakan teknik sederhana, yaitu cukup menggunakan rendet. Yakni, jebakan lobster perpaduan jaring dan bambu yang dipasang di seputar batu karang pinggir pantai.
''Hari ini rendet kita pasang, besok baru kita angkat atau kita ambil. Biasanya di dalamnya sudah ada lobster yang jumlahnya bervariasi, kalau pas musim seperti sekarang ini ya dapat lumayan,'' katanya.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Gunungkidul, Agus Priyanto mengungkapkan, habitat lobster di DIY paling banyak berada di perairan Gunungkidul. Sebab semua kawasan pantai di Ginungkidul berupa perbukitan, batu karang sebagai tempat inggal dan habitat lobster.
Berdasarkan pendataan, terdapat enam jenis lobster yang hidup di perairan laut selatan Jawa, yaitu lobster jenis batu, Pakistan, Pasir, Bambu, Batik, dan Mutiara. Walau harga jual tinggi, namun nelayan hanya bisa memanen lobster musiman setiap awal datangnya hujan karena minimnya peralatan.