PELATIHAN

LRMPHP telah banyak melakukan pelatihan mekanisasi perikanan di stakeholder diantaranya yaitu Kelompok Pengolah dan Pemasar (POKLAHSAR), Kelompok Pembudidaya Ikan, Pemerintah Daerah/Dinas Terkait, Sekolah Tinggi/ Universitas Terkait, Swasta yang memerlukan kegiatan CSR, Masyarakat umum, dan Sekolah Menengah/SMK

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan

LRMPHP sebagai UPT Badan Riset dan SDM KP melaksanakan riset mekanisasi pengolahan hasil perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 81/2020

Tugas Pokok dan Fungsi

Melakukan tugas penelitian dan pengembangan strategis bidang mekanisasi proses hasil perikanan di bidang uji coba dan peningkatan skala teknologi pengolahan, serta rancang bangun alat dan mesin untuk peningkatan efisiensi penanganan dan pengolahan hasil perikanan

Kerjasama

Bahu membahu untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan dengan berlandaskan Ekonomi Biru

Sumber Daya Manusia

LRMPHP saat ini didukung oleh Sumber Daya Manusia sebanyak 20 orang dengan latar belakang sains dan engineering.

Senin, 03 Desember 2018

Ka. LRMPHP Hadiri Launching Kampung Nila di Sleman

Ka LRMPHP menyampaikan sambutan 
Kepala Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (LRMPHP), Luthfi Assadatd, M.Sc mewakili Pusat Riset Perikanan (Pusriskan)  menghadiri kegiatan pencanangan Kampung Nila di Pokdakan Mino Ngremboko, Bogesan, Kabupaten Sleman pada kamis (29/11). Dalam sambutannya, Kepala LRMPHP menyampaikan apresiasinya atas pencanangan kampung Bokesan sebagai Kampung Nila. Berbagai lini di lingkup BRSDM, khususnya di Pusriskan dan LRMPHP siap untuk memberikan dukungan teknologi agar pencanangan Kampung Nila ini mencapai harapan semua pihak.

Ka LRMPHP menghadiri launghing Kampung Nila
Kampung Nila Bokesan pada awal tahun 1970-1980an merupakan daerah yang tandus, namun dengan adanya aliran irigasi yang diinisiasi pada saat itu, membuka celah untuk usaha perikanan berupa pembudidayaan ikan air tawar, baik berupa lele dan nila oleh masyarakat baik secara individu maupun berkelompok.

Kelompok Pembudidaya Ikan (KPI) Mino Ngremboko sebagai salah satu KPI di Bokesan merupakan kelompok yang aktif bergerak khususnya pada budidaya dan pembibitan ikan nila. Dari waktu ke waktu, berbagai penghargaan diraih oleh KPI Mino Ngremboko, seperti pengakuan sebagai pelaku usaha perikanan level Madya dari pemerintah, serta penetapan KPI Mino Ngremboko sebagai Pusat Pelatihan Masyarakat Kelautan dan Perikanan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (P2MKP). Dengan berbagai modal tersebut, KPI Mino Ngremboko bergerak lebih jauh lagi dengan mengembangkan usaha wisata dan kuliner bidang perikanan.

Atas dasar hal tersebut maka Kampung Bogesan dicanangkan sebagai Kampung Nila di Kabupaten Sleman. Pencanangan Dusun Bokesan sebagai Kampung Nila ditandai dengan penyerahan miniatur kampung nila oleh Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) Sleman, (Ir. Heru Saptono, MM) kepada Camat Ngemplak (Dra. S. WahyuPurwaningsih). Pada kesempatan tersebut, Kepala DP3 juga membacakan sambutan tertulis Bupati Sleman yang menyampaikan perlunya aspek perikanan yang dikaitkan dengan aspek pariwisata pada pencanangan Kampung Nila ini, sehingga kedepannya akan lebih terintegrasi antara sektor perikanan dengan pariwisata. Diharapkan kesejahteraan tidak hanya dirasakan bagi masyarakat yang berkecimpung di usaha perikanan semata, namun dampaknya dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat.

Selain pencanangan kampung nila di Dusun Bokesan, juga dicanangkan teknologi budidaya ikan Sibudidikucir yaitu Sistem Budidaya Ikan Nila dengan Sentuhan Teknologi Kincir Air di Dusun Karang, Ngemplak, Sleman. Teknologi Sibudidikucir tersebut diklaim dapat mengurangi kebutuhan air selama budidaya nila dan dapat meningkatkan produktivitas.

Garam dan Ikan Tercemar Plastik

Pencemaran plastik di lautan semakin mengkhawatirkan. Selain meracuni organisme laut, pencemaran plastik juga mengancam manusia. Hasil penelitian terbaru menemukan kandungan plastik mikro pada garam dan ikan di Indonesia. Plastik mikro pada garam dan ikan itu ditemukan melalui penelitian dua tim terpisah, yaitu peneliti Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar, Sulawesi Selatan, dan Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). ”Kami menemukan adanya 10-20 partikel plastik mikro per kilogram garam. Jenis plastik pada garam mirip dengan temuan di air, sedimen, dan biotanya,” kata peneliti kimia laut dan ekotoksikologi Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Reza Cordova, di Jakarta, Kamis (29/11/2018).

Menurut Reza, penelitiannya tentang plastik mikro pada garam ini dilakukan di tambak di daerah pantai utara Jawa, yaitu di Pati, Kudus, Demak, dan Rembang. ”Kami menduga, plastik mikro pada garam ini berasal dari air laut yang sudah tercemar. Selain itu, ada juga kemungkinan masuknya plastik mikro setelah pemanenan karena banyak menggunakan plastik,” katanya. 

Plastik mikro (microplastics) adalah partikel plastik berdiameter kurang dari 5 milimeter (mm) atau sebesar biji wijen hingga 330 mikron (0,33 mm). Adapun plastik nano (nanoplastics) berukuran lebih kecil dari 330 mikron.

Sementara itu, penelitian tim Unhas, menurut Guru Besar Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas Akbar Tahir, dilakukan di tambak garam di Janeponto, Sulawesi Selatan. ”Kami mengambil contoh air, sedimen, dan garam pada tambak yang airnya bersumber dari saluran primer dari laut. Ada delapan titik yang di-sampling dengan dua kali ulangan, jadi kami kumpulkan 16 sampel air,” katanya.

Menurut Akbar, tujuh sampel garam yang diteliti positif mengandung plastik mikro dengan total kontaminasi 58,3 persen. Sementara dari 16 sampel air yang diteliti, ditemukan 31 partikel plastik mikro pada 11 sampel. Tingkat kontaminasinya secara keseluruhan 68,75 persen.

Untuk sedimen, dari 16 sampel yang diperiksa, ditemukan 41 partikel plastik mikro dengan tingkat kontaminasi 50 persen. ”Total kontaminasi ini dihitung dari jumlah sampel positif terhadap total sampel yang diteliti,” kata Akbar.

Plastik sekali pakai

Menurut Reza, sumber penDarwin, cemar pada garam ini bisa ditelusuri jejaknya dengan temuan pencemaran plastik mikro pada air laut. ”Sebagian besar sumber plastiknya kami duga berasal dari plastik sekali pakai, seperti kantong plastik. Ada juga plastik dari jaring nelayan dan pakaian,” katanya.

Menurut Reza, penelitiannya terhadap kandungan plastik mikro di air laut dilakukan di 13 lokasi dan semua tercemar dengan tingkat dari 0,25 partikel per meter kubik sampai hampir 10 partikel per meter kubik. ”Paling tinggi adalah cemaran plastik mikro di pesisir Jakarta dan Sulawesi Selatan, yaitu 7,5-10 partikel per meter kubik,” katanya.

Reza menambahkan, penelitiannya terhadap teri dan sejenisnya di 10 lokasi di Indonesia juga menemukan cemaran plastik mikro. ”Sebanyak 58-89 persen teri mengandung plastik mikro. Paling tinggi konsentrasinya kami temukan di Makassar dan Bitung,” katanya.

Sebelumnya, riset bersama Universitas Hasanuddin dan University of California, Davis, Amerika Serikat, menemukan cemaran plastik mikro di saluran pencernaan ikan dan kerang yang dijual di tempat pelelangan ikan terbesar di Makassar. Hasil riset ini dipublikasikan di jurnal ilmiah internasional, Nature, September 2015.

Dalam penelitian ini ditemukan, sepertiga sampel atau 28 persen mengandung plastik mikro. Sebanyak 76 ikan dari 11 jenis ikan berbeda diteliti kandungan plastik mikronya. Mulai dari teri sampai tongkol tercemar. Dari 10 teri, 4 ekor tercemar plastik.

Akbar mengatakan, temuan tentang adanya plastik mikro pada garam dan ikan menjadi peringatan terkait keseriusan pencemaran limbah plastik di lautan. ”Harus ada tindakan sungguh-sungguh untuk mengatasi persoalan sampah plastik ini. Untuk garam, secara teknis bisa dikurangi dengan menyaring air laut yang menjadi bahan bakunya walau harganya akan mahal. Namun, bagaimana dengan ikan?” katanya.

Menurut Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji Riau Agung Dhamar Syakti, sampah plastik di laut bisa melepas senyawa kimia beracun, seperti nonylphenols. Sementara plastik mikro mudah mengikat bahan pencemar beracun, seperti pestisida dan aneka logam berat pemicu kanker, mutasi genetik, dan merusak embrio.


Sumber : https://www.pressreader.com/indonesia/kompas

Jumat, 30 November 2018

Bisnis Akuakultur Siap Bertransformasi ke Industry 4.0

Dok Humas KKP
Jakarta – Ajang Aquatica Asia dan Indoaqua 2018 yang mengusung tema ” Transform Aquaculture Business Into Industry 4.0 menjadi momen penting untuk mengawali penciptaan bisnis akuakultur yang lebih efisien.

Sebagaimana diketahui perkembangan teknologi informasi telah sedemikian dinamis. Era Industri 4.0 merupakan etape baru transformasi bisnis akuakultur dari semula konvensional ke arah yang berbasis digital atau Internet of Things (IoT).

“Subsektor akuakultur siap menyongsong era industri 4.0 dengan fokus utama pada tujuan pencapaian efesiensi, produktivitas dan nilai tambah. Era ini harus kita tangkap sebagai peluang, sehingga nilai ekonomi sumberdaya akuakultur ini mampu dimanfaatkan secara optimal”, ungkap Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto saat membuka ajang Aquatica Asia dan Indoaqua 2018 di JIEXPO Kemayoran Jakarta, Rabu (28/11).

Slamet menjelaskan, upaya mentransformasi bisnis akuakultur dalam industry 4.0 akan memberikan solusi terbaik khususnya dalam membangun sistem produksi yang lebih efisien dan terukur mulai dari aspek teknis produksi, penguatan SDM dan aspek manajemen bisnisnya.

Menurutnya ada beberapa indikator yang bisa dicapai melalui industry 4.0 ini yakni : efisiensi mata rantai pasar melalui interkoneksi sistem informasi tataniaga guna maningkatkan nilai tambah di level pelaku bisnis akuakultur dan keterjangkauan harga dilevel konsumen; penciptaan sistem informasi logistik input produksi yang efisien dan mudah dijangkau oleh pelaku akuakultur; penguatan data base untuk menjamin sistem ketelusuran dalam proses produksi akuakultur;  penciptaan sistem mitigasi dan early warning sistem melalui penyediaan data base kondisi lingkungan secara real time; pencapaian efisiensi produksi melalui teknologi akuakultur berbasis digitalisasi; dan reformasi birokrasi perijinan berbasis online yang lebih efisien dan bertanggungjawab untuk menarik investasi.

“Indikator di atas sudah mulai dilakukan. Pada kesempatan ini, saya sangat mengapresiasi para start up yang sudah menginisiasi transformasi bisnis aquaculture terutama dalam hal membangun sistem informasi bisnis dan skema pembiayaan crowdfunding. Tentu ini sangat positif untuk mempercepat pengembangan bisnis akuakultur”, imbuh Slamet

Namun demikian, Slamet menekankan bahwa penerapan teknologi digitalisasi dalam proses produksi harus dalam kerangka menjamin sustainable aquaculture.

“Prinsip sustainable aquaculture mutlak diterapkan. Kita tidak ingin akualultur dicap sebagai kegiatan yang tidak ramah linhkungan. Oleh karenanya, saya selalu katakan untuk tidak lagi menggunakan induk/benih dari alam, tidak menggunakan obat obatan dan bahan kimia yang tidak direkomendasikan, menghindari alih fungsi lahan, dan pengendalian limbah budidaya”, tegasnya.

Sementara itu, Norman Lim, Digital Solution Lead Asia, PT. Cargill menyampaikan bahwa teknologi digital dalam akuakultur ke depan setidaknya akan menjembatani 5 ( lima) hal yakni :  penyediaan dan interkoneksi akses data dari onfarm secara real time; menjamin keamanan data; analisis data; pengembangan perangkat otomatos dalam proses produksi; dan menjamin akses ketelusuran produk dalam supply chain.

“Di PT. Cargill sistem ini sudah dibangun. Kami memiliki perangkat sistem dengan nama IQshrimp. Dengan sistem ini akan membantu petambak udang untuk mengambil keputusan yang tepat melalui input data yang dapat diakses secara real time dari onfarm,” ungkap Lim. (humas_djpb)


Sumber : KKPNews

Kamis, 22 November 2018

LRMPHP Mengikuti Pameran Gelar Bulan Teknologi tahun 2018

LRMPHP mengikuti pameran gelar bulan teknologi (dok. LRMPHP)
Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (LRMPHP) turut berpartisipasi dalam Pameran Bulan Teknologi Tahun 2018 yang diselenggarakan oleh Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam - Lembaga llmu Pengetahuan Indonesia (BPTBA-LIPI) di Taman Pintar Yogyakarta pada kamis-sabtu (15-17/11). Keikutsertaan LRMPHP dalam pameran tersebut sebagai tindak lanjut atas surat undangan permintaan partisipasi pameran dari BPTBA-LIPI No. B-1494/ipt.8/HM.01.01/XI/2018 tanggal 6 November 2018.

Kegiatan pameran  tersebut  merupakan bagian dari rangkaian acara Bulan Teknologi BPTBA - LIPI Tahun 2018 yang mengusung tema  "Pengembangan Budaya IPTEK Berbasis Kearifan Lokal Untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat". Pameran ini bertujuan untuk pemasyarakatan IPTEK khususnya teknologi pengemasan makanan tradisional dan sebagai wadah komunikasi interaktif dengan masyarakat. Selain diikuti oleh LRMPHP, kegiatan pameran juga diikuti oleh UMKM binaan BPTBA-LIPI, Lembaga Litbang, Instansi/lembaga mitra BPTBA-LIPI dan perusahaan berbasis produk pangan.
Stand Pameran LRMPHP (dok LRMPHP)
Pada pameran ini, LRMPHP menampilkan peralatan uji kesegaran ikan berbasis android. Prinsip kerja alat ini adalah pendeteksian bau ikan menggunakan sensor ammonia dan citra mata ikan menggunakan kamera. Keunggulan alat uji ini selain bersifat non-destruktif (tidak merusak bahan), pengujiannya juga cepat dan dapat mengetahui kesegaran ikan secara real time. Selain alat uji kesegaran ikan, hasil-hasil riset LRMPHP dalam bentuk leaflet, brosur, infografis, banner dan video juga ditampilkan dalam pameran ini.
Diskudi dengan pengunjung pameran (dok. LRMPHP)
Selama mengikuti pameran, stand LRMPHP banyak menerima kunjungan baik dari akademisi, instansi pemerintahan, UKM maupun masyarakat. Pada kesempatan tersebut dilakukan diskusi interaktif dan konsultasi tentang peralatan yang ditampilkan.

Pengunjung umumnya tertarik dengan peralatan hasil riset LRMPHP dan menanyakan beberapa hal tentang prinsip kerja, kegunaan alat, spesifikasi dan harga alat. Beberapa pengunjung memberikan masukan dan saran untuk perbaikan alat tersebut diantaranya untuk meniadakan boks penguji pada alat uji sehingga hanya digunakan smartphone dalam pengujiannya. Harapannya peralatan yang ditampilkan tersebut segera dapat dikomersialisasi sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. 

Rabu, 21 November 2018

Harkannas ke-5 : Dengan Protein Ikan, kita Membangun bangsa

Tim media sosial KKP
KKPNews, Jakarta – Indonesia sebagai negara kepulauan, memiliki potensi perikanan yang harus dimanfaatkan secara optimal dan lestari untuk bangsa, terutama dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mendukung ketahanan pangan dan gizi nasional.

Ketahanan pangan nasional serta pemenuhan gizi masyarakat, terutama protein, telah menjadi perhatian serius pemerintah. Berbagai upaya pun terus dilakukan, salah satunya dengan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya ikan sebagai bahan pangan yang mengandung protein berkualitas tinggi.

Oleh karena itu, guna mendorong tingkat konsumsi ikan di Indonesia, pemerintah telah menetapkan Hari Ikan Nasional (HARKANNAS) yang diperingati setiap tanggal 21 November. Peringatan HARKANNAS tersebut kini sudah memasuki tahun kelima, sejak ditetapkan melalui Keppres Nomor 3 Tahun 2014 pada tanggal 24 Januari 2014.

Tahun ini, peringatan HARKANNAS mengusung tema “Dengan Protein Ikan, Kita Membangun Bangsa”. Hal ini menunjukkan bahwa pangan dan gizi adalah hal yang saling terkait dan saat ini masih menjadi masalah nasional yang perlu diselesaikan.

Adanya kasus gizi ganda (kelebihan dan kekurangan gizi), stunting, dan lain-lain adalah contoh beberapa masalah yang dihadapi Bangsa Indonesia yang erat kaitannya dengan kecukupan pangan dan gizi. Sehingga ikan sebagai bahan pangan yang mudah diproduksi dalam berbagai skala dan bergizi tinggi diharapkan mampu menjadi solusi atas masalah tersebut.

Untuk memeriahkan peringatan Harkannas Ke-5, pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengajak kepada seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) agar secara serentak dan bersama-sama mengkonsumsi ikan pada tanggal 21 November 2018, turut menyemarakkan HARKANNAS lingkungan kantor Pemerintah Daerah, dan menyelenggarakan pertemuan Forikan Daerah, workshop, bazar perikanan, lomba masak, festival kuliner ikan, dan lain-lain.

Sedangkan di tingkat pusat, dilakukan serangkaian kegiatan sejak tanggal 21 November hingga 8 Desember 2018 meliputi talkshow, kuliner ikan gratis, lomba inovasi menu masakan ikan, bazaar perikanan, hingga pada Puncak Peringatan HARKANNAS ke-5 pada tanggal 7 Desember 2018 di JCC Senayan Jakarta, yang akan diawali dengan Lomba Masak Serba Ikan Tingkat Nasional ke-16, bekerja sama dengan Tim Penggerak PKK Pusat yang diikuti perwakilan juara dari 34 provinsi.

Melimpahnya Indonesia akan berbagai jenis ikan perlu kita syukuri. Salah satunya dengan memanfaatkannya sebagai bahan konsumsi dalam negeri. Ikan sangat sehat dan mengandung banyak protein yang baik bagi tubuh kita. Jangan sampai manfaat ikan hanya dirasakan orang luar yang mengimpor ikan dari Indonesia, namun bangsa sendiri lupa menikmatinya,” tutur Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.

Tak berlebihan, komoditas perikanan Indonesia memang sudah terkenal hingga mancanegara. Setidaknya ada 3 komoditas unggulan perikanan Indonesia, yaitu udang, tuna dan patin. Tercatat, nilai ekspor udang dan tuna sampai dengan September 2018, menduduki posisi tertinggi pertama dan kedua dibanding komoditas utama produk perikanan lainnya sebesar USD 1.302,5 juta (37%) dan USD 433,6 juta (12,3%). Terjadi kenaikan nilai dibandingkan periode yang sama tahun 2017 sebesar 4% untuk udang dan 21,9% untuk tuna. Sedangkan Patin Indonesia dengan brand “Indonesian Pangasius – The Better Choice”, yang baru saja diluncurkan saat ajang pameran SEAFEX di Dubai pada 30 Oktober 2018, diprediksi dapat memenangkan pasar dunia. Alasannya, patin Indonesia memiliki keunggulan karena dikembangkan dengan probiotik dan dibudidayakan dalam kolam dengan air tanah yang bersih, juga dengan kepadatan yang lebih rendah dibandingkan negara lain.

Diharapkan, peringatan HARKANNAS ini dapat menjadi momentum untuk memperkuat kerja sama dan membangun koordinasi fungsional yang efektif dengan seluruh komponen pemerintah dan masyarakat, serta menjadikan ikan sebagai salah satu solusi dalam penanganan permasalahan gizi masyarakat. Sehingga ikan dijadikan sumber protein yang selalu hadir di dalam menu keluarga guna mendukung upaya-upaya peningkatan kualitas hidup manusia Indonesia (Nawacita 5), dan meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing bangsa (Nawacita 6), serta mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik, khususnya sektor kelautan dan perikanan (Nawacita 7).

Dengan konsumsi protein ikan yang cukup, masyarakat Indonesia diharapkan memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Generasi yang sehat, kuat, dan cerdas adalah modal utama dalam membangun bangsa Indonesia ke depan. (Ade Fitria Nola)

Sumber : KKPNews