EKONOMI BIRU

Arah Kebijakan Pembangunan Sektor Kelautan dan Perikanan 2021 - 2024 Berbasis EKONOMI BIRU

ZI WBK? Yes, We CAN

LRMPHP siap meneruskan pembangunan Zona Integritas menuju satuan kerja berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) yang telah dimulai sejak tahun 2021. ZI WBK? Yes, We CAN.

LRMPHP ber-ZONA INTEGRITAS

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan siap menerapkan Zona Integritas menuju satuan kerja berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) 2021.

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan

LRMPHP sebagai UPT Badan Riset dan SDM KP melaksanakan riset mekanisasi pengolahan hasil perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 81/2020

Tugas Pokok dan Fungsi

Melakukan tugas penelitian dan pengembangan strategis bidang mekanisasi proses hasil perikanan di bidang uji coba dan peningkatan skala teknologi pengolahan, serta rancang bangun alat dan mesin untuk peningkatan efisiensi penanganan dan pengolahan hasil perikanan

Produk Hasil Rancang Bangun LRMPHP

Lebih dari 30 peralatan hasil rancang bangun LRMPHP telah dihasilkan selama kurun waktu 2012-2021

Kerjasama Riset

Bahu membahu untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan dengan berlandaskan Ekonomi Biru

Sumber Daya Manusia

LRMPHP saat ini didukung oleh Sumber Daya Manusia sebanyak 20 orang dengan latar belakang sains dan engineering.

Kanal Pengelolaan Informasi LRMPHP

Diagram pengelolaan kanal informasi LRMPHP

Jumat, 20 Maret 2020

Autofeeder, Memberi Pakan Ikan Tak Lagi Kerepotan

Memelihara ikan hias banyak manfaatnya. Mulai sekedar hobi, pelepas stress hingga yang sengaja serius digeluti untuk mendatangkan pundi-pundi. Beberapa hal yang mutlak diperhatikan saat memelihara ikan hias, yaitu kualitas air kolam atau akuarium dan pakan ikan. Selain kualitas pakan, hal lain yang harus diperhatikan adalah pemberian pakan. Metode pemberian pakan ada dua yaitu sekenyangnya (ad satiation) dan sesuai dengan perhitungan kebutuhan pakan berdasar berat tubuhnya (ad libitum). Berat pakan yang diberikan pada metode ad libitum adalah 3-5% berat tubuh per hari. Pakan diberikan 3-4 kali sehari, baik metode ad satiation maupun ad libitum. Pemberian pakan yang berkali-kali dalam sehari ini seringkali merepotkan. Belum lagi jika lupa, malas atau diharuskan untuk pergi ke luar kota selama beberapa hari dan tidak ada yang memberi pakan. Ikan yang kelaparan akan stress dan mudah terserang penyakit. Khusus pada ikan hias, dapat menyebabkan perubahan warna sehingga tidak menarik lagi. Autofeeder hadir untuk mengatasi permasalahan tersebut. 

Autofeeder adalah alat yang diletakkan diatas kolam atau akuarium, berguna untuk menampung pakan ikan dan melepaskannya pada waktu tertentu dan dalam jumlah tertentu. Secara umum, diagram autofeeder dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Diagram autofeeder
Waktu pemberian pakan dan berapa banyak pakan yang diberikan dapat diatur melalui panel kontrol. Jumlah pakan yang diberikan dihitung berdasarkan berat tubuh ikan yang berarti metode yang digunakan adalah ad libitum. Beberapa alat autofeeder komersial ditunjukkan pada Gambar 2 (a) dan 2 (b). Perbedaan kedua alat tersebut terletak pada dimensi dan kapasitas penampung pakan. Gambar 2 (a) memiliki dimensi yang besar dikarenakan kapasitas penampung pakan yang lebih besar sehingga cocok digunakan untuk kolam, sedangkan pada Gambar 2 (b) memiliki dimensi kecil dan dilengkapi dengan penjepit yang cocok diaplikasikan untuk akuarium.
Gambar 2 (a). Autofeeder ukuran besar untuk kolam
Gambar 2 (b). Autofeeder ukuran kecil untuk akuarium


Penulis : Iwan M. Al Wazzan, Peneliti LRMPHP 

Presiden Minta KKP Terus Genjot Ekspor Perikanan

Presiden Jokowi saat sedang ratas dari Istana Negara (Foto: Setneg)

Presiden Joko Widodo memuji Kementerian Kelautan dan Perikanan yang telah bekerja maksimal menjaga laut dari illegal fishing yang berdampak peningkatan stok ikan nasional. Kendati demikian, Presiden tetap mewanti-agar agar KKP terus meningkatkan produksi perikanan tangkap, ekspor perikanan, dan kesejahteraan nelayan.

Hal tersebut disampaikan Presiden Joko Widodo dalam rapat terbatas melalui telekonferensi pada Kamis, (19/3) dari Istana Merdeka, Jakarta. Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo juga ikut dalam rapat tersebut dari kantor KKP, di Jalan Merdeka Timur, Jakarta.
“Dalam lima tahun yang lalu kita telah fokus bekerja untuk mengatasi aksi pencurian ikan dan menjaga laut kita dari IUU fishing dan hasilnya kita lihat sudah tampak. Selain kelestarian lingkungan yang terjaga, stok nasional ikan kita juga meningkat drastis dari 6,5 juta ton menjadi 12,5 juta ton,” ujar Presiden.
Presiden Jokowi mengharapkan agar stok nasional yang terus meningkat tersebut juga diikuti dengan meningkatnya produksi perikanan tangkap, ekspor perikanan, dan nilai tukar nelayan. “Artinya kesejahteraan nelayan kita juga semakin baik,” katanya.
Presiden meminta agar dibuat sejumlah lompatan besar dalam menata ekosistem industri perikanan dan kelautan nasional dan dilakukan secara terpadu dari hulu hingga hilir.
“Pertama, saya minta industri perkapalan terus diperkuat dan kapasitas daya saing industri perkapalan nasional terus ditingkatkan sehingga mampu mendukung pergerakan industri perikanan kita,” ucapnya.
Menteri Edhy mengikuti Rapat Terbatas dengan Presiden Joko Widodo melalui video conference (Foto: KKP)
Soal perizinan yang kini sudah semakin mudah, Presiden mengingatkan agar kemudahan perizinan disertai dengan pelestarian sumber daya perikanan, pengendalian, dan pengawasan yang baik. “Jangan sampai hanya diberikan izin namun tidak diawasi di lapangan sehingga dampaknya justru akan merugikan kepentingan nasional kita,” tutur Kepala Negara.
Tak hanya itu, akses permodalan bagi sumber daya manusia yang bergelut di sektor perikanan juga harus ditingkatkan. Industri perikanan juga sudah semestinya beradaptasi dengan perkembangan teknologi terkini yang di antaranya ialah pemanfaatan big data dan artificial intelligence serta mulai lebih banyak melakukan pembudidayaan ikan di lepas pantai (akuakultur lepas pantai).
“Kebijakan kelautan harus betul-betul bisa mengantisipasi dan mengadaptasi perkembangan teknologi baru sehingga bisa membuat industri perikanan kita makin produktif dan kompetitif,” tandasnya.
Seusai ratas, Menteri Edhy juga sempat menggelar video konferensi pers dengan wartawan istana. Dia menjelaskan beberapa langkah yang sedang dan akan dilalukan pihaknya untuk terus meningkatkan stok ikan nasional. Antara lain pemanfaatan sumber daya laut di zona ekonomi ekslusif (ZEE).
“Jadi yang selama ini tidak ada kapal nelayan Indonesia, sekarang kita akan penuhi. Termasuk di laut lepas. Nah di laut lepas ini sebenarnya Indonesia masih punya hak untuk menangkap ikan di laut lepas. Ini cukup besar dan sayang ini tidak termanfaatkan,” kata Menteri Edhy.
Terkait hal ini, Edhy mengaku akan membentuk tim untuk melakukan negosiasi ulang dengan otoritas yang mengatur penangkapan ikan di laut lepas seperti Regional fisheries management organisations (RFMO). Termasuk menghitung kapal-kapal yang akan menangkap ikan di laut lepas tersebut.
Selanjutnya, kata Menteri Edhy, adalah pengaturan jalur penangkapan dan penempatan alat penangkapan ikan. Saat ini, pihaknya tengah melakukan revisi peraturan tentang hal ini. Tujuannya agar tidak ada dualisme antara nelayan modern dan tradisional.
“Pada prinsipnya kita bisa memanfaatkan laut kita, tanpa harus merusak sumber daya laut kita,” tegasnya.
Sumber : KKPNews

Penambahan Zat Alami Pada Transportasi Ikan Hidup

Daun ubi jalar (Foto : Manfaatku.id)
Keberhasilan transpostasi ikan hidup menggunakan sistem tertutup dapat dilihat dari SR (sintasan) yang tinggi, yang salah satu faktor pengendali adalah kualitas air selama pengiriman. Berbagai cara dilakukan dalam rangka mengkondisikan air selama pengangkutan agar tercipta kondisi yang ideal. Agar terciptanya kondisi yang baik pada media pengangkutan ikan maka diperlukan perlakuan khusus yang tidak berbahaya dan tidak mengandung efek samping bagi ikan. Perlakuan khusus ini berupa penambahan zat-zat tertentu yang mudah didapat dan tentunya dapat meningkatkan angka kelulushidupan ikan selama pengangkutan. 

Salah satu zat yang biasa ditambahkan adalah perasan daun ubi jalar. Salah satunya adalah penelitian Angraini dkk., yang dimuat dalam Jurnal Bappeda tahun 2016. Pada daun ubi jalar terkandung zat kimia berupa saponin, flavonoid, dan polifenol. Kandungan kimia ini sangat bagus untuk pakan ikan karena menambah nafsu makan dan kekebalan terhadap penyakit, selain itu juga bermanfaat sebagai pencegah stres ikan selama proses pengangkutan. Mengenai penggunaan daun ubi jalar sebagai bahan herbal yang dapat mencegah stres ikan selama proses pengangkutan. Pada penelitian tersebut dilakukan penentuan dosis optimal yang dilakukan dengan 4 (empat) perlakuan yang terdiri dari : A. Pemberian perasan daun ubi jalar dengan berat 100 gram/kantong, B. Pemberian perasan daun ubi jalar dengan berat 120 gram/kantong, C. Pemberian perasan daun ubi jalar dengan berat 140 gram/kantong  dan D. Tanpa perasan daun ubi jalar (kontrol). Pengujian dilakukan menggunakan benih ikan mas ukuran 5-8 cm sebanyak 200 ekor yang dimasukkan dalam kantong plastik yang berisi air sebanyak 8 L kemudian ditambahkan oksigen murni sebanyak 2/3 volume plastik. Simulasi transportasi dilakukan selama 8 jam. Pemberian dosis daun ubi jalar yang berbeda pada pengangkutan ikan Mas (Cyprinus carpio L.) dalam waktu 8 jam memberikan pengaruh yang nyata terhadap kelulushidupan dan tingkah laku ikan mas. Tingkat kelulushidupan cenderung menurun seiring dengan meningkatnya dosis daun ubi jalar. Kelulushidupan terbaik terdapat pada perlakuan pemberian dosis 100 gram/kantong dengan nilai kelulushidupan (SR) 99%.

Penelitian lainya dilakukan oleh Perdi Afriansyah dkk., yang dimuat dalam Jurnal Mina Sains tahun 2016. Pada penelitian tersebut dilakukan penggunaan tepung gandum sebagai sumber karbon pada pengangkutan benih ikan Nila (Oreochromis niloticus). Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui berapa kadar tepung terigu yang dipergunakan pada transportasi benih nila berukuran 3-5 cm dalam transportasi sistem tertutup sebanyak 400 ekor per wadah plastik, yang memberikan sintasan tinggi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dengan penambahan 6 g terigu pada transportasi ikan nila dengan kepadatan 400 ekor dalam 5 liter air selama 10 jam memiliki nilai SR tertinggi, yaitu sebesar 96,75 %. Hal ini didukung dengan mutu air DO, CO2, pH, suhu dan NH3 yang masih pada batas ikan untuk hidup.


Penulis : Tri Nugroho W., Peneliti LRMPHP

Kamis, 19 Maret 2020

Pompa Ikan untuk Memanen Udang dan Ikan dari Tambak

Hal pertama yang terlintas ketika mendengar pompa untuk memanen ikan atau udang adalah “Lhoh, kok bisa ya? Apa ikan/udangnya tidak mati kena impellers pompa ya? Bukannya malah jadi ikan/udang giling?... dst”. Pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak sepenuhnya salah karena pompa ikan untuk memanen ikan/udang belum lazim digunakan petambak di Indonesia. Teknologi yang mereka gunakan untuk pemanenan masih konvensional, yaitu mengeringkan tambak kemudian ikan/udang diambil dengan jaring. Pompa ikan yang dikhususkan untuk memanen ikan/udang memiliki desain impellers khusus yang bertujuan untuk meminimalisir kerusakan fisik ikan/udang saat pompa beroperasi. Pompa ikan menganut sistem sentrifugal, yaitu ikan/udang yang dipompa akan menjauhi pusat atau sumbu mesin. Mesin yang digunakan untuk memutar impellers tersebut bisa berupa motor penggerak tenaga listrik atau mesin pembakaran konvensional. Desain impellers pada pompa ikan pada tahap awal dikembangkan adalah seperti pada Gambar 1.



Gambar 1. Desain impellers pada pompa ikan pada awal pengembangan

Desain impeller seperti Gambar 1. kemudian dikembangkan lagi hingga seperti Gambar 2. karena masih menyebabkan kerusakan 2-5% pada ikan/udang hasil panenan. Desain seperti Gambar 2. masih digunakan hingga saat ini dan terus disempurnakan oleh perusahaan pembuat pompa.



Gambar 2. Desain impellers pada pompa ikan yang digunakan hingga kini

 Salah satu contoh pompa ikan yang ada di pasaran yaitu seperti Gambar 3. Pompa tersebut ditenagai oleh mesin Honda GX270 dengan kapasitas 2.400L/menit.



Gambar 3. Pompa Ikan Heathro

Penulis : Iwan M. Al Wazzan, Peneliti LRMPHP

Mengenal TGA (Thermogravimetric Analysis), Analisa Untuk Mengetahui Ketahanan Termal Kemasan Bioplastik

Alternatif penggunaan plastik masih terus dikembangkan dalam rangka mengurangi sampah plastik yang terus meningkat. Salah satu bahan yang dapat dipergunakan adalah rumput laut dan bahan alam lainnya untuk mambuat bioplastik. Dalam rangka mengetahui karakteristik bioplastik, berbagai parameter dan alat pengujian dikembangkan, salah satunya ketahanan termal. 

Ketahanan termal kemasan bioplastik dapat diuji dengan beberapa analisa, diantaranya yaitu dengan uji DSC atau Differential Scanning Calorimetry (telah dibahas pada tulisan sebelumnya) dan uji TGA atau Thermogravimetric Analysis. Menurut Intertek Group (2019), Thermogravimetric Analysis (TGA) memberikan penentuan endoterm, eksoterm, penurunan berat produk saat pemanasan, pendinginan, dan banyak lagi. Bahan yang dianalisis oleh TGA meliputi polimer, plastik, komposit, laminasi, perekat, makanan, pelapis, farmasi, bahan organik, karet, minyak bumi, bahan kimia, bahan peledak dan sampel biologis.

Menurut Ng, Kasi, Saidi & Subramaniam yang dipaparkan dalam Encyclopedia of Polymer Science and Technology (2018), TGA dapat digunakan terutama untuk menyelidiki stabilitas termal (kekuatan bahan pada suhu tertentu), stabilitas oksidatif (laju penyerapan oksigen pada bahan), serta sifat komposisi (misalnya, pengisi, resin polimer, pelarut) dari sampel. Selain itu, kenaikan/kehilangan berat sampel berhubungan dengan faktor yang berbeda. Umumnya, kenaikan berat sampel dikaitkan dengan adsorpsi atau oksidasi, sedangkan penurunan berat sampel dikaitkan dengan dekomposisi, desorpsi, dehidrasi, desolvasi, atau volatilisasi

Analisis termogravimetri menggunakan panas untuk memaksa terjadinya reaksi dan perubahan fisik pada bahan. TGA memberikan pengukuran kuantitatif perubahan massa dalam bahan yang terkait dengan transisi dan degradasi termal. TGA mencatat perubahan massa dari dehidrasi, dekomposisi, dan oksidasi sampel dengan waktu dan suhu. Karakteristik kurva termogravimetri diberikan untuk bahan khusus dan senyawa kimia karena urutan unik dari reaksi fisikokimia yang terjadi pada rentang suhu dan laju pemanasan yang spesifik. Karakteristik unik ini terkait dengan struktur molekul sampel. Ketika digunakan dalam kombinasi dengan FTIR (Fourier-transform infrared spectroscopy), TGA mampu melakukan analisis FTIR terperinci dari gas-gas yang berevolusi. Alat yang digunakan untuk analisa TGA disajikan pada Gambar 1, sedangkan komponen utama dalam alat tersebut disajikan pada Gambar 2.
Gambar 1. Alat untuk analisa TGA
                                                  
Gambar 2. Komponen utama dalam alat analisa TGA

Penulis : Putri Wullandari, Peneliti LRMPHP

KKP: Tingkatkan Imunitas dengan Konsumsi Ikan


Ikan kerapu Asam Pedas (Foto : Istimewa)
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengampanyekan Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) di tengah pandemi Coronavirus Disease-19 (Covid-19). Kampanye ini sebagai upaya mencegah penyebaran Covid-19, karena mengonsumsi ikan sangat baik untuk daya tahan tubuh (imunitas).
Nutrisi pada ikan memang dibutuhkan oleh tubuh. Ikan mengandung protein tinggi, lemak omega 3, asam lemak tak jenuh, vitamin A, D, B6, dan B12, serta mineral yang semuanya baik untuk daya tahan tubuh.
Koordinator Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan, Rokhmin Dahuri menjelaskan, dengan rutin mengonsumsi ikan berarti membuat daya tahan tubuh meningkat. Tubuh yang prima, tentunya tidak mudah terserang penyakit termasuk virus corona.
“Ini salah satu upaya karena makan ikan bisa meningkatkan daya tahan tubuh. Makan ikan itu menyehatkan dan buat tubuh kita kuat,” ujar Rokhmin dalam gelaran HUT Komunitas Maritim Indonesia (Komari) sekaligus kampanye Gemarikan di Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon, pada Senin 16 Maret 2020.
Untuk mendapatkan manfaat terbaik, dia mengimbau masyarakat untuk memasak ikan dengan cara yang baik dan bersih. Di samping itu, dia mengajak masyarakat melengkapi konsumsi ikan dengan sayur dan buah.
Sampai saat ini, memang belum ditemukan vaksin Covid-19. Sehingga ajakan makan ikan, sambung Rokhmin, sebagai langkah antisipasi penularan.
Menurutnya, KKP akan terus mengkampanyekan Gemarikan ke berbagai daerah di Indonesia. Tujuan lain yang tak kalah penting, kampanye Gemarikan untuk membantu tumbuh kembang anak menjadi cerdas dan sehat.
Rokhmin menambahkan, KKP juga aktif menjaga kualitas ikan sebelum sampai ke tengah masyarakat. Untuk memastikan ikan yang masuk tidak terpapar virus, KKP melakukan deteksi menggunakan alat pendeteksi modern.
“Kami punya alat deteksi virus canggih. Dipastikan konsumi ikan bebas virus corona,” ujar Rokhmin.
Sementara itu, angka masyarakat sadar makan ikan cenderung naik setiap tahunnya. Tahun lalu, jumlahnya mencapai 54,45 kilogram per kapita, sedangkan tahun 2018 sebanyak 50,9 kilogram per kapita.
KKP menargetkan tingkat konsumsi ikan naik menjadi 56,39 kilogram per kapita di tahun ini. “Ikan air tawar maupun laut baik dikonsumsi. Semuanya bikin sehat dan bisa meningkatkan daya tahan tubuh,” ujar Direktur Pemasaran Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP, Machmud di acara serupa.
Sumber : KKPNews

Rabu, 18 Maret 2020

Pengaturan Kepadatan Ikan saat Transportasi Menjadi Kunci Terjaminya Kualitas Ikan Hidup

Kepadatan benih ikan pada kantong pengepakan sangat mempengaruhi keberhasilan transportasi sistem tertutup. Kepadatan merupakan salah satu faktor yang penting dalam kegiatan transportasi ikan karena berhubungan dengan masalah biaya transportasi. Hal ini terkait dengan seberapa jumlah oksigen yang diberikan, jumlah ikan dalam kantong serta kapasitas alat angkut yang dibawa. Semakin banyak kepadatan, semakin sedikit jumlah oksigen yang diperlukan akan semakin ekonomis kegiatan transportasi tersebut, namun dengan harapan kualitas ikan yang dikirim tetap terjaga. 

Salah satu penelitian terkait hal tersebut dilakukan oleh Syamsunarno, dkk., yang dimuat dalam Jurnal Biologi Tropis pada tahun 2019. Penelitian dilakukan dengan mengukur tingkat konsumsi oksigen, laju ekskresi total amoniak nitrogen yang dilakukan dengan beberapa perlakuan perbedaan kepadatan yaitu 100, 150, 200, dan 250 ekor/L dengan menggunakan plastik polyetylen (PE) ukuran 35x50 cm dan styrofoam ukuran 75×43×40 cm. Pada penelitian tersebut dilakukan semulasi pengangkutan benih bandeng selama 48 jam dengan sistem tertutup. 
Tabel 1. Hasil pengamatan tingkat kelangsungan hidup benih ikan bandeng selama transportasi 
Sumber : Syamsunarno, dkk., 2019

Berdasarkan hasil analisis statistik, dapat dilihat bahwa tingkat kelangsungan hidup benih ikan bandeng pada jam ke-0 sampai pada jam ke-30 belum menunjukkan perbedaan yang nyata pada tiap perlakuan. Pengaruh kepadatan benih ikan bandeng dimulai pada jam ke-36, tingkat kelangsungan hidup pada kepadatan 100 dan 150 ekor/L berbeda nyata dengan perlakuan 200 dan 250 ekor/L (P<0,05). Pada akhir transportasi menunjukkan semakin tinggi kepadatan mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup antar perlakuan (P<0,05). Tingkat kelangsungan hidup pada kepadatan 250 ekor/L terendah yaitu 84,27±2,27%. Menurut Syamsunarno, dkk., kepadatan optimal benih ikan bandeng dengan bobot rata-rata, 48±0,12 g/ekor pada transportasi tertutup selama 48 jam adalah 150 e/L dengan kelangsungan hidup 100%. Pada kepadatan 250 ekor/L, transportasi dapat dilakukan dengan lama waktu 30 jam dan menghasilkan tingkat kelangsungan hidup di atas 99%.


Penulis : Tri Nugroho W., Peneliti LRMPHP