EKONOMI BIRU

Arah Kebijakan Pembangunan Sektor Kelautan dan Perikanan 2021 - 2024 Berbasis EKONOMI BIRU

ZI WBK? Yes, We CAN

LRMPHP siap meneruskan pembangunan Zona Integritas menuju satuan kerja berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) yang telah dimulai sejak tahun 2021. ZI WBK? Yes, We CAN.

LRMPHP ber-ZONA INTEGRITAS

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan siap menerapkan Zona Integritas menuju satuan kerja berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) 2021.

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan

LRMPHP sebagai UPT Badan Riset dan SDM KP melaksanakan riset mekanisasi pengolahan hasil perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 81/2020

Tugas Pokok dan Fungsi

Melakukan tugas penelitian dan pengembangan strategis bidang mekanisasi proses hasil perikanan di bidang uji coba dan peningkatan skala teknologi pengolahan, serta rancang bangun alat dan mesin untuk peningkatan efisiensi penanganan dan pengolahan hasil perikanan

Produk Hasil Rancang Bangun LRMPHP

Lebih dari 30 peralatan hasil rancang bangun LRMPHP telah dihasilkan selama kurun waktu 2012-2021

Kerjasama Riset

Bahu membahu untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan dengan berlandaskan Ekonomi Biru

Sumber Daya Manusia

LRMPHP saat ini didukung oleh Sumber Daya Manusia sebanyak 20 orang dengan latar belakang sains dan engineering.

Kanal Pengelolaan Informasi LRMPHP

Diagram pengelolaan kanal informasi LRMPHP

Jumat, 26 November 2021

LRMPHP Terima Kunjungan Direktur Politeknik KP Karawang

Kepala LRMPHP menerima kunjungan Direktur Politeknik KP Kerawang

LRMPHP menerima kunjungan lapang Direktur Politeknik Kelautan dan Perikanan Karawang, Dr. Moch Nurhudah, A.Pi, M.Sc dan jajarannya pada 26 November 2021. Kunjungannya ini dalam rangka peningkatan penguatan jejaring kerjasama antar kedua instansi serta peningkatan pengetahuan bagi pendidik dan tenaga kependidikan Politeknik KP Karawang di bidang riset perikanan.

Dalam sambutannya, Kepala LRMPHP, Luthfi Assadad memaparkan alsinkan hasil riset LRMPHP serta pemanfaatannya oleh mitra. Selain itu juga disampaikan tingkat kesiapterapan teknologi (TKT)  alsinkan tersebut agar dapat digunakan dan diadopsi oleh masyarakat.

Hal serupa disampaikan Direktur Politeknik KP Karawang bahwa LRMPHP dan Politeknik KP Karawang mempunyai keterkaitan yang erat karena Politeknik KP Karawang merupakan salah satu pendidikan vokasi dimana lulusannya dituntut kompeten dibidangnya sehingga program kerjasama dengan LRMPHP berupa kerja praktek akhir (KPA) dan lainnya akan sangat bermanfaat. Direktur Politeknik KP Karawang juga berharap ada peralatan LRMPHP yang bisa ditempatkan di Politeknik KP Karawang mengingat 55% siswa Poltek Karawang merupakan anak nelayan sehingga secara tidak langsung dapat dijadikan target diseminasi peralatan tersebut ke masyarakat.

Dalam kunjungannya ini dibahas kegiatan bersama yang telah dilakukan dan rencana dimasa mendatang terkait riset dan pengembangan SDM. Adapun rencana output dari kegiatan tersebut yaitu sharing tenaga ahli, pemanfaatan alsinkan hasil riset untuk kegiatan pendidikan, publikasi bersama dan melanjutkan pelaksanaan kerja praktek akhir (KPA) bagi siswa Politeknik KP Karawang. 

Kunjungan kerja Direktur Politeknik KP Karawang beserta jajarannya dilanjutkan dengan melihat alsinkan hasil riset LRMPHP di ruang workshop serta fasilitas pendukungnya. Selama kunjungannya ini dilakukan pemaparan mengenai fungsi dan mekanisme kerja beberapa alsinkan hasil riset LRMPHP diantaranya peralatan grading rumput laut, alat ekstruder dan deteksi ikan secara cepat.




Direktur Politeknik KP Karawang beserta jajarannya  melihat alsinkan hasil riset LRMPHP


Kamis, 25 November 2021

Rayakan Puncak Harkannas, Menteri Trenggono Makan Ikan Bareng se-Indonesia

Makan ikan secara serentak di 34 Provinsi dan 13 negara menjadi acara puncak perayaan Hari Ikan Nasional (Harkannas) 2021. Kegiatan dilaksanakan secara daring dengan menyiapkan menu ikan masing-masing. 

Dalam kesempatan tersebut, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono berharap kebutuhan protein masyarakat bisa terpenuhi dari ikan. Menurutnya, KKP memiliki 3 program terobosan guna memastikan keberlanjutan sumber daya ikan. 

"(Kita) mengelola sumber daya kelautan tetep sehat supaya hasilnya bisa memberikan manfaat yang luar biasa bagi masyarakat Indonesia," ujar Menteri Trenggono saat berbicara di puncak Harkannas 2021, Kamis (25/11/2021). 

Adapun ketiga terobosan KKP yakni penangkapan ikan secara terukur guna meningkatkan kesejahteraan nelayan, kemudian perikanan budidaya untuk meningkatkan ekspor yang didukung dengan riset kelautan dan perikanan. Terakhir, pembangunan kampung-kampung perikanan budidaya air tawar, payau dan laut berbasis kearifan lokal.

Di puncak Harkannas, Menteri Trenggono juga meminta akademisi untuk melahirkan riset mendalam tentang kelautan dan perikanan. 

"Produktivitas sektor perikanan kita akan diregulasi dengan penangkapan yang terukur berbasis kuota. Pengembangan kampung budidaya kita kembangkan dengan perikanan-perikanan darat yang punya ekonomi tinggi, salah satunya ikan belida," sambungnya. 

Usai membuka puncak Harkannas 2021, Menteri Trenggono menyempatkan diri untuk meninjau inovasi produk yang ditampilkan di kegiatan tersebut. Dia pun mengapresiasi produk olahan rumput laut berupa kemasan dan sedotan biodegradable buatan Balai Besar Pengujian dan Penerapan Produk Kelautan dan Perikanan (BBP3KP). 


“Ini salah satu solusi untuk lingkungan dan merupakan Langkah nyata terkait sustainable blue economy. Dan saya harap UKM UKM kita dapat memproduksinya karena ini satu peluang yang luar biasa,” ungkap Menteri Trenggono.

Di tempat yang sama, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves), Luhut Binsar Pandjaitan menyebut Harkannas sebagai momentum meningkatkan kesadaran akan pentingnya makan ikan. Terlebih dengan tema Harkannas ke-8 tahun ini, diharapkan ikan bisa menjadi asupan yang berperan dalam menciptakan generasi yang tangguh dan unggul. Dia pun mengajak masyarakat untuk selalu makan ikan.

"Harkannas ke-8 dapat jadi momentum kesadaran masyarakat pentingnya makan ikan untuk memunculkan generasi tangguh dan menjadikan sektor kelautan dan perikanan penggerak ekonomi nasional. Ayo kita makan ikan," kata Menkomarves Luhut yang hadir secara daring. 

Sebagai informasi, Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Artati Widiarti menyebut bahwa sejumlah rangkaian Harkannas 2021 terselenggara atas kerja sama Ditjen PDSPKP KKP, Institut Pertanian Bogor (IPB), Foodbank of Indonesia, Forum Peningkatan Konsumsi Ikan (Forikan) Pusat dan Daerah, serta mitra organisasi kemasyarakatan, profesi dan pelaku usaha. Untuk kegiatan hari ini, merupakan tindak lanjut dari Kesepakatan Bersama antara KKP dan IPB yang ditandatangani Menteri Kelautan dan Perikanan dan Rektor IPB pada tanggal 16 Juni 2021. 

Adapun rangkaian kegiatan Harkannas lainnya di antaranya, Kick off Dapur Ngebul bekerja sama dengan Foodbank of Indonesia (FoI) tanggal 14 Oktober 2021, lomba foto/video Adu Masak Ibu Hebat bersama FoI yang diluncurkan tanggal 18 Oktober 2021, Webinar Series Harkannas #1 bersama FINA/ HAC-IPB tanggal 9 November 2021. Kemudian Webinar Series Harkannas #2 bersama Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kementerian Kelautan dan Perikanan tanggal 11 November 2021, Webinar Series Harkannas #3 bersama Marine Stewardship Council (MSC) tanggal 16 November 2021.

"Dalam kegiatan-kegiatan tersebut kita selalu sampaikan pentingnya dan manfaat makan ikan," tutup Artati.



Sumber : kkp


Rabu, 24 November 2021

Fenomena Harmful Algal Blooms (HAB) di Perairan

Apa itu HAB dan bagaimana dampak bahayanya?

Fenomena Harmful Algal Blooms (HAB) saat ini sudah menjadi fenomena umum di dunia. Beberapa kondisi umum HAB yang dikutip dari halaman  Freshwater Harmful Algal Blooms 101 https://www.nrdc.org/stories/freshwater-harmful-algal-blooms-101 antara lain air menjadi jelek/kotor, berbau busuk dan terkadang beracun. Selain itu ganggang menjadi tampak lebih umum di ekosistem air tawar seperti sungai, danau, kolam, dan waduk serta dapat berdampak pada lingkungan dan kesehatan manusia. Sementara dikutip dari dari halaman Wikipedia dan "Harmful Algal Blooms: Red Tide: Home"www.cdc.gov.,Harmful Algal Blooms (HAB) atau secara harfiah ledakan populasi alga adalah suatu kondisi di mana populasi alga (umumnya alga mikroskopis) di dalam ekosistem perairan mengalami peningkatan populasi dikarenakan perubahan kondisi lingkungan. HAB dapat menyebabkan perubahan warna pada ekosistem perairan dengan warna sesuai dengan jenis alga. Misalnya warna hijau muda dapat disebabkan oleh cyanobacteria dan warna merah disebabkan oleh dinoflagellata. Konsentrasi alga dapat mencapai ribuan sel per mililiter air yang sudah terlihat jelas perbedaannya dengan ekosistem perairan normal. Pada kondisi yang parah, konsentrasi dapat mencapai jutaan sel per mililiter. Ledakan populasi alga dapat memberian dampak negatif bagi organisme lainnya dengan memproduksi toksin atau akibat dekomposisi alga. Ledakan populasi alga sering kali terkait dengan kematian organisme skala besar (misal kematian massal ikan) dan keracunan kerang.

Gambar 1. Kiri: Ikan mati terdampar ke pantai selama HAB 2008 di Texas. Kanan: Berang-berang sungai berenang di Danau Capitol yang dipenuhi ganggang di Olympia, Washington. Sumber: https://www.nrdc.org/stories/freshwater-harmful-algal-blooms-10

Terbaru, HAB dibahas dalam General Lecture dan Training Workshop 2021 yang diselenggarakan oleh Pusat Riset Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Harmful Algal Blooms (HAB) disebut juga red tide yang umum disebut sebagai pasang merah saat ini telah menjadi fenomena umum termasuk di Indonesia. Kejadian HAB baik yang bersifat anoxious, toxic dan perusakan pernapasan mengakibatkan kerugian ekonomi di banyak kawasan pesisir/perairan. Pada sistem budidaya laut, kematian masal akibat HAB terjadi karena ikan-ikan budidaya berada pada lingkungan terisolasi dalam sistem karamba jaring apung (KJA). Sebagai contoh, Teluk Lampung telah menjadi salah satu lokasi di Indonesia di mana frekuensi rutin kejadian HAB menjadi permasalahan utama pengembangan budidaya laut berbasis KJA untuk ikan-ikan ekonomis penting seperti kerapu, kakap putih, dan cobia. Meskipun fenomena HABs di Teluk Lampung mendapat perhatian rutin dari media, institusi riset, dan lembaga teknis pemerintah, sampai saat ini solusi pencegahan HABs ataupun mitigasi cepat dan efisien untuk menghindari atau mengurangi kerugian pembudidaya ikan KJA di Teluk Lampung ataupun kematian massal ikan-ikan liar belum tersedia.

Dalam sesi materi yang disampaikan “Fenomena Harmful Algal Blooms di Perairan Indonesia”, HAB merupakan pertambahan populasi mikroalga yang dapat menimbulkan kerugian baik pada manusia, biota laut, maupun ekosistem sekitar. Dampak bahaya HAB pada manusia, biota laut, maupun ekosistem sekitar dijelaskan pada Tabel 1. 


Jenis-jenis/penyebab HAB


Jenis-jenis/penyebab HAB yang ada saat ini terdiri dari 2 jenis yaitu sebagai red tide maker dan produsen toksin (racun). 

1. Produsen biomassa tinggi (pembuat red tide / red tide maker). 

Pada jenis ini, kematian massal biota laut disebabkan oleh kondisi anoksia dan kerusakan biokimia atau mekanis. Warna red tide dapat diklasifikasikan ke dalam:

  • kemerahan (termasuk merah tua, merah, merah muda, merah kuning), dan
  • kecoklatan (termasuk coklat kemerahan, coklat kuning, coklat keabu-abuan), 
  • Kekuningan (termasuk kuning kemerahan, kuning kecoklatan), Kehijauan (termasuk kuning hijau), dan lain-lain (putih dan abu-abu).

Beberapa contoh bahaya red tide maker pada kematian massal ikan antara lain kasus Margalefidinium (Korea) , Karenia (Hong Kong), Chattonella (Jepang) serta Heterocapsa  pada kerang di Jepang.

2. Produsen toksin (racun).

Produsen toksin berupa kontaminasi toksin pada kerang dan ikan yang mengakibatkan keracunan. Keracunan tersebut terdiri dari beberapa jenis sindrom yaitu PSP, DSP, ASP, NSP, dan CFP. Jenis-jenis sindrom, nama toksin yang dihasilkan, efek target, gejala umum dan batas aman dijelaskan pada Tabel 2.


Bagaimana mengenali HAB?

HAB dapat dikenali  dengan memperhatikan tahapan-tahapan HAB yang meliputi tahapan pre blooms, Blooms dan Post blooms. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengenali HAB pada masing-masing tahapan adalah sebagai berikut:

1. Pre blooms

  • Mengetahui dan mempelajari riwayat kejadian HAB di suatu wilayah.
  • Menginventaris dan memonitor spesies-spesies penyebab (planktonik, bentik, kista).
  • Memonitor tingkat toksisitas biota di wilayah perairan tersebut (ikan, kerang).
  • Mendeteksi terjadinya perubahan parameter lingkungan, seperti halnya peningkatan kandungan nutrien (setelah hujan deras/ pengadukan air).

2. Blooms

  • Mendeteksi adanya peningkatan kelimpahan populasi spesies penyebab.
  • Mendeteksi terjadinya perubahan parameter lingkungan, seperti halnya klorofil, DO, kecerahan perairan.
  • Melihat secara visual terjadinya perubahan warna air laut.

3. Post bloms

  • Terjadinya kematian massal ikan dan biota laut lainnya (dapat dilihat secara visual).
  • Terdapatnya kandungan toksin di dalam tubuh beberapa biota perairan, yang disertai kasus keracunan dari masyarakat setempat.


Penulis : Ahmat Fauzi - LRMPHP


Selasa, 23 November 2021

Karakteristik Teknis Pengeringan Nori Dari Campuran Ulva lactuca dan Gracilaria

Nori (Sumber : https://www.tribunnewswiki.com/2021/07/07/nori-rumput-laut-kering)

Sepertinya kita akan mengenal jenis makanan berbentuk lembaran, terbuat dari rumput laut dan memiliki citarasa sedikit asin dan gurih. Nori adalah jawabannya, jenis makanan ini sebenarnya berasal dari pesisir Asia Timur dan terbuat dari jenis rumput laut Pophyra sp, yang merupakan jenis rumput laut endemik di wilayah tersebut. Karena terbuat dari jenis rumput laut endemik, maka negara yang mampu memproduksi nori menjadi produsen utama. Sehingga nori menjadi sebuah komoditas makanan yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi atau bahasa sehari hari bisa dikatakan cukup mahal.

Berbagai usaha untuk meniru nori yang ada dipasaran telah dilakukan salah satunya dengan mengganti bahan rumput laut Porphyradengan Ulva lactuca dan Gracilaria seperti yang dilaporkan dalam sebuah artikel yang berjudul  Engineering analysis in manufacturing process on nori made from mixture of Ulva lactuca and Gracillaria yang telah diterbitkan dalam IOP Conference Series, 3rd International Symposium on Agricultural and Biosystem Engineering. Paper tersebut menitik beratkan pada pembahasan cirikhas yang terjadi selama pengeringan nori seperti bagaimana pola pengeringannya dan penerapan model pengeriangan. Mungkin sedikit pertanyaan bahwa, apa menariknya kita mengetahui pola pengeringan? Bahwa dengan mengetahui pola pengeringan suatu produk maka kita akan bisa tahu perubahan yang terjadi selama proses pengeringan. Sehingga akan dapat dibuat sebuah produk yang sesuai dengan yang diharapkan.

Untuk membuat sebuah nori imitasi diperlukan campuran rumput laut lokal dengan perbandingan komposisi 97% Ulva lactuca dengan 3% Gracilaria yang diproses melalui tiga tahapan. Pertama adalah persiapan, dilakukan dengan membersihkan rumput laut dari kotoran yang menempel dan merendam Gracilaria dengan cuka selama 6 jam. Kedua adalah pencampuran, dilakukan dengan blender dengan menambahkan 8x bagian air bersih. Dan ketiga adalah pemasakan yang dilakukan menggunakan kompor hingga air menguap setengahnya dan menghasilkan bubur rumput laut. Bubur dikeringakan menggunakan oven dengan tiga suhu yang berbeda, yaitu 50 C, 60 C dan 70 C. Empat model pengeringan digunakan untuk mengevaluasi ketiga suhu pengeringan tersebut yaitu Henderson dan Pabis, Lewis, Page dan Page modifikasi. 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu pengeringan yang digunakan maka kadar air nori akan semakin rendah. Kadar air ini berhubungan langsung dengan tingkat kerenyahan produk, bahwa produk dengan kadar air lebih yang lebih tinggi akan lebih liat atau alotdalam bahasa daerahnya. Sehingga nori yang dikeringkan dengan suhu yang lebih tinggi maka terasa lebih renyah. Laju pengeringan tertinggi diperoleh pada suhu pengeringan 70 C, sehingga semakin tinggi suhu pengeringan yang digunakan maka semakin cepat pula nori masak. 

Dari semua suhu pengeringan yang dipakai menunjukkan bahwa laju pengeringan tetap lebih mendominasi selama proses pengeringan. Hal ini disebabkan karena kandungan air bebas yang banyak pada bubur rumput laut. Laju pengeringan menurun hanya teramati pada akhir pengeringan dimana ketika kadar air bebas pada bubur rumput laut telah habis. Dari keempat model pengeringan yang dipakai, menujukkan bahwa model pengeringan Page paling mendekati dengan data observasi selama proses pengeringan pada semua suhu pengeringan. Hal ini dikuatan pula dengan nilai  R2 dan RMSE Model Page yang lebih baik dibandingkan model lainnya. Nilai R2 dan RMSE dapat dilihat pada Tabel 1 dan secara visual grafik perbandingan antara model yang dipakai dan data observasi dapat dilihat pada Gambar 1.


                           Gambar 1. Grafik kadar air dari model pengeringan yang dipakai dan observasi selama pengeringan

(Sumber: Kurniawan K, Bintoro N. 2019. Engineeringanalysis in manufacturing process of norimade from mixture of Ulva lactuca andGracillaria sp. IOP Conf. Series: Earth andEnvironmental Science 355 (2019) 012036.The 3rd International Symposium onAgricultural and Biosystem Engineering6–8 August 2019, South Sulawesi,Indonesia)


Penulis : Koko Kurniawan - LRMPHP

Kamis, 18 November 2021

DWP LRMPHP Gelar Bakti Sosial di Panti Asuhan

DWP LRMPHP  Gelar Bakti Sosial di Panti Asuhan Amanah Trimulyo

Dharma Wanita Persatuan Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (DWP LRMPHP) melaksanakan kegiatan bakti sosial pada Rabu (17/11/2021). Kegiatan ini dalam dalam rangka menyambut hari ulang tahun (HUT) Dharma Wanita Persatuan Kementerian Kelautan dan Perikanan ke-22 yang mengambil tema "Tebarkan Kepedulian, Ciptakan Kebersamaan".

Kegiatan bakti sosial berupa pemberian paket sembako di tiga panti asuhan yang ada di sekitar kantor LRMPHP yaitu Pantai Asuhan Amanah Trimulyo, Ar-Rasyid dan Al-Dzikro. Kepala LRMPHP Luthfi Assadad mengapresiasi partisipasi rekan-rekan pegawai, khususnya ibu-ibu DPW LRMPHP  sehingga kegiatan bakti sosial di panti asuhan ini dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Pelaksanaan kegiatan bakti sosial DWP KKP ini dilaksanakan secara serentak seluruh Indonesia oleh 109 UPT lingkup KKP dengan berbagai jenis kegiatan yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing DWP setiap daerah.


DWP LRMPHP  Gelar Bakti Sosial di Panti Asuhan Ar-Rasyid dan Al-Dzikro


Rabu, 17 November 2021

Sistem Mesin Visi Untuk Penjaminan Kualitas Tuna Kaleng secara Real Time

Jalur produksi tuna kaleng umumnya sudah diotomatisasi secara lengkap kecuali untuk inspeksi mutu pada divisi Quality Assurance (penjaminan mutu atau QA). Tugas penting ini biasanya diserahkan pada 1 orang yang tetap mengawasi jalur produksi dengan laju aliran kaleng 300 kaleng per menit dengan tugas utama mengawasi tuna kaleng yang cacat dan di saat bersamaan harus menyusun atau mengisi ulang sejumlah tuna kaleng yang ditolak dari jalur produksi. Untuk mengatasi masalah sistem penjaminan mutu yang usang dan sangat subjektif diperlukan otomatisasi sehingga ketangguhan dan konsistensi dari kendali mutu dapat ditingkatkan sekaligus mencapai kinerja produksi keseluruhan lebih tinggi. 

Dua faktor pembatas untuk mengembangkan sistem inspeksi otomatis adalah lingkungan operasi yang penuh peralatan elektronik dan secara bersamaan harus mampu beroperasi pada kecepatan tinggi. Sistem inspeksi mutu kaleng yang dikembangkan oleh Martín-Herrero & Alba-Castro dari University of Vigo Hasil dan telah dipublikasikan pada Mechatronics and Machine Vision 200: Future Trends, tersusun dari Personal Computer (PC) dengan media penyimpan hasil rekaman foto atau video, kamera CCD scan line untuk citra grayscale (keabuan), sistem pencahayaan halogen terhubung serat optik, dan sistem udara terkompresi untuk memisahkan kaleng yang ditolak sistem, dan semua terprogram dengan bahasa C++.

Sistem inspeksi mutu kaleng yang dikembangkan memiliki algoritma untuk (1) Deteksi cacat pada tepi kaleng sehingga dapat diketahui penyimpangan dari standar bentuk kaleng oval atau bulat. Analisis keberadaan cacat tepi kaleng menggunakan parameter Goresan, Lubang, kekurangan lapisan pelindung, kegagalan pengelasan sambungan, keberadaan material asing. Parameter uji lainnya yaitu lebar tepi kaleng yang diukur pada sekeliling kaleng untuk menentukan bahwa tepi kaleng memiliki lebar yang cukup untuk proses seaming; (2) Inspeksi mutu daging. Pada algoritma ini lebih fokus pada deteksi daging dalam kaleng sebagai Region of Interest (ROI). Dua parameter tekstur citra digunakan sebagai penentu mutu daging yaitu korelasi spasial dan karakterisasi Gray Level Cooccurence Matrix (GLCM). 

Dalam analisis tekstur citra alan diperoleh informasi tentang keberadaan fragmen daging tuna dan kenampakan umum; (3) Segmentasi. Metode ini digunakan untuk menentukan kualitas daging tuna dalam kaleng berdasarkan proporsi relatif daging merah dan daging putih serta cacat fisik seperti jumlah lubang dan memar. (4) Analisis profil. Pada analisis fragmen dan retakan pada daging tunda dalam kaleng digunakan citra grayscale dari area daging yang dicurigai memiliki fragmen. Area tersebut dibatasi oleh bounding box dan memilki luas total tertentu. Dari area target tersebut dapat ditentukan profil garis untuk menentukan keberadaan fragmen. Tiap objek dalam area target memiliki karakteristik profil berbeda yang dapat digunakan untuk menentukan apakah termasuk lubang, retakan, atau perubahan karakteristik objek karena pencahayaan yang berubah.

Dari hasil uji sistem pada kaleng tuna diameter 7 cm menunjukkan diperlukan waktu kurang dari 60 milidetik per kaleng untuk melakukan proses inspeksi mutu tuna kaleng secara menyeluruh: deteksi tepi, transfer data, Pengolahan citra (ekstraksi tepi kaleng dan penghitungan parameter, segmentasi dan analisis daging dalam kaleng), keputusan penerimaan atau penolakan, dan jika diperlukan aktivasi sistem penolakan. 

Contoh Analisis profil dari citra daging tuna dalam kaleng untuk deteksi keberadaan lubang, retakan, dan memar. Sumber Gambar: Martín-Herrero & Alba-Castro. (2003)



Penulis : I Made Susi Erawan - LRMPHP

Senin, 15 November 2021

MOTOR BLDC VS MOTOR AC PADA PADDLE WHEEL AERATOR

Sektor perikanan merupakan salah satu sektor yang memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia khususnya udang. Akuakultur telah menjadi salah satu sistem budidaya makanan yang tumbuh paling cepat dengan potensi tinggi untuk pengembangan udang. Salah satu budidaya di Indonesia adalah budidaya udang vaname. Setelah masuk ke Indonesia pada tahun 2001, udang vaname (Litopenaeus vannamei) menjadi salah satu komoditas unggulan di sektor perikanan budidaya nasional. Produksi vaname di Indonesia meningkat pesat dari tahun 2014 hingga 2019 (254  ,297 ton pada tahun 2014 dan 664,825 ton dalam data sementara 2019) dengan kenaikan 35.62%. 

Kualitas air secara keseluruhan di lingkungan budidaya atau faktor fisik-kimiawi merupakan indikator penting bagi kenyamanan organisme akuatik untuk hidup selama siklus budidaya. Kualitas air tambak dipengaruhi oleh parameter fisika dan kimia antara lain oksigen terlarut, suhu, salinitas, kekeruhan, pH, nitrogen, amonia, nitrit, nitrat, fosfat, dan silika; dan parameter biologi yaitu klorofil-a, fekal coliform, Vibrio, dan jumlah bakteri. Oksigen terlarut merupakan salah satu parameter terpenting dalam tambak. Penurunan kualitas air tambak karena kadar oksigen yang rendah dapat menyebabkan wabah penyakit pada tambak udang. Untuk tambak intensif vaname di Indonesia, kadar oksigen yang direkomendasikan untuk pembudidaya udang adalah >4 mg/L. 

Selama ini masyarakat Indonesia telah menggunakan aerator untuk meningkatkan kualitas air tambak udang. Sistem aerasi merupakan salah satu konsumsi energi tertinggi di tambak udang. Salah satu penelitian untuk mengurangi energi listrik kincir aerator dengan penggerak motor BLDC telah dilakukan oleh LRMPHP tahun 2021 yang dimuat dalam IOP Conference Series: Earth and Environmental Science tahun 2021. Penelitian ini untuk mengetahui kinerja dari BLDC dan motor AC sebagai penggerak kincir aerator termasuk konsumsi energi yang dapat dikurangi dan kehandalannya. Untuk mengamati kinerja, konsumsi energi dan kehandalan motor AC dan motor BLDC, dilakukan serangkaian pengujian terhadap kedua motor dengan beban statis. Setiap rakitan kincir yang digerakkan oleh motor AC dan motor BLDC disisipkan dengan besi berongga beban statis untuk mendekati beban sebenarnya di kolam.  Komponen dari masing-masing unit pengujian adalah satu unit rakitan kincir, motor listrik (motor AC dan BLDC), gearbox, beban statis (besi hollow), dan alat ukur. Pada motor AC  spesifikasi adalah 1 HP / 3 fase, 380 V, 1440 rpm, 0.8 Gear box arus dan 1:14. Motor BLDC memiliki spesifikasi Intelligent Aeromotor Motor 1 HP power, 3 phase/380 V, 60-105 rpm, efisiensi motor > 80% dan sistem kontrol BLDC. Gambar skematis  kondisi pengujian ditunjukkan seperti pada Gambar 1.  Performa motor dibandingkan dalam hal pengoperasian kincir pada berbagai beban statis selama 8 jam atau 480 menit. Beban statis digunakan beban statis 10, 20 dan 30 kg. 
Gambar 1. Skema pengujian paddle wheel aerator (kincir aerator)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa arus motor BLDC lebih rendah dibanding arus motor AC (Tabel 1.), terlihat arus motor berkurang secara signifikan oleh motor BLDC dengan rata-rata 51%. Parameter lainnya, putaran roda relatif tidak berfluktuasi. Tegangan motor BLDC dan AC berada pada rentang yang masih baik dan relatif stabil. Daya listrik motor BLDC rata-rata 121,1 W lebih rendah daripada rata-rata 301,9 W pada motor AC. Efisiensi motor BLDC juga lebih baik pada range  79,91 - 89,99% daripada motor AC pada range 55,38 - 73,16%.

Sementara itu, keandalan diuji dengan arus listrik dan suhu motor yang dilakukan On/Off setiap 5 menit selama 180 menit. BLDC memiliki arus listrik rata-rata sekitar 0,12-0,13 A pada kondisi “on” dan sekitar 0,03-0,07 A pada kondisi “off”. Sedangkan motor AC memiliki arus sekitar 0,35-0,37 A pada kondisi “on” dan sekitar 0,04-0,07 A pada kondisi “off”. Selama 180 menit dengan 5 menit perlakuan “on/off” arus relatif stabil pada nilai on/off. Sedangkan suhu, pada motor BLDC meningkat dari sekitar 28 menjadi 32 setelah perawatan, tidak naik signifikan. Di sisi lain,  suhu motor AC meningkat dari sekitar 29 menjadi 36,3℃. 

Hasil pengujian menunjukkan motor BLDC memiliki arus yang lebih rendah dan mencapai efisiensi maksimum 89,99% sedangkan efisiensi motor AC mencapai 73,16% dan konsumsi energi motor BLDC 51% lebih rendah dari motor AC pada studi pendahuluan ini. Namun, performa motor BLDC dan AC (roda putar dan torsi) keduanya serupa. Perlakuan On/Off menyebabkan naiknya temperatur motor AC tetapi tidak mempengaruhi temperatur motor BLDC. Dengan demikian, penerapan motor BLDC sebagai penggerak aerator roda dayung dapat menjadi alternatif cara untuk mengurangi konsumsi energi tanpa mengurangi kinerjanya.



Penulis : Ahmat Fauzi - LRMPHP