PELATIHAN

LRMPHP telah banyak melakukan pelatihan mekanisasi perikanan di stakeholder diantaranya yaitu Kelompok Pengolah dan Pemasar (POKLAHSAR), Kelompok Pembudidaya Ikan, Pemerintah Daerah/Dinas Terkait, Sekolah Tinggi/ Universitas Terkait, Swasta yang memerlukan kegiatan CSR, Masyarakat umum, dan Sekolah Menengah/SMK

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan

LRMPHP sebagai UPT Badan Riset dan SDM KP melaksanakan riset mekanisasi pengolahan hasil perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 81/2020

Tugas Pokok dan Fungsi

Melakukan tugas penelitian dan pengembangan strategis bidang mekanisasi proses hasil perikanan di bidang uji coba dan peningkatan skala teknologi pengolahan, serta rancang bangun alat dan mesin untuk peningkatan efisiensi penanganan dan pengolahan hasil perikanan

Kerjasama

Bahu membahu untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan dengan berlandaskan Ekonomi Biru

Sumber Daya Manusia

LRMPHP saat ini didukung oleh Sumber Daya Manusia sebanyak 20 orang dengan latar belakang sains dan engineering.

Kamis, 02 April 2020

Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dibalik Kepraktisan Kolam Terpal


Target produksi perikanan budidaya kian tinggi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2020, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menetapkan target sebesar 18,44 juta ton.  Target produksi sebesar ini dapat dicapai dengan intensifikasi dan atau ekstensifikasi. Konsep intensifikasi adalah penambahan kepadatan ikan atau udang tanpa penambahan luasan lahan budidaya didukung dengan penerapan teknologi tinggi sebagai penunjang. Sedangkan ekstensifikasi adalah perluasan lahan budidaya tanpan menambah kepadatan ikan atau udang dengan penerapan teknologi minimal. Salah satu permasalahan dalam ekstensifikasi adalah luasan lahan yang semakin terbatas, konflik kepentingan atas lahan dan modal awal untuk konstruksi yang lumayan tinggi.

Sebagai salah satu pemecahan permasalahan tersebut, kolam terpal hadir dengan menawarkan berbagai keunggulannya yaitu harga yang murah, konstruksi yang mudah, ukuran yang dapat disesuaikan dengan lahan yang ada dan praktis mudah dipindahkan. Bahkan, saat ini sudah ada kolam terpal yang digunakan untuk budidaya instensif dengan menggunakan teknologi bioflok. Bioflok berasal dari kata bios yang berarti kehidupan dan flock yang berarti gumpalan, sehingga makna kata bioflok adalah kumpulan organisme seperti bakteri, algae, protozoa, cacing dan lain-lain yang menggumpal berfungsi sebagai pakan ikan. Menurut Faridah dkk pada penelitiannya yang dipublikasikan pada tahun 2019, mengenai budidaya ikan lele dengan metode bioflok, teknologi ini lebih efisien dalam penggunaan lahan karena mampu meningkatkan padat tebar hingga 20 kali lipat dibandingkan teknologi konvensional sehingga produksi lebih tinggi. Akan tetapi, dibalik semua keunggulan dan kepraktisan kolam terpal tersebut, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :

1.       Konstruksi rangka
Dalam pemilihan rangka harus disesuaikan dengan bentuk dan ukuran kolam. Kolam yang lebih besar membutuhkan ukuran besi yang lebih besar pula untuk rangkanya. Hal ini untuk menghindari rangka jebol karena tidak kuat menahan tekanan air. Kolam berbentuk bulat dengan diameter 1,5 meter, rangka dapat menggunakan wiremesh dengan ukuran m5, ukuran kotak 15-20 cm. Untuk diameter yang lebih besar harus menggunakan wiremesh dengan ukuran yang lebih besar pula. Sedangkan untuk kolam berbentu kotak/persegi, rangka sebaiknya dibuat dari besi hollow. Kolam berukuran 1 x 1 m dapat menggunakan besi hollow 1x3 cm dengan ketebalan 1,2-1,6 mm untuk rangka utama kemudian dibuat rangka tambahan dari wiremesh ukuran m5. Untuk ukuran yang lebih besar maka ukuran besi juga diperbesar. Contoh rangka kolam terpal terlihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.

Gambar 1. Wiremesh untuk rangka kolam bulat


Gambar 2. Rangka kotak untuk kolam kotak
2.       Kebocoran
Kebanyakan kolam terpal terbuat dari bahan semi Orchid yaitu bahan semi karet yang elastis namun sangat rentan bocor ketika tertusuk benda tajam. Oleh sebab itu dalam pemasangannya terpal harus diletakkan pada tempat yang bebas dari benda bersudut lancip/ujung tajam. Kawat pengikat rangka juga harus diperhatikan agar ujungnya tidak mengenai terpal. Contoh kolam terpal yang mengalami kebocoran terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Kolam terpal yang bocor karena berlubang
3.       Mineral dan unsur hara terbatas
Kandungan mineral dan unsur hara dalam air kolam sebagian besar diperoleh dari pelapukan dan proses redoks yang terjadi dalam tanah. Kandungan in akan menyuburkan perairan kolam sehingga kolam tanah akan lebih banyak planktonnya dibanding kolam terpal. Plankton ini menjadi makanan tambahan ikan sehingga lebih cepat pertumbuhannya. Pada kolam terpal, mineral dan unsur hara ini hanya diperoleh dari air, sisa pakan dan sisa metabolisme ikan saja sehingga jumlahnya lebih terbatas. Bakteri dekomposer yang ada dalam kolam terpal juga lebih sedikit dibandingkan dengan kolam tanah sehingga air lebih cepat bau.

 4.    Mudah lapuk
Kolam terpal yang terus menerus terpapar sinar matahari akan cepat lapuk dan rusak sebelum waktunya. Usia rata-rata kolam terpal 2-3 tahun, agar lebih awet sebaiknya ditempatkan di tempat yang teduh dan tidak terkena matahari langsung. Contok pelapukan yang terjadi pada kolam terpal terlihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Kolam terpal lapuk
Pemilihan jenis kolam bergantung dengan tujuan berbudidaya ikan. Apabila pertimbangannya adalah mobilitas, biaya dan kemudahan maka kolam terpal adalah pilihan terbaik. Namun, apabila yang menjadi prioritas adalah pemakaian jangka panjang maka kolam tanah atau semen lebih sesuai.


Penulis : Iwan M. Al Wazzan, Peneliti LRMPHP

LRMPHP TANGGAP COVID-19

Kepala LRMPHP menggunakan wastafel portabel di lobi depan kantor
Menindaklanjuti Surat Edaran Menteri Kelautan dan Perikanan  Nomor B.181/SJ/KP.620/III/2020 tanggal 15 Maret 2020 tentang Penanggulangan Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19) di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan Bantul, melakukan upaya pencegahan penyebaran COVID-19.

Upaya pencegahan dilakukan dengan pembuatan wastafel portabel di lobi depan kantor LRMPHP dengan sistem pedal/diinjak. Wastafel dengan distem pedal dibuat untuk meminimalkan kontaminasi kuman dan membiasakan berperilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu juga dilakukan penyemprotan cairan desinfektan di seluruh ruangan dan lingkungan kantor LRMPHP. Penyemprotan desinfectan dilaksanakan pada 30 Maret 2020 oleh petugas kebersihan dan taman LRMPHP. Kepala LRMPHP berharap dengan pembuatan wastafel portabel dan penyemprotan desinfectan, potensi kontaminasi COVID-19 di lingkungan kantor LRMPHP dapat diminimalisir.

Himbauan membiasakan hidup bersih dan sehat tersebut tertuang dalam Surat Dinas Kepala LRMPHP No:311/BRSDM/LRMPHP/KP.712/III/2020 tentang sistem kerja pegawai LRMPHP dalam upaya pencegahan penyebaran COVID-19. Meskipun LRMPHP memberlakukan sistem kerja dari rumah/WFH namun produktivitas kerja juga harus terjaga dengan melaporkan kegiatan selama WFH. Selain itu, protokol pengendalian COVID-19 harus tetap dipatuhi setiap pegawai yang WFP maupun masuk kantor dengan menjaga jarak dalam berinteraksi /social distancing dan selalu menggunakan masker maupun rutin cuci tangan.

Dalam rangka tanggap COVID-19, LRMPHP juga telah merancang dan meluncurkan web dialamat  https://covid19.mekanisasikp.id/ pada tanggal 1 April 2020. Peluncuran web ini ditandai dengan publikasi melalui akun twitter @mekanisasiKP.



Penyemprotan disinfektan di lingkungan kantor LRMPHP




Rabu, 01 April 2020

LRMPHP DUKUNG PRODUKSI IKAN HIAS INDONESIA


Ikan Hias (Foto : gerava.com/29-jenis-ikan-cichlid-malawi-paling-populer-dan-gambarnya/
Melihat gambar akuarium, yang terbayang adalah indahnya dan beragamnya ikan hias air laut, atau mungkin inget cendol dawet dari Bumiayu?. Dan ternyata ikan-ikan hias tersebut adalah ikan air tawar yang berasal dari danau Melawai, Afrika. Mengutip dari sumber https://gerava.com/29-jenis-ikan-cichlid-malawi-paling-populer-dan-gambarnya/, salah satu jenis ikan hias yang terkenal adalah Mbuna. Mbuna adalah nama umum untuk sekelompok besar ikan cichlid Afrika dari Danau Malawi dan merupakan anggota keluarga haplochromine. Nama mbuna berarti “ikan karang” dalam bahasa orang-orang Tonga di Malawi. Sesuai namanya, kebanyakan mbuna adalah cichlid yang hidup di antara tumpukan batu dan di sepanjang pantai berbatu di Danau Malawi, berbeda dengan utaka, cichlid yang hidup di perairan terbuka atau di pantai berpasir atau substrat lunak.

Potensi ikan hias masih sangat besar untuk digarap dan dikembangkan di Indonesia. Mengutip dari sumber Tempo.com, Kementerian Kelautan dan Perikanan menargetkan produksi ikan hias di 2020 sebanyak 1,8 miliar ekor. Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto mengatakan capaian nilai ekspor ikan hias Indonesia berpeluang untuk terus digenjot. Menurutnya saat ini kontribusi ekonomi ikan hias terhadap nilai ekspor produk perikanan mencapai 0,66 persen. Selain itu dari data BKIPM menunjukkan bahwa dalam periode 2014-2017,  lalulintas ikan hias mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Dalam periode 2014-2017 volume ikan hias yang dilalulintaskan antar provinsi di Indonesia mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 27,51 % pertahun. Pertumbuhan lalulintas tertinggi terjadi pada komoditas ikan hias air laut, dimana rata-ratanya mencapai 69,64 % pertahun. Sementara lalulintas ikan hias air tawar pertumbuhannya mencapai 29,06 % pertahun. Total volume ikan hias yang dilalulintaskan antar provinsi di Indonesia tahun 2017 mencapai 23,32 juta ekor, yang terdiri dari 20,61 juta ekor ikan hias air tawar dan 2,61 juta ekor ikan hias air laut.

Hal inilah yang ditangkap oleh Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (LRMPHP), untuk mendukung pengembangan dan produksi ikan hias Indonesia. Pada tahun ini LRMPHP serius melakukan penelitian untuk dapat menghasilkan alat transportasi ikan hidup yang aplikatif, sehingga dapat membantu mempertahankan kualitas ikan hidup, khususnya ikan hias. Diharapkan alat tersebut dapat memudahkan kegiatan transportasi ikan hias serta berperan meningkatkan produksi ikan hias.


Penulis : Tri nugroho W., Peneliti LRMPHP

SIAGA COVID19, LRMPHP Luncurkan Web "covid19.mekanisasikp.id"

Peluncuran web "covid19.mekanisasikp.id" melalui akun twitter @mekanisasiKP
Dalam rangka menyikapi pandemi Corona Virus Disease 19 (Covid19), Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan merancang dan meluncurkan web dialamat  https://covid19.mekanisasikp.id/ pada tanggal 1 April 2020. Peluncuran ini ditandai dengan publikasi web ini melalui akun twitter @mekanisasiKP.
Web ini dibuat sebagai sarana untuk pendokumentasian berbagai hal terkait pencegahan dan penanggulangan Covid19 di LRMPHP dan sekitarnya. Beberapa fitur yang ada di dalamnya yaitu mengenal dan mengetahui apa itu Covid19, video resmi mengenai Work From Home (WFH) dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, sejumlah Surat Edaran di KKP terkait kewaspadaan dan sistem kerja WFH selama masa pandemi covid19, artikel dan berita ringan seputar kegiatan di LRMPHP dalam mencegah penularan covid19, referensi dan rujukan penting di wilayah DI Yogyakarta dan Bantul terkait covid19 serta yang tak kalah penting, yaitu tautan resmi pelaporan mandiri kondisi kesehatan pegawai (PNS dan PPNPN) lingkup BRSDMKP.

KKP Rintis Pengembangan Bank Gen Ikan Endemik

Bank Gen Ikan Indonesia

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) merintis pengembangan Bank Gen Ikan Indonesia (Indonesian Fish Gene Bank), sebagai upaya pelestarian, peningkatann dan pemanfaatan plasma nutfah perikanan Indonesia secara bertanggungjawab dan berkelanjutan.
“Indonesia memiliki sumber daya genetik ikan (SDGI) yang melimpah sehingga diakui sebagai salah satu negara megabiodiversitas. Namun pemanfaatan SDGI dirasakan belum optimal. Di sisi lain, eksploitasi pemanfaatan beberapa jenis ikan sudah melebihi batas optimal. Hal ini berdampak terhadap kualitas dan kuantitas jenis-jenis ikan tersebut di alam,” tutur Kepala BRSDM, Sjarief Widjaja, Rabu (1/4).
“Dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumber daya genetik plasma nutfah tersebut, pengelolaan plasma nutfah di Indonesia perlu dilakukan secara lebih komprehensif dan optimal, baik dalam hal pemanfaatan budidaya, penangkapan maupun upaya pelestariannya,” lanjutnya.
Upaya tersebut dimulai dengan melakukan identifikasi jenis ikan endemik Indonesia melalui aplikasi SIGENI (Sistem Informasi Sumberdaya Genetik Ikan Indonesia), yang akan dirilis secara resmi usai Pandemi Covid 19 berakhir. Terlebih saat ini, dikatakan Sjarief, terdapat sekitar 4.748 potensi SDG Indonesia, yang sudah teridentifikasi dan prosesnya pun masih terus berjalan.
Tak hanya mengidentifikasi spesies, aplikasi SIGENI juga menginformasikan status kelimpahan stok di alam. Kondisi atau status kelimpahan ikan pun akan dikategorikan berdasarkan kelimpahan atau volume tersebut, mulai dari ikan dengan kategori populasi yang masih aman atau banyak, sudah mulai jarang, hampir tidak ada atau punah.
“Pengembangan SIGENI sangat urgen mengingat masih banyaknyapersoalan terkait pengelolaan SDGII, yang meliputi inventarisir keragaman jenis dan genetik, klaim stok perikanan (migratory species), deteksi kualitas populasi, identifikasi produklokal, mitigasi spesies asing invasive dan kontribusi daerah pemijahan,” terang Sjarief.
Di samping itu, dalam rangka menghimpun semua informasi yang telah dan akan diperoleh terkait sumberdaya genetik plasma nutfah ikan di Indonesia, BRSDM juga memulai pembentukan Jejaring Genetika Perikanan Indonesia (JarGenI) atau Indonesian Fisheries Genetic Network (IFGENI). Organisasi ini diharapkan dapat menghimpun para peneliti, peminat dan pemerhati ilmu pengetahuan khususnya di bidang genetika perikanan.
Kepala Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI), Joni Haryadi, yang juga sebagai inisiator pembentukan JarGenI, menyampaikan bahwa wadah tersebut bertujuan untuk membantu meningkatkan pengelolaan sumberdaya genetik ikan dalam arti luas di Indonesia dengan cara memajukan kegiatan-kegiatan dalam bidang genetika perikanan, antara lain melalui pembinaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta peningkatan profesionalisme di bidang genetika.
JarGenI juga bermanfaat sebagai sarana dan wahana pendukung dalam meningkatkan pengabdian dan pengamalan sains dan teknologi para anggotanya; peningkatan dan kerjasama antar anggota/masyarakat peminat bidang genetika perikanan serta profesi lainnya; serta peningkatan komunikasi dan pemasyarakatan sains dan teknologi yang berkaitan dengan genetika perikanan.
“JarGenI sangat penting dalam hal scientific, ekonomi, sosial, maupun budaya. Melalui langkah nyata ini, kita berharap dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ucap Joni.

Sumber : KKPNews