Rabu, 20 November 2019

IKAN ASAP TANPA ASAP


Pembuatan ikan asap secara tradisional dilakukan dengan mengasapi ikan secara langsung dari pembakaran kayu atau tempurung kelapa. Metode ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain kualitas produk ikan kurang konsisten serta adanya deposit tar dan senyawa-senyawa yang berbahaya bagi kesehatan.

Metode lain untuk mengatasi permasalahan tersebut salah satunya dengan memanfaatkan asap cair, sehingga pemberian aroma asap pada makanan akan lebih praktis, yaitu dengan pencelupan produk ke dalam asap cair yang diikuti dengan pengeringan seperti disampaikan oleh Darmadji  yang dimuat dalam jurnal Agritech pada tahun 2002. Asap cair dihasilkan dari pirolisis kayu atau tempurung kelapa yang merupakan hasil kondensasi asap menjadi bentuk cair.

 Asap cair  komponen  senyawa utama seperti fenol, karbonil, asam, furan, alkohol, ester, keton, hidrokarbon alifatik, dan poliaromatik hidrokarbon. Senyawa fenol berperan sebagai pembentuk aroma dan rasa asap, senyawa karbonil sebagai pembentuk warna kuning kecoklatan, sedangkan senyawa asam berperan sebagai pengawet produk ikan.

Pembuatan ikan asap menggunakan asap cair diantaranya telah dilakukan oleh Widianto yang dimuat dalam Prosiding Seminar Nasional Tahunan Hasil Penelitaian Perikanan dan Kelautan VI.  Asap cair yang diperoleh dari hasil pirolisis temputung kelapa pada suhu 400 0 C kemudian diendapkan selama semalam, setelah itu disaring menggunakan kertas Watman 42 dan diredestilasi pada suhu 1250 C. Ikan patin (Pangasiun sutchi) dibersihkan kemudian dibuang isi perut dan kotoranya, setelah itu dibentuk butterfly. Ikan patin yang digunakan mempunyai berat  300-500 gram/ekor. Ikan patin kemudian direndam dalam larutan asap cair selama 20, 30 dan 40 menit dengan konsentrasi asap cair sebesar 1, 2 dan 3 % dengan penambahan garam garam 2,5 %. Setelah perendaman ikan patin ditiriskan selama 30 menit kemudian dipanggang di dalam oven pada suhu 800C selama 8 jam. Selama pemanggangan ikan patin dibalik setiap 30 menit. Hasil pembuatan ikan patin asap menggunakan asap cair ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Ikan patin asap dengan asap cair

          
Salah satu penilaian kualitas ikan asap yang dihasilkan adalah dengan pengujian nilai hedonik. Hasil pengujian hedonik dilakukan dengan memberikan nilai kesukaan secara keseluruhan terhadap produk tanpa memperhatikan parameter sensori seperti kenampakan, rasa, bau, kapang, konsistensi dan lendir. Hasil uji organoleptik ikan asap yang diolah dengan menggunakan asap cair tempurung kelapa disajikan dalam Gambar 1. Dalam Gambar 2 menunjukkan bahwa panelis memberikan nilai hedonik tertinggi pada ikan asap yang direndam dalam asap cair 2% selama 40 menit. Hasil analisa Kruskal Wallis menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi dan lama perendaman menghasilkan perbedaan yang nyata tehadap nilai hedonik produk (P≤0.05). Hasil analisa lanjut Duncan terhadap nilai hedonik menunjukkan bahwa ikan asap yang direndam dalam asap cair konsentrasi  2% selama 40 menit mempunyai nilai tertinggi sebesar 6.38 (skala 1-9) dimana nilai tersebut tidak berbeda nyata dengan perendaman dengan asap cair konsentrasi 2% selama 20 menit (nilai 6.32). Nilai tersebut berkisar dari ”agak suka” sampai ”suka”.

Keterangan/Note  :      2%  = perendaman ikan dalam larutan asap cair 2 %
                                    3%  = perendaman ikan dalam larutan asap cair 3%
                                    4%  = perendaman ikan dalam larutan asap cair 4 % 
                                    T20 = perendaman ikan dalam larutan asap selama 20 menit
                                    T30 = perendaman ikan dalam larutan asap selama 30 menit
                                    T40 = perendaman ikan dalam larutan asap selama 40 menit      

Gambar 2. Pengaruh konsentrasi dan lama perendaman dalam asap cair   terhadap nilai  hedonik ikan patin  asap 

Pirolisis pada suhu 4000C menghasilkan asap cair dengan kandungan fenol paling tinggi (sebesar 4,01%) dan tidak mengandung senyawa benzo(a)pyrene. Senyawa kimia yang terdapat dalam asap cair adalah golongan fenol, asam, eter, ester, furan dan polihidroksi. Asap cair hasil pirolisis tempurung kelapa pada suhu 4000C digunakan untuk pembuatan ikan patin asap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman fillet ikan patin dalam larutan asap cair dengan konsentrasi 2% selama 20 menit menghasilkan ikan patin asap yang paling disukai panelis.

Penulis : Tri Nugroho Widianto, Peneliti LRMPHP

2 komentar: