Rabu, 27 Mei 2020

"BLOCKCHAIN" TEKNOLOGI DIGITAL UNTUK MENGETAHUI KETERTELUSURAN PRODUK PRODUK PERIKANAN

Skema Blockchain technology (Sumber : https://www.provenance.org/news/technology/tracking-tuna-catch-customer)

Penjelasan sederhana, menurut Tsalis Annisa dalam Ekrut Media, Blockchain adalah sistem penyimpanan data digital berisikan catatan yang terhubung melalui kriptografi. Komponen utama penyusun Blockchain ialah kelompok (block) dan rantai (chain). Segala informasi yang terdapat dalam komputer dibagi menjadi beberapa block dan saling terhubung oleh rantai. Setiap block ini memiliki komponen yang disebut hash. Hash adalah suatu set karakter yang menyusun berbagai informasi pada block. Contohnya, block [Laboratorium] memiliki informasi berupa ‘Kimia’, ‘Sensori’, dan ‘Simulasi’. Komponen hash-nya adalah karakter yang terdapat pada ketiga informasi tersebut, misalnya KISESI.  Setiap block berturut-turut akan berisikan hash block sebelumnya. Jika block berikutnya berisikan informasi baru, misalnya ‘Mikrobiologi’, maka hash-nya berubah menjadi KISESIMI. Namun, block-block sebelumnya tetap memiliki hash lama berupa KISESI. Jaringan Blockchain, semua data maupun program tereplikasi ke seluruh jaringan. Komputer yang terhubung dalam jaringan ini kemudian mengeksekusi program tersebut bersama-sama. Jika salah satu komputer dalam Blockchain dimatikan, maka semua pengguna yang terhubung juga terkena dampaknya. Dengan kata lain, Blockchain adalah komputer skala besar yang dibentuk dari komunikasi antara beberapa komputer.

Teknologi Blockchain akan sangat berguna untuk ketelusuran suatu produk perikanan. Ketelusuran dan keterbukaan informasi produk perikanan saat ini menjadi salah hal yang diinginkan konsumen, meliputi asal, cara tangkap, jenis pengolahan, pihak penjual dan pengecer dari ikan yang dibeli. Secara umum ini juga bertujuan untuk menangkal praktek penangkapan ikan secara illegal dan tidak berkelanjutan terutama jenis ikan tuna.

Proyek pengembangan Blockchain untuk industri tuna tengah dilakukan oleh Word Wild Fund (WWF). Dalam salah satu tajuknya The Conversation melaporkan, bahwa WWF, dalam risetnya, mengkombinasikan teknologi penanda radio-frequency identification (RFID), dan quick response (QR) serta peralatan scanning untuk mengumpulkan informasi tentang “perjalanan” tuna di berbagai titik selama proses rantai pasok. Data informasi dari teknologi penanda tersebut selanjutnya dikumpulkan, dicatat dan disimpan menggunakan teknologi Blockchain.

Penelusuran dimulai segera saat ikan tuna ditangkap. Saat didaratkan ikan tuna sudah dilengkapi data yang tersimpan dalam RFID yang terpasang diatas kapal. Sistem di pelabuhan dan di pabrik pengolahan akan mendeteksi ikan tersebut kemudian informasi diunggah ke Blockchain. Demikian seterusnya, saat ikan masuk tahapan berikutnya data informasi akan dimasukkan block dengan menambahkan kode hash dan dianalisa kesesuaiannya. Sehingga teknologi Blockchain dapat menelusuri perjalanan tiap ikan, dimana ikan ditangkap dan bagaimana ikan diproses dari laut ke piring, From shore to plate.


Penulis : Arif Rahman Hakim


0 comments:

Posting Komentar