Senin, 27 September 2021

Zeolit, Kunci Pengelolaan Amonia Pada Transportasi Ikan

Udah tahu kan kalau Indonesia itu merupakan salah satu negara yang dilewati oleh cincin api atau biasa disebut Ring of Fire. Nah, tenyata cincin api ini tidak berbentuk benar-benar bulat seperti cincin melainkan menyerupai tapal kuda membentang sepanjang 40.000 km melewati Selandia Baru ke utara, kemudian berbelok ke barat melewati Indonesia, Jepang, pesisir selatan pantai Benua Amerika hingga pesisir barat berlanjut hingga ke Amerika Tengah (Gambar 1). Daerah cincin api ini sering mengalami gempa bumi tektonik yang disebabkan aktifitas magma dibawah permukaan kerak bumi dan banyak berjajar gunung-gunung berapi yang aktif. Keuntungan negara yang dilewati cincin api itu, salah satunya adalah melimpah akan mineral alam yang disebut zeolit (Gambar 2). Mineral ini biasanya masih tercampur dengan mineral lainnya seperti kalsit, gipsum, feldspar dan kuarsa. Zeolit juga banyak ditemukan mengendap pada daerah sumber air panas. 

Jadi sebenarnya apa sih zeolit ini? Zeolit alam merupakan senyawa alumino-silikat dengan struktur tiga dimensi berbentuk menyerupai sangkar (Gambar 3). Ion-ion logam dalam zeolit dapat digantikan oleh kation lain tanpa merusak struktur zeolit itu sendiri dan mempunyai sifat dapat menyerap air secara bolak-balik. Sifat penukar ion dan sorpsi (menyerap) inilah yang memungkinkan zeolit dipergunakan untuk pengolahan limbah perikanan. 

Salah satu limbah perikanan yang dapat membahayakan kehidupan ikan itu sendiri adalah sisa pakan dan feses yang jika terurai oleh mikroorganisme akan menjadi amonia yang bersifat toksik. Toksisitas amonia ini akan semakin tinggi ketika sistem yang dipergunakan adalah tertutup seperti pada pengangkutan ikan misalnya. 

Inilah salah satu permasalahan dalam pengangkutan ikan sistem tertutup yang dihadapi oleh masyarakat. Model transportasi benih hingga calon induk ikan yang lazim dipergunakan oleh masyarakat adalah sistem tertutup dengan menggunakan plastik yang kemudian diikat dengan karet gelang. Untuk transportasi dengan durasi diatas 1 jam dengan kepadatan yang cukup tinggi biasanya ditambahkan oksigen murni dalam kantong plastik tersebut. Banyaknya amonia dalam air oada transportasi ikan secara langsung berkaitan dengan tingkat pemberian dan protein dalam pakan. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemberokan/pemuasaan ikan sebelum transportasi dengan tujuan mengurangi eksresi amonia sehingga meminimalkan terjadinya akumulasi amonia dalam air. Jumlah akumulasi amonia pada saat transportasi sangat penting karena ikan memiliki nilai toleransi terhadap amonia dalam air dan jika melebihi nilai tersebut maka dapat menimbulkan kematian. Nah, akan tetapi, meskipun ikan sudah dipuasakan sebelum diangkut, ikan masih dapat mengeluarkan nitrogen sebagai pembentuk amonia dalam air melalui insang. Hal tersebut disebutkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Tim Peneliti LRMPHP tahun 2021 mengenai penggunaan zeolit sebagai absorben amonia pada simulasi transportasi koi sistem tertutup. Penelitian tersebut juga menyatakan bahwa penggunaan zeolit mampu mengurangi kadar amonia dalam air hingga 8,35-12,83 ppm pada durasi transportasi 12 jam dan 14,64-15,98 ppm pada durasi transportasi 24 jam dengan dosis 40gr/liter air. Reaksi pengikatan amonia (NH4+) oleh zeolit ditunjukkan oleh persamaan kimia dibawah ini :

Potensi pertukaran kation logam (ion logam dengan bermuatan positif) tanpa merusak struktur backbone ini memungkinan zeolit dapat dimanfaatkan untuk pengolahan limbah industri yang lain. Selain itu, kelimpahan zeolit di Indonesia yang cukup banyak merupakan potensi alternatif untuk pengolah limbah industri yang murah.


Penulis : Iwan Malhani Al Wazzan - LRMPHP



0 comments:

Posting Komentar