Kamis, 25 Januari 2018

PENGUJIAN DERET SENSOR GAS MQ135 DAN MQ136 UNTUK PENDETEKSIAN FORMALIN PADA FILLET IKAN TUNA

Penggunaan formalin sebagai bahan pengawet produk pangan terbukti berbahaya dan sudah melampaui ambang batas aturan pemakaiannya. Pengujian formalin saat ini lebih banyak dilakukan dengan uji laboratorium dan test kit uji formalin. Uji laboratorium memerlukan biaya mahal dan waktu lama, sedangkan pengujian menggunakan test kit uji formalin terbatas pada hasil kualitatif dan rentan rusak. Alternatif pendeteksian keberadaan formalin dapat menggunakan sensor gas dikarenakan sifat formalin mudah menguap dan berbau. Untuk menggunakan sensor gas sebagai alat uji formalin diperlukan artificial intelegent/kecerdasan buatan sebagai pengolah data.

Perkembangan teknologi memungkinkan penggunaan polimer untuk alat test formalin. Polimer memliki kelebihan kemudahan pengaturan komposisi polimer dan karbon untuk memperoleh polimer yang peka terhadap formalin. Uap gas pada bahan pangan dapat dipengaruhi oleh keberadaan formalin, maka dengan mengukur uap yang mengalir secara natural atau melalui perlakuan pemanasan bahan pangan, dapat mengindikasikan ada tidaknya formalin. Teknologi lain yang digunakan selain polimer adalah menggunakan mikrokontroler, (Singgih, 2013) melakukan pengujian kandungan formalin dengan metode Spot Test. Prinsip kerjanya yaitu dengan menambahkan cairan (reagent) pada bahan makanan. Mikrokontroler ATMega8 digunakan untuk pengolahan data dan output dapat ditampilkan pada LCD. Penelitain ini menggunakan nilai RGB sebagai indikator formalin yang pada bahan pangan. Sa’adiyah et al (2014) merancang Digital Formaldehyde Meter yang disesuaikan dengan standar pasar dan keergonomisan. Alat ini menggunakan teknologi electronic nose dengan sensor gas array yang terdiri dari sensor TGS 2600 dan TGS 2611. Pada penelitian tersebut pengambilan keputusan nilai formalin berdasarkan tiga sistem deteksi, yaitu lampu hijau menandakan kadar deteksi formalin aman, kemudian lampu kuning menandakan masuk pada batas kritis, dan lampu merah untuk sedangkan batas kritis. Penggunaan lebih dari satu sensor gas biasa disebut deret sensor. Hal ini dilakukan untuk menambah akurasi nilai prediksi.

Gambar 1. Komponen deret sensor (a) MQ135, (b) MQ136

LRMPHP telah melakukan penelitian tentang pengujian deret sensor gas MQ135 dan MQ136 untuk mendeteksi keberadaan formalin. Hasil penelitian tersebut disampaikan dalam Prosiding Semnaskan UGM XIV. Untuk mendapatkan hasil yang kuantitatif data diolah menggunakan kecerdasan buatan jaringan syaraf tiruan. Data latih yang digunakan sebagai dasar jaringan syaraf tiruan memperoleh output adalah larutan formalin berseri (0,25%; 0,5%; 0,75%; 1%) yang dideteksi oleh deret sensor. Sebanyak 50 gr fillet ikan tuna direndam masingmasing ke dalam larutan formalin berseri (0,025%; 0,05%; 0,075%; 0,1%) sebagai bahan untuk pengujian deret sensor. Filet ikan tuna tersebut diuji menggunakan metode spektrofotometri UV-vis sebagai validasi output deret sensor. Data yang diperoleh diolah menggunakan jaringan syaraf tiruan untuk mendapatkan prediksi nilai formalin pada sampel. Hasil yang diperoleh perhitungan pertama pada jaringan syaraf tiruan didapatkan nilai Mean Square Error (MSE) 0,05, nilai Mean Absolute Percentage Error (MAPE) 96,2%. Perhitungan selanjutnya didapatkan nilai terendah MSE 0,001, dan nilai MAPE 24,2%. Penurunan nilai MSE, dan MAPE menandakan hasil prediksi jaringan syaraf tiruan mendekati nilai sebenarnya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut deret sensor MQ135 dan MQ136 dapat digunakan sebagai pendeteksi keberadaan formalin pada fillet ikan tuna. 

0 comments:

Posting Komentar