Senin, 20 Januari 2020

Sosialisasi ”Wakatobi AIS” Melalui Learning Session di LRMPHP

Sosialisasi ”Wakatobi AIS” Melalui Learning Session di LRMPHP
Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (LRMPHP) menyelenggarakan Learning Session tentang “Teknologi Wakatobi Automatic Identification System (AIS) untuk Keselamaan Nelayan Kecil dan Tradisional” pada 17 Januari 2020. Selain dihadiri oleh Kepala LRMPHP, kegiatan ini juga dihadiri oleh tamu undangan dari Pusat Riset Perikanan (Pusriskan) Jakarta, Dinas Kelautan dan Perikanan DIY, Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan (Diperpautkan) Bantul, Dinas Kelautan dan Perikanan Gunung Kidul, Kecamatan Jetis Bantul, Polsek Jetis Bantul, Koramil Jetis Bantul, Penyuluh Perikanan Bantul dan PT. Solusi 247.

Dalam arahannya, Kepala Pusriskan Waluyo Sejati Abutohir menyatakan perlunya inovasi peralatan dibidang kelautan dan perikanan. Saat ini, UPT lingkup Pusriskan diminta untuk menginvertaris peralatan yang diciptakan. Peralatan tersebut nantinya akan diklasifikasikan kedalam 3 kelompok/divisi yaitu peralatan dibidang penangkapan, budidaya dan pasca panen. Kepala Pusriskan juga berpesan untuk dapat menciptakan peralatan yang ramah lingkungan. Sebagai salah satu UPT yang menangani bidang mekanisasi, LRMPHP saat ini masih terus berproses untuk peningkatan status kelembagaan menjadi balai. Kedepan LRMPHP diharapkan mempunyai kewenangan yang lebih luas dalam melayani masyarakat, tidak hanya menciptakan peralatan dibidang mekanisasi pasca panen saja namun dapat berkembang menjadi pusat alat dan mesin perikanan/kelautan (alsinkan). 

Seiring dengan kesiapan LRMPHP menjadi pusat alsinkan, salah satu inovasi teknologi dibidang kelautan diperkenalkan oleh Loka Perekayasaan Teknologi Kelautan (LPTK) Wakatobi di LRMPHP. Teknologi tersebut adalah Wakatobi AIS (Automatic Identification System). Sebagai narasumber Wakatobi AIS yaitu Akmmatul Ferlin, Arief Rahman dan Beno Kunto Pradekso. Dalam paparannya, dijelaskan bahwa AIS merupakan Wahana Keselamatan dan Pemantauan Objek Berbasis Informasi AIS yang dikembangkan oleh peneliti dan perekayasa Loka Perekayasaan Teknologi Kelautan (LPTK) Wakatobi. LPTK Wakatobi bekerjasama dengan PT. Solusi 247 mempelajari teknologi radar pantai kemudian merekayasa AIS transponder yang dikembangkan secara khusus untuk kepentingan nelayan tradisional

Wakatobi AIS didesain khusus berdasarkan karakteristik nelayan kecil Indonesia. AIS transponder ini berbentuk kotak dengan dimensi 14,5x13x20 cm dengan panjang antena sepanjang 100 cm. Setiap unitnya memiliki bobot 0,6 kg agar bisa diaplikasikan pada kapal/perahu nelayan yang berukuran kecil khususnya yang armada berbobot dibawah 1 Gross Ton. Alat ini didesain dapat bekerja secara portabel dengan baterai sebagai sumber tenaga yang bisa diisi ulang setiap 20 jam pemakaian. Untuk meningkatkan keselamatan nelayan, terdapat tiga tombol pada perangkat ini, yaitu Tobel power, penanda lokasi tertentu (custom tag), dan tombol darurat (distress).

Pengoperasian Wakatobi AIS cukup mudah, fungsi dasar AIS yang dimiliki memungkinkan lokasi dan pergerakan nelayan terpantau detik ke detik pada stasiun penerima (VTS). Dengan demikian, jika suatu saat mereka mengalami masalah di laut seperti mesin kapal mati, tenggelam atau dirampok maka rekaman lokasi para pengguna akan mempermudah pencarian, Selain itu, nelayan juga bisa secara aktif memberikan kabar darurat ke seluruh perangkat penerima AIS lainnya. Dengan menekan tombol distress maka perangkat akan melakukan broadcast pesan AIS selama selang waktu tertentu untuk memastikan pesan teks tersebut dapat terkirim dengan sempurna. Teks pesan darurat bisa berupa kode bahaya, identitas yang meliputi nama kapal, pelabuhan asal, dan nomer telepon yang bisa dihubungi dan atau informasi lain yang sebelumnya diprogram kedalam perangkat.

Wakatobi AIS juga dirancang untuk dapat terkoneksi ke sistem pemantauan lalu lintas kapal (Vessel Traffic System) yang biasa terdapat pada pelabuhan - pelabuhan dan otorita pelayaran. Namun alat ini juga dapat terbaca oleh perangkat AIS pada kapal non perikanan sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan kapal nelayan akibat kapal besar sekaligus meningkatkan jangkauan penggunaan alat kendati alat ini dioperasikan diluar dari jangkauan sistem darat seperti VTS. 

Dengan dikembangkan Wakatobi AIS oleh LPTK ini diharapkan kecelakann laut yang sering terjadi di seluruh Indonesia seperti kapal hanyut, nelayan hilang atau kapal tenggelam yang kerap dialami oleh nelayan kecil pencari tuna dapat dihindari.

0 comments:

Posting Komentar