Selasa, 28 April 2020

Ekspor Rumput Laut Tak Terimbas Pandemi


Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Ditjen Perikanan Budidaya saat ini tengah mendorong industrialisasi rumput laut nasional. Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, mengatakan rumput laut memiliki kontribusi besar terhadap nilai ekspor perikanan nasional.
Slamet berharap, aktivitas ekspor rumput laut akan turut menyumbang devisa ditengah dampak ekonomi akibat COVID-19 yang mempengaruhi kinerja ekonomi nasional. Tidak hanya rumput laut, kerapu, udang dan beberapa komoditas perikanan lainnya juga memberikan kepastian bahwa ekspor produk perikanan tetap berjalan dan prospektif di tengah pandemi.
“Saya rasa ekspor rumput laut ini memicu optimisme kita bahwa meski di tengah wabah Covid-19 kegiatan ekonomi perikanan masih berjalan,” kata Slamet, Senin (27/4).
Seperti diketahui, Sabtu (25/4) lalu, Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo melepas ekspor rumput laut jenis Spinosum di Serang – Banten sebanyak 53,5 ton dari CV. Delton dalam bentuk raw material kering dengan nilai ekspor mencapai Rp700 juta rupiah.
Spinosum merupakan jenis alga merah yang nilai manfaatnya cukup besar, sehingga sangat potensial didorong untuk menjadi salah satu komoditas unggulan ekspor selain Eucheuma cottoni.
Slamet menjelaskan, Eucheuma cottoni dan Spinosum telah bisa kita dikembangkan secara massal di Indonesia.
Dia pun mengajak masyarakat pembudidaya untuk melakukan budidaya rumput laut dengan cara yang benar sesuai dengan SOP yang ada sehingga akan dihasilkan produk rumput laut dengan kandungan agar atau karagenan atau alginate yang bagus.
“Rumput laut punya peluang sangat mudah untuk dikembangkan karena biaya produksinya murah dan dapat menyerap banyak tenaga kerja serta meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir,” terang Slamet.
Saat melepas ekspor rumput laut di Serang, Sabtu lalu, Menteri Edhy mengungkapkan kegiatan ekspor ini merupakan momen menggembirakan. Dimana di tengah pandemi Covid-19, Indonesia tetap bisa melakukan ekspor rumput laut.
Terlebih, ekspansi tujuan ekspor produk perikanan terus meluas. Seperti tujuan Vietnam yang menjadi market baru.
“Padahal kita tahu sebelumnya market rumput laut kita didominasi ke China dan Filipina. Terbukanya ekspor ke Vietnam, ini akan menaikan nilai ekonomi jenis Spinosum yang sangat potensial di Indonesia. Artinya akan lebih banyak masyarakat yang terlibat dalam usaha budidaya rumput laut ini,” jelas Slamet.
Sementara itu, Direktur Utama CV. Delton Cabang Serang, Jaja Mujahidin, mengungkapkan bahwa saat ini permintaan rumput laut jenis Spinosum ke Vietnam mencapai 3.000 ton per bulan dengan nilai mencapai Rp. 36 miliar per bulan. Menurutnya jenis Spinosum punya nilai manfaat yang tinggi sebagaimana jenis Eucheuma cottoni. Keuntungan lainnya, jenis ini lebih adaptif dan tahan terhadap penyakit seperti ice-ice.
Sebagai informasi bahwa Indonesia diuntungkan sebagai negara dengan potensi sumber daya rumput laut yang besar. Sebagai bagian dari segi karang dunia, Indonesia memiliki setidaknya 550 jenis varian rumput laut bernilai ekonomis tinggi.
Tahun 2019 tercatat nilai ekspor rumput laut Indonesia mencapai 324, 84 juta USD atau tumbuh 11,31% dibanding tahun 2018 yang mencapai 291, 83 juta USD. Selama rentang waktu 2014 – 2019 ekspor rumput laut nasional tercatat tumbuh rata-rata per tahun sebesar 6,53%.
Sedangkan produksi rumput laut nasional hasil budidaya tahun 2018 tercatat 10,18 juta ton. Sementara itu, KKP menargetkan tahun 2020 produksi rumput laut mencapai 10,99 juta ton dan diproyeksikan mencapai 12,33 juta ton pada tahun 2024.
Pemerintah telah membentuk Pokja untuk melakukan percepatan industrialisasi nasional, untuk mendorong hal tersebut, KKP telah menyusun peta jalan percepatan produksi rumput laut nasional.

Sumber : KKPNews


0 comments:

Posting Komentar