Senin, 20 September 2021

Samberembe, Ikonik Mina Padi Indonesia

Minapadi Samberembe, Sleman D.I. Yogyakarta 

Hasil penggalian informasi oleh peneliti Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan menerangkan proses terbentuknya kampung minapadi di Samberembe, Sleman, Yogyakarta. Kampung Samberembe terbentuk oleh seorang petani di daerah Samberembe, Sleman Yogyakarta yang telah menjadi petani karena turunan dari leluhurnya. Selama sekitar 10 tahun terus menggeluti dunia pertanian secara konvensional. Tergerak ingin adanya perubahan, pada tahun 2012an mecoba teknologi yang ditawarkan yaitu teknologi minapadi jajar legowo oleh seorang penyuluh perikanan. Setelah 8 tahun lamanya kini petani tersebut terus berkembang didampingi penyuluh perikanan yang telah pensiun. Perubahan yang dirasakan oleh petani tersebut adalah meningkatnya pendapatan dari hasil penjualan panen padi dan ikan. Pendapatan dari minapadi yang didapatkan bisa mencapai 3 (tiga) kali lipat lebih banyak dari padi konvensional, tetapi modal yang diperlukan mengalami kenaikan juga sebesar 3 (tiga) kali saat modal operasional pertama. Dengan modal yang berlipat petani tersebut masih bertahan dengan minapadi karena ada harapan jika padi gagal panen masih tersedia ikan yang dapat dipanen. Peningkatan pendapatan yang diasampaikan oleh petani tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Syaukat dan Juliatia pada tahun 2019 yang diterbitkan oleh Journal of the International Society for Southeast Asian Agricultural Sciences

Dalam buku Dari Lereng Merapi Menyentuh Dunia tahun 2020, Frans Hero Making menyebutkan sebuah foto minapadi yang berasal dari Sleman tersebar di Facebook pada tahun 2015 menjadi inspirasi bagi petani tersebut untuk berinovasi. Setelah foto tersebut beredar luas di masyarakat, banyak kunjungan berdatangan untuk mempelajari teknologi minapadi. Tidak hanya masyarakat biasa, orang dalam negeri, bahkan pejabat dan orang dari mancanegara perwakilan dari organisasi pangan dunia Food and Agriculture Organization (FAO) berkunjung ke Sleman.  Petani tersebut berinisiatif mengumpulkan kelompok-kelompok yang ada seperti kelompok petani, kelompok perikanan, dan tokoh masyarakat untuk membuat sebuah kampong wisata yang disebut Kampung Minapadi Samberembe.

Bertambahnya core bisnis petani tersebut mengakibatkan perubahan pada pendapatan yang diterima petani. Hal lain yang berubah adanya manajemen yang lebih teratur untuk membagi pekerjaan yang dilakukan. Pekerjaan-pekerjaan baru yang muncul antara lain penyediaan parkir tamu pengunjung, pengedukasi tamu mengenai minapadi, dan penyediaan kebutuhan konsumsi bagi pengunjung. Pembagian juga terjadi pada kelompok yang mengelola padi dan ikan, mereka membagi keuntungan dan kewajiban di daerah wisata tersebut. Keuntungan yang didapatkan dari daerah wisata ini dapat memotong jalur distribusi penjualan ikan dan padi. Hasil panen ikan dan padi dapat langsung dijual pada konsumen tanpa melalui pihak lain. Untuk memenuhi tenaga penjualan tersebut para wanita dari istri petani diberdayakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pengunjung, sehingga keluarga petani mendapatkan penghasilan tambahan juga. Dengan adanya pengunjung dari luar daerah menumbuhkan kesadaran kelompok petani untuk menjaga kebersihan, keindahan dan kenyamanan daerah Samberembe. Hal ini terlihat dengan adanya perubahan penataan sawah yang terlihat berubah sejak menjadi tempat wisata. Perubahan ini tidak terlepas dari peran organisasi di luar petani yang melihat potensi daerah wisata ini. Potensi kota Yogyakarta sebagai kunjungan wisata menjadi dasar ketertarikan pihak swasta memberikan penanaman modal pada daerah wisata Kampung Minapadi tersebut. Pemerintah ikut mendukung keberadaan Kampung Minapadi ini dengan memberikan bantuan daerah.

Terdapat banyak hal positif yang dapat dipelajari dari Minapadi Samberembe. Keberanian petani untuk berubah dari cara petani konvensional, menjadi petani dengan teknologi minapadi lalu mengembangkan menjadi daerah wisata minapadi. Perubahan terjadi karena ada pertambahan core bisnis yang dilakukan petani. Petani konvensional yang memiliki core bisnis menghasilkan padi berubah menjadi minapadi yang memilki core bisnis penghasil padi dan ikan lalu berubah menjadi daerah wisata yang memilki tambahan wisata sebagai core bisnisnya. Perubahan tersebut memiliki konsekuensi terhadap modal yang dikeluarkan serta penghasilan yang didapatkan. Modal seringkali menjadi penghambat untuk memulai perubahan. Hal tesebut pun menjadi kendala yang telah dilalui oleh petani Samberembe. Mereka dapat melalu halangan tersebut dengan bekerja sama antara kelompok yang ada, dan juga dapat meyakinkan pihak swasta daerah kampung minapadi memiliki potensi ekonomi. 

Keberlanjutan minapadi dapat tejadi ketika para petani hanya bergantung pada kekuatan sendiri. Kampung minapadi dapat meningkatkan faktor ekonomi masyarakat dengan penambahan penghasilan dari penjualan ikan, padi dan wisata. Penguatan sosial terjadi saat semua kelompok saling bekerjasama, sehingga benturan akibat penggunaan air dapat terhindari. Lingkungan dapat terjaga karena masyarakat akan sadar jika lingkungan rusak mengurangi kunjungan wisata.



Penulis : Zaenal Arifin Siregar - LRMPHP


0 comments:

Posting Komentar